Persaingan di papan atas Serie A semakin sengit setelah Inter Milan memenangi derbi ”Della Madonnina”, Senin dini hari WIB. Baik Inter maupun Lazio sudah memiliki amunisi untuk meruntuhkan dominasi ”Si Nyonya Besar”.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
MILAN, SELASA — Kemenangan Inter Milan atas AC Milan 4-2 dalam derbi ”Della Madonnina” di Stadion Giueseppe Meazza, Senin (10/2/2020) dini hari WIB, kian memanaskan persaingan di papan atas Liga Italia musim ini. Bersama Lazio, Inter mengepung Juventus dan menyiapkan rencana kudeta untuk menggulingkan ”Si Nyonya Besar” dari takhtanya.
Hampir dalam satu dekade terakhir, Juve telah menjadi tim yang paling sulit ditumbangkan di Italia. Mereka pada akhirnya selalu bisa mengangkat trofi Liga Italia sejak musim 2011-2012 hingga 2018-2019. Napoli dan AS Roma adalah dua tim yang paling sering gigit jari karena gagal meruntuhkan dominasi itu meskipun telah mengerahkan seluruh kekuatannya.
Musim ini, Napoli dan Roma sedang tenggelam. Namun, muncul Inter dan Lazio sebagai pengganggu Juve. Inter telah melakukan investasi terbaiknya dengan mendatangkan Pelatih Antonio Conte dan memberinya tugas khusus untuk merebut scudetto alias trofi juara Liga Italia. Adapun Lazio kian dewasa seiring bertambahnya pengalaman Pelatih Simone Inzaghi empat tahun terakhir.
Penampilan epik Inter pada laga kemarin menjadi sinyal bagi Juve untuk benar-benar waspada. Inter mampu menghancurkan permainan terbaik Milan musim ini hanya dalam waktu 45 menit di babak kedua.
Setelah tertinggal 0-2 pada babak pertama, Inter mengubah permainan dan bangkit pada babak kedua dengan mencetak empat gol. Berturut-turut gol itu dilesakkan Marcelo Brozovic, Matias Vecino, Stefan de Vrij, dan Romelu Lukaku. Mereka mementahkan pertunjukan spektakuler bintang Milan, Zlatan Ibrahimovic, yang mencetak satu asis dan satu gol.
Inter dengan mudah menghancurkan Milan dalam satu babak meski malam itu mereka sedikit pincang tanpa Lautaro Martinez dan kiper Samir Handanovic. Adapun Milan tampil dengan kekuatan penuh. Derbi ini sekaligus menunjukkan ”kelas” Inter kini di atas Milan.
Tidak heran, Lukaku dengan bangga menaruh kostumnya di ujung tiang bendera sepak pojok seusai mencetak gol di laga itu. Ia seolah-olah ingin berkata Inter merupakan penguasa kota Milan saat ini.
Konsistensi garang
Kemampuan Inter untuk tetap tampil garang dalam berbagai kondisi inilah yang menjadi amunisi Conte untuk meruntuhkan dominasi Juve. Setelah bursa transfer Januari berakhir, Inter sudah memiliki kedalaman skuad yang merupakan kombinasi antara pemain muda dan veteran. Bisa memainkan gelandang serang sekaliber Christian Eriksen, yaitu pada menit ke-72 atau setelah unggul 3-2, menjadi bukti Conte saat ini tidak lagi perlu pusing merotasi pemainnya.
Kemenangan Inter dalam laga derbi Milan ini sangat krusial karena mereka bisa menyamai perolehan poin Juventus, yaitu 54 poin, dan kembali ke puncak klasemen sementara. Namun, Conte tidak ingin jemawa. ”Terlalu dini untuk membicarakan sesuatu yang sekarang baru bisa kami impikan (gelar juara Liga Italia),” ujar mantan pelatih Juve itu.
Persaingan merebut scudetto, kata Conte, masih tetap bergantung pada Juve. Inter tetap menunggu apakah Si Nyonya Besar tampil konsisten atau justru kembali terpeleset seperti saat dikalahkan Hellas Verona 1-2. Hingga pekan ke-23, Juventus telah tiga kali kalah, sedangkan Inter baru sekali.
Sementara itu, Juve mulai menyadari bahwa mereka harus segera keluar dari zona nyaman. Setelah kekalahan dari Verona, Pelatih Juventus Maurizio Sarri mengingatkan pemainnya agar tidak lagi terlalu percaya diri bisa memenangi setiap laga. Punya pemain sekelas Cristiano Ronaldo bukanlah jaminan untuk bisa selalu menang.
”Juve masih harus bekerja lebih keras. Jika perlu sampai benar-benar kotor (tangan),” ujar Sarri dikutip Football-Italia.
Pernyataan Sarri itu praktis mengarah ke diri sendiri karena nasibnya mulai dipersoalkan. Rumor yang telah beredar menyebutkan Juve mulai berpikir untuk memecat Sarri dan kembali kepada Massimiliano Allegri, mantan pelatihnya yang telah memberikan tiga gelar juara Liga Italia berturut-turut.
Manajemen Juve pantas khawatir karena baru kali ini persaingan lebih ketat. Dominasi mereka terancam, apalagi Lazio ikut menempel ketat mereka di peringkat ketiga. Di tangan Inzaghi, Lazio semakin konsisten musim ini dan hanya tertinggal satu poin dari Inter dan Juve.
Pertarungan segitiga antara Inter, Juve, dan Lazio memperebutkan scudetto sudah di depan mata. Namun, Lazio juga enggan membahas kans juara untuk pertama kali sejak 2000.
”Menang dan tampil meyakinkan sangat penting. Namun, terlalu prematur membahas hal selain lolos ke Liga Champions (peringkat empat besar),” ujar Direktur Olahraga Lazio Igli Tare. (AFP/REUTERS)