Pelatih Paris Saint-Germain Thomas Tuchel mencoba bersabar dan berusaha mengambil keputusan tepat ketika menghadapi para pemain bintangnya, seperti Kylian Mbappe dan Neymar Junior.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
PARIS, SELASA — Mengemban peran sebagai pelatih Paris Saint-Germain seperti yang dilakukan Thomas Tuchel sungguh berat. Selain harus menguasai taktik yang diperlukan di lapangan, sang pelatih masih harus melawan ego para pemain bintangnya yang masih muda. Sejauh ini, Tuchel masih bisa mengendalikannya dengan baik.
Ujian bagi Tuchel itu berawal pada laga kontra Montpellier, Sabtu (1/2/2020). Semua tampak berjalan baik ketika Tuchel mampu mengerahkan susunan skuad terbaiknya. Bahkan, sang striker, Edinson Cavani, telah kembali bermain setelah hampir sebulan tidak bermain karena cedera. Hasilnya, PSG menang telak, 5-0.
Ketika tim sudah unggul dengan lima gol tanpa balas pada menit ke-65, Tuchel mulai berpikir untuk menarik para pemain bintangnya. Mereka sudah unggul jauh dan para pemain bintangnya bisa mulai beristirahat agar tetap bugar pada laga berikutnya.
Namun, pemain tidak berpikir sama seperti Tuchel. Pada menit ke-68, bintang muda PSG, Kylian Mbappe, terlihat marah kepada Tuchel saat dirinya ditarik keluar untuk digantikan oleh Mauro Icardi. Mbappe yang sudah mencetak satu gol pada laga itu merasa masih diperlukan untuk bermain dan seharusnya tidak ditarik keluar.
Tuchel punya alasan yang lebih kuat karena di bangku cadangan masih ada Icardi yang juga tajam di depan gawang lawan. Dengan adanya Icardi, Pablo Sarabia, Mbappe, Neymar, dan Cavani, Tuchel punya banyak opsi untuk mengutak-atik lini depannya.
”Kami bermain sepak bola, bukan tenis. Saya adalah pelatih yang berhak mengambil keputusan siapa yang bermain atau tidak,” katanya, dikutip ESPN. Mbappe tidak mau tahu soal itu. Setelah ditarik keluar, ia pun hanya duduk dengan muka cemberut di bangku cadangan.
Kejadian serupa sebetulnya pernah terjadi ketika PSG bertandang ke Montpellier pada Desember 2019. Mbappe juga ditarik keluar dan bersikap cuek terhadap Tuchel. Seperti ditulis The Guardian, ada perubahan yang terjadi dalam diri Mbappe yang membuatnya bersikap seperti itu.
Mbappe sudah menyampaikan sebuah pesan yang sangat jelas ketika ia berpidato seusai menerima penghargaan pemain muda terbaik di Liga Perancis musim 2018-2019. ”Saya rasa ini momen yang tepat bagi saya untuk mendapat tanggung jawab yang lebih besar,” ujarnya.
Melalui pesan itu, Mbappe ingin merasa lebih dibutuhkan di klub. Jika hal itu tidak dipenuhi, ia sudah memberi sinyal bakal mencari tanggung jawab yang lebih besar itu di klub lain. Tidak heran jika ia marah ketika ditarik keluar.
Ulah Neymar
Masalah lainnya pada laga kontra Montpellier itu terjadi pada babak pertama ketika Neymar berbenturan dengan pemain Montpellier, Arnaud Souquet. Setelah kejadian itu, Neymar masih bisa melanjutkan laga hingga selesai dan tampak tidak ada persoalan.
Masalah baru terlihat pada pemeriksaan kesehatan yang dilakukan Senin, 3 Februari. Tim dokter PSG menyatakan, Neymar mengalami cedera pada tulang rusuknya dan pemain termahal di dunia yang dibeli PSG pada 2017 itu harus absen pada laga melawan Nantes, Rabu (5/2/2020) pagi waktu Indonesia.
Meski mengalami benturan yang berakibat cedera tulang rusuk pada Sabtu, Neymar masih bisa menggelar pesta ulang tahunnya yang ke-28 di sebuah klub malam di Paris, Minggu malam waktu setempat. Beberapa rekan-rekannya, seperti Angel Di Maria, Cavani, dan Marco Verratti, terlihat menghadiri pesta tersebut.
Neymar dan para tamunya menggunakan baju bertema putih-putih dalam pesta yang digelar lebih awal itu. Hari ulang tahun bintang asal Brasil itu sebenarnya jatuh pada 5 Februari. Sebagai pemain sepak bola yang menghasilkan 36,8 juta euro atau Rp 558 miliar per tahun, Neymar sepertinya bebas mau menggelar pesta kapan saja.
Ternyata, tidak semua pemain di PSG menghadiri pesta tersebut, seperti Mbappe yang justru memilih untuk menonton televisi malam itu. Tuchel juga memilih absen. ”Apakah ini cara terbaik untuk mempersiapkan sebuah laga? Tentu tidak,” kata Tuchel, dikutip BBC.
Tuchel sebenarnya berharap skuadnya tetap fokus untuk menghadapi laga kontra Nantes. Sebagai pelatih, ia juga punya tugas untuk melindungi para pemainnya dari segala risiko yang terjadi. Risiko dari sebuah pesta tetap ada, seperti terlalu banyak minum yang berdampak pada kebugaran. Di sisi lain, Tuchel tidak bisa melarang.
”Saya selalu melindungi pemain karena saya mencintai mereka. Dengan adanya pesta itu, saya sedikit kesulitan untuk melindungi mereka. Namun, saya tidak bisa meninggalkan pemain di bangku cadangan atau rumah karena mereka pergi berpesta,” ujar Tuchel.
Meski telah melalui berbagai kejadian yang membuat Tuchel harus mengelus dada, pelatih asal Jerman itu menegaskan tidak memiliki masalah pribadi dengan para pemainnya. Bagaimanapun, para pemain yang memiliki ego besar itu adalah mereka yang menjadi tumpuan klub.
Tugas Tuchel untuk terus mengingatkan bahwa pemain tidak lebih besar dari klub masih menjadi pekerjaan yang berat. ”Mengendalikan ego pemain di ruang ganti itu tidak sulit, tetapi penuh dengan tuntutan,” kata Tuchel.
Kekompakan dan fokus masih dibutuhkan PSG untuk menyelesaikan musim ini. Mereka sudah bisa bernapas lega di puncak klasemen Liga Perancis dan meninggalkan Marseille di peringkat kedua dengan selisih 12 poin. Namun, target untuk menjuarai Liga Champions masih belum tercapai sejak membeli Neymar. (REUTERS)