Real Madrid menekuk tetangganya, Atletico Madrid, di Liga Spanyol. Kemenangan pertama Real dari Atletico di Bernabeu sejak 2012 itu menunjukkan paradoks baru di derbi Madrid.
Oleh
YULVIANUS HARJONO
·3 menit baca
MADRID, MINGGU — Teriakan ”Cholo, jangan pergi! Cholo, bertahanlah!” berkumandang di Stadion Santiago Bernabeu sebelum berakhirnya laga Real Madrid kontra Atletico Madrid, Sabtu (1/2/2020) malam, pada laga Liga Spanyol. Meskipun mendominasi jalannya laga pada babak pertama, Atletico ditundukkan tuan rumah Real, 0-1.
Cholo merupakan nama julukan Diego Simeone, Pelatih Atletico, yang tengah menjalani musim terburuk dalam sembilan tahun kariernya di klub itu. Untuk pertama kali sejak 2013, Atletico harus mengakui keunggulan Real di Bernabeu pada Liga Spanyol. Padahal, sejak kehadiran Simeone, Atletico selalu merepotkan ”Los Blancos”.
Sebelum Derbi Madrid kemarin, ”Los Rojiblancos” asuhan Simeone tiga kali mengalahkan Real dan tiga kali memaksakan hasil imbang di Bernabeu. Namun, rekor itu akhirnya terhenti. Paradoksnya, rengekan kepada Cholo di Bernabeu itu bukan disuarakan fans Atletico, melainkan para pendukung Real. Suporter tuan rumah seolah mengejek Simeone.
Atletico kian terpuruk. Lima laga mereka lewati tanpa satu kemenangan pun sehingga terperosok ke peringkat keenam Liga Spanyol. Langganan Liga Champions Eropa itu terancam absen musim depan.
”Tentu saya khawatir (gagal finis di posisi empat besar Liga Spanyol). Kami harus bekerja lebih keras dan meningkatkan penampilan,” ujar Simeone seusai laga itu.
Menurut Graham Ruthven, analis sepak bola Spanyol, kekalahan Atletico itu mencerminkan paradoks lainnya di derbi Madrid. Atletico tampil seolah-olah adalah Real, yaitu berinisiatif menyerang pada babak pertama. Sebaliknya, Los Blancos sesungguhnya justru dipaksa tampil defensif dan hati-hati. Itu diperlihatkan Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane yang memainkan lima gelandang sekaligus tanpa satu penyerang sayap murni pun pada awal laga.
Atletico telah meninggalkan cholisme, yaitu paham yang menekankan spirit bermain, kerja keras, pengorbanan, dan soliditas tim. Status sebagai tim underdog, yang berada di bawah bayang-bayang Real, kian menghidupkan ideologi perlawanan itu. Tidak heran, pada laga-laga derbi Madrid sebelumnya, Atletico kerap menjungkalkan Real.
Namun, semua berubah sejak Atletico membangun stadion megah baru bernama Wanda Metropolitano dan menghabiskan 262 juta euro atau setara Rp 4 triliun pada dua musim terakhir. ”Kemewahan itu mencabut status Atletico sebagai underdog. Mereka ingin lebih ekspansif dan dinamis yang ironisnya adalah antitesis dari cholisme yang lama mereka anut,” tulis Ruthven dalam kolomnya di Eurosport.
Menariknya, karakter cholisme justru dikembangkan Zidane di timnya saat ini. Zidane membuang berbagai kemewahan dengan tidak memainkan salah satu pemain termahalnya, Gareth Bale, meskipun dia tidak cedera. Tanpa pemain mahal lainnya yang tengah cedera, Eden Hazard, Zidane memilih taktik yang lebih defensif.
Lima gelandang Real, seperti Federico Valverde, Isco, dan Toni Kroos, diminta lebih rajin melapis pertahanannya untuk menangkal agresivitas para penyerang Atletico. Hasilnya, gawang Real kembali tidak kebobolan untuk tiga laga beruntun. Pertahanan Real adalah yang terbaik di lima liga top Eropa saat ini. Real hanya 13 kali kebobolan di 22 laga.
Rekor baru Real
Real mengukir rekor baru. Kinerja pertahanannya itu adalah yang terbaik sepanjang keikutsertaannya di Liga Spanyol. Sentuhan Zidane membuat Real perkasa dan tidak terkalahkan pada 21 laga terakhirnya. Periode kebangkitan ini mirip ketika mereka menjuarai Liga Spanyol dan Liga Champions, tiga musim lalu.
Kepiawaian taktik Zidane terlihat saat menarik keluar Isco dan Kroos pada awal babak kedua. Mereka digantikan dua penyerang sayap, Vinicius Junior dan Lucas Vazquez. Pergantian itu untuk menambah daya dobrak yang mandek sepanjang babak pertama.
Hasilnya sangat efektif. Serangan Real dari lini sayap lebih mengalir. Junior merusak konsentrasi pertahanan Atletico lewat dribling-nya sebelum diubah menjadi umpan silang bek sayap Ferland Mendy dan berujung gol Karim Benzema. ”Pergantian pemain (pada babak kedua) mengubah jalannya laga. Kami lebih menekan saat menyerang. Kami layak memenangi laga ini,” ujar Zidane.
Real, yang memenangi delapan laga terakhir, kini unggul enam poin atas rival terberatnya, Barcelona, di puncak klasemen Liga Spanyol. Namun, selisih poin itu bisa dipangkas Barca jika menang atas Levante. (AFP)