Sebagai pebalap ”rookie” di kelas MotoGP, Alex Marquez akan berusaha menjinakkan sepeda motor Honda RC213V yang terkenal dengan karakter liar pada uji coba di Sirkuit Sepang, Malaysia, awal pekan ini.
Oleh
Agung Setyahadi
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sepeda motor Honda RC213V terkenal dengan karakter liar yang sulit dijinakkan. Bahkan, pebalap kawakan sekelas Jorge Lorenzo kesulitan menjinakkan ”sang monster” musim lalu, hingga akhirnya memilih pensiun dari MotoGP. Menjinakkan RC213V itu kini menjadi misi besar pengganti Lorenzo di Tim Repsol Honda, Alex Marquez.
Sebagai pebalap rookie alias pendatang baru di kelas MotoGP, Alex punya kesempatan menjalani lap lebih banyak sejak shakedown test di Sirkuit Sepang, Malaysia, 2-4 Februari, sebelum uji coba resmi pada 7-9 Februari di lokasi yang sama. Shakedown merupakan uji coba untuk pengecekan akhir kesiapan motor sebelum dipacu pebalap utama.
Awalnya, tes ini hanya untuk pebalap penguji. Namun, mulai 2020, shakedown bisa diikuti oleh pebalap rookie. Adapun pebalap utama yang diizinkan ikut shakedown hanya berasal dari tim yang mendapat konsesi untuk mengatasi ketertinggalan dengan tim-tim lain.
Sejak akhir musim lalu, Alex sudah dua kali menjalani uji coba dengan motor RC213V generasi 2019 di Sirkuit Valencia dan Jerez, Spanyol. Juara Moto2 itu sempat terjatuh di Valencia, yang menurut kakaknya, sesama pebalap Repsol Honda Marc Marquez, karena belum mengenal karakter motor MotoGP yang jauh bertenaga dibandingkan Moto2, dan ban Michelin yang licin saat masih dingin.
”Ketika Anda tidak memiliki pengalaman, Anda merasa bisa langsung melaju (kencang). Michelin sangat bagus karena menyediakan ban berkompon sangat lunak, tetapi saat masih sangat dingin ban akan sangat berbeda dan pagi ini sangat dingin,” ujar Marc menganalisis kecelakaan adiknya di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, November lalu.
Setelah kecelakaan tersebut, Alex menjalani adaptasi setahap demi setahap dengan motor edisi 2019. Dia menyelesaikan 79 lap pada hari kedua tes di Valencia dan mendapat gambaran lebih baik. Namun, catatan waktunya belum cukup untuk kompetitif di papan atas karena dia baru bisa berada di posisi ke-20, tertinggal 2,386 detik dari pebalap tercepat tes Maverick Vinales (Monster Energy Yamaha).
Pada tes di Jerez, Alex semakin nyaman dengan motornya dan berada di posisi ke-17, dengan selisih 1,404 detik dari kakaknya yang menjadi pebalap tercepat. ”Saya perlu terus seperti ini, semakin baik dan mencari limit untuk mengetahui apa yang saya perlukan untuk lebih baik lagi,” ujar Alex, dikutip Motorsport.
Memahami karakter motor Honda—jika pebalapnya sangat berbakat—membutuhkan waktu semusim. Hal itu dilakukan oleh Marc Marquez, juga Valentino Rossi, saat ”the doctor” promosi ke GP500. Sulitnya mengendalikan RC213V tergambar jelas dari frustrasi yang dirasakan Cal Crutchlow (LCR Honda) dan Lorenzo musim lalu. Crutchlow sering mengeluhkan pengendalian yang sulit, terutama di front-end yang membuat sulit melakukan late-braking, pengereman lebih dekat dengan titik masuk tikungan. Musim lalu, dia hanya tiga kali naik podium dan menyumbang poin 133, sedangkan Lorenzo tidak pernah naik podium dengan sumbangan 28 poin.
Pengendalian yang sulit itu hanya bisa diatasi oleh Marc Marquez dengan gaya membalap dan keterampilannya. Dia menjalani musim 2019 dengan sangat mengesankan, 12 kali finis terdepan dan enam kali runner-up, dengan koleksi 420 poin. Motor prototipe untuk musim 2020 pun tidak berbeda jauh. ”Kurang lebih sama,” ujarnya sambil menambahkan, motor ini bisa lebih kencang dibandingkan dengan motor 2019.
Sementara bagi Crutchlow, prototipe RC213V 2020 masih sulit dikendalikan. ”Saya merasa sedikit lebih nyaman dan percaya diri di atas motor, tetapi terkait apakah lebih mudah dikendarai, itu tidak,” ujarnya seusai tes di Valencia, dikutip Autosport.
Menguji pembenahan
Masalah pengendalian yang membutuhkan adaptasi yang sangat baik dan kemampuan mengenali batasan dari RC213V jelas menjadi tantangan besar bagi Alex Marquez. Dia akan memanfaatkan tes shakedown mulai Minggu (2/2/2020) ini hingga Selasa (4/2/2020) semaksimal mungkin untuk lebih akrab dengan sang ”monster” berkonfigurasi mesin V4 90 derajat itu.
Karena tingkat kesulitan pengendalian itu, Alex menetapkan target realistis menjadi rookie terbaik pada 2020, bukan ambisius bersaing di papan atas dengan kakaknya dan pebalap lain, seperti Vinales ataupun Andrea Dovizioso (Ducati), Alex Rins( Ecstar Suzuki), dan Fabio Quartararo (Yamaha Petronas SRT). Dalam perebutan predikat rookie terbaik musim ini, Alex bersaing dengan pebalap Red Bull KTM Factory Racing Brad Binder dan Iker Lecuona.
Tim lain juga akan memanfaatkan tes shakedown untuk mengetahui seberapa jauh pengembangan dan pembenahan yang telah dicapai. Yamaha, misalnya, yang merekrut Jorge Lorenzo sebagai pebalap penguji, berjuang keras memperbaiki defisit top speed dibandingkan dengan Honda dan Ducati. Selain itu, meskipun memiliki keunggulan pengendalian saat melibas tikungan, mereka ternyata juga tidak terlalu diuntungkan oleh sisi positif itu. Artinya, kecepatan saat melibas tikungan masih perlu ditingkatkan.
”Kami tidak memiliki kecepatan puncak seperti Ducati, jadi target kami adalah mengembangkan sepeda motor menjadi yang terkuat pada 100 meter sebelum tikungan dan 100 meter setelah tikungan,” ujar Pemimpin Proyek MotoGP Yamaha Takahiro Sumi kepada Motomatters baru-baru ini.
Pengembangan Yamaha YZR-M1 2020 kemungkinan besar masih pada elektronik dan menaikkan akselerasi sehingga bisa mencapai kecepatan puncak lebih cepat. Hal itu menjadi solusi ketertinggalan di kecepatan puncak dengan para kompetitor. Masukan dari Lorenzo yang sangat berpengalaman dengan YZR-M1 bisa menambah detail bagian mana saja yang perlu dibenahi, sebelum para pebalap utama melakukan uji coba.
Sementara itu, Ducati yang memiliki motor paling kencang mengalami masalah besar di tikungan. Dovizioso membutuhkan kecepatan yang lebih saat memasuki tikungan, juga akselerasi yang lebih cepat ketika keluar tikungan, supaya bisa bersaing dengan Marquez bersaudara. Itu menjadi masalah klasik Ducati hingga dinilai sebagai DNA Desmosedici yang sulit dicarikan solusinya.
Berbagai masalah itu akan dites oleh para pebalap penguji saat shakedown di Sirkuit Sepang. Pembenahan akhir tersebut menjadi fondasi penting untuk penyetelan motor sesuai dengan karakter tiap-tiap pebalap utama. Uji coba yang positif akan menjadi bekal menjalani seri pertama di Qatar dengan optimisme tinggi bagi setiap tim.