Petenis putri Indonesia Priska Madelyn Nugroho menjuarai ganda putri Grand Slam Australia Terbuka Yunior, bersama petenis Filipina Alexandra Eala. Ini modal awal Priska untuk berprestasi pada level profesional.
Oleh
Yulia Sapthiani
·5 menit baca
MELBOURNE, JUMAT - Indonesia memiliki lagi juara Grand Slam di level yunior melalui petenis putri, Priska Madelyn Nugroho (16), yang menjuarai ganda putri Australia Terbuka bersama petenis Filipina, Alexandra Eala (14). Ini menjadi langkah awal bagi Priska untuk menuju level profesional dengan persaingan yang lebih ketat.
Priska/Eala meraih trofi juara ganda putri yunior setelah dalam final di Lapangan 13 Melbourne Park, Jumat (31/1/2020), mengalahkan Ziva Falkner/Matilda Mutavdzic (Slovenia/Inggris), 6-1, 6-2. Priska pun menjadi petenis Indonesia keempat yang menjuarai Grand Slam di tingkat yunior setelah Angelique Widjaja, Christopher Rungkat, dan Tammy Grende.
Untuk level profesional, prestasi tertinggi diraih Yayuk Basuki yang menembus perempat final Wimbledon 1997. Langkah Yayuk dihentikan Jana Novotna (Ceko) yang akhirnya menjadi finalis, lalu menjadi juara Wimbledon setahun kemudian.
“Hari ini, kami bermain sangat baik dari awal sampai akhir meskipun harus menunggu berjam-jam karena suhu terlalu tinggi. Kami bisa tetap fokus,” kata Priska yang mendapat dukungan langsung dari ayahnya, Albertus Nugroho, di Melbourne.
Para finalis ganda putri dan petenis lain yang tampil di lapangan tak beratap harus menunggu sekitar 2,5 jam dari jadwal yang direncanakan. Panitia memundurkan pertandingan, menunggu suhu udara menurun dari 42 derajat Celsius pada tengah hari.
Priska, yang mulai bermain tenis pada usia tujuh tahun karena mengikuti kegiatan kakaknya, Patrick Agustinus Nugroho, tampil dalam berbagai turnamen yunior Federasi Tenis Internasional (ITF) untuk mengasah kemampuannya. Level Grand Slam yunior mulai diikutinya pada 2019.
Penggemar Roger Federer tersebut lolos hingga babak ketiga Australia Terbuka dan babak kedua Perancis Terbuka. Di Wimbledon dan AS Terbuka, hasil yang diperolehnya lebih bagus, yaitu perempat final. Atas prestasi itu, Priska mendapat penghargaan Honorable Mention dari ITF.
Keikutsertaannya di ajang Grand Slam terbantu program Grand Slam Development Fund Touring Team dari ITF. Petenis-petenis yang dipilih mengikuti program tersebut berlatih di satu tempat bersama pelatih dari ITF, lalu diikutsertakan dalam Grand Slam jika memenuhi syarat peringkat dunia.
Priska, peringkat ke-27 ITF yunior, pun berterima kasih dengan adanya program tersebut. “Terima kasih pada ITF untuk programnya, pelatih saya di Indonesia, keluarga, serta orang Indonesia dan Filipina yang datang ke sini. Kehadiran mereka menjadi energi bagi kami,” kata Priska, setelah mendapat trofi juara Australia Terbuka bersama Eala, peringkat kedelapan ITF Yunior yang berlatih di Rafa Nadal Academy, Manacor, Spanyol.
Ucapan selamat pun diberikan mantan-mantan petenis, termasuk Yayuk. Yayuk juga mengingatkan agar Priska tak lengah karena perjalanan untuk berprestasi pada level profesional masih panjang.
“Selamat buat Priska dan tim yang bisa mengulang prestasi senior-seniornya. Jadikan ini langkah awal yang baik untuk menuju profesional karena dia akan bertemu lebih banyak lawan, yaitu lawan yang saat ini sama-sama di yunior dan lawan yang langsung main di sirkuit profesional,” kata Yayuk yang berada di Jepang.
Yayuk juga berpendapat agar Priska berlatih dan bertanding di luar negeri. “Situasi akan lebih kondusif dan fokus kalau berlatih di luar negeri. Dia juga akan memiliki jam terbang yang cukup, baik di tunggal maupun ganda,” lanjutnya.
Sebagai salah satu dari sedikit petenis Indonesia yang aktif mengikuti turnamen internasional, target Priska tahun ini adalah memperbanyak keikutsertaan pada sirkuit profesional untuk mengembangkan kemampuannya. Potensinya untuk bersaing bersama senior terlihat ketika dia meraih medali perunggu SEA Games Filipina 2019.
Saat itu, Ketua Umum PP Pelti Rildo Ananda Anwar berjanji memberi bantuan pada Priska untuk mengikuti turnamen. ”Untuk Priska, kami sudah menyiapkan program khusus mengingat dia merupakan pemain yang potensial dan telah banyak menorehkan prestasi. Program khusus itu dengan memberikan dukungan turnamen. Kami akan bicara dengan Priska dan pelatih untuk membicarakan turnamen mana saja yang bisa kami dukung menjelang Priska memasuki level senior,” ujar Rildo di Manila, ketika itu.
Pengalaman bukan jaminan
Status bukan unggulan pada tunggal putri membuat Garbine Muguruza harus siap dengan tantangan berat sejak awal di Australia Terbuka. Muguruza pun melalui hambatan itu dan tinggal selangkah lagi untuk menambah gelarnya dari turnamen mayor.
Pertandingan melawan Sofia Kenin (AS), Sabtu, menjadikan petenis Spanyol itu sebagai petenis aktif kelima yang tampil dalam final Grand Slam di tiga jenis lapangan (keras, rumput, dan tanah liat) setelah Venus Williams, Serena Williams, Maria Sharapova, dan Simona Halep. Namun, hanya Serena dan Sharapova yang meraih gelar Grand Slam secara lengkap, yaitu di Australia Terbuka, Perancis Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka.
Muguruza, dengan gelar Perancis Terbuka 2016 dan Wimbledon 2017, masih memerlukan perjalanan panjang untuk melakukan seperti yang diraih Serena dan Sharapova. Tetapi, apa yang dilakukannya untuk mencapai laga puncak Australia Terbuka telah menunjukkan perkembangannya dibandingkan 2019, ketika tak bisa melewati babak keempat di arena Grand Slam.
Muguruza menghentikan tiga petenis unggulan 10 besar, yaitu Elina Svitolina (5), Kiki Bertens (9), dan Simona Halep (4), masing-masing pada babak ketiga, keempat, dan perempat final. “Saya tak pernah tahu siapa yang akan dihadapi di depan mata, yang pasti harus selalu siap menghadapi laga sulit. Saya senang bisa melaluinya tanpa sorotan berlebihan,” tutur mantan petenis nomor satu dunia itu.
Perjalanan mengalahkan tiga unggulan, juga, pengalaman menjuarai dua Grand Slam seharusnya menjadi keuntungan bagi petenis berusia 26 tahun tersebut. Kenin, lawannya di final, baru kali ini mencapai partai puncak turnamen mayor. Dia pun hanya mengalahkan satu unggulan, yaitu Ashleigh Barty (1), pada semifinal. Namun, Muguruza mengatakan, faktor pengalaman tak akan berpengaruh.
“Pengalaman tak bisa dirasakan banyak orang. Pada akhirnya, cara bermain yang akan menentukan. Meski sudah 15 kali menjuarai Grand Slam, akan ada petenis yang bisa mengalahkan Anda jika tak bermain dengan baik,” kata Muguruza.
Dari tunggal putra, upaya Novak Djokovic untuk meraih gelar kedelapan Australia Terbuka akan ditentukan melalui final melawan Dominic Thiem (Austria). Dalam semifinal, Jumat, Thiem mengalahkan Alexander Zverev (Jerman), 3-6, 6-4, 7-6 (3), 7-6 (4). (AFP/REUTERS)