Para pemain menunjukkan kemampuannya dalam mengatur strategi dan ketangkasan. Mereka tetap harus menjaga konsentrasi di tengah teriakan penonton yang hadir.
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Menjadi atlet olahraga elektronik atau e-sport yang andal tidak hanya cukup dengan menyukai gim yang dimainkan. Namun, olahraga ini juga membutuhkan kekuatan mental untuk dapat memenangi sebuah pertandingan.
Pada pertandingan Mobile Premier League (MPL) dalam laga Grand Final Piala Presiden Esports 2020, Sabtu (1/2/2020), para pemain menunjukkan kemampuannya dalam mengatur strategi dan ketangkasan.
Mereka tetap harus menjaga konsentrasi di tengah teriakan penonton yang hadir langsung di Indonesia Convention Exhibition, Tangerang, Banten. Para pemain saling berpacu untuk bisa menang dalam gim bernama Fruit Dart tersebut.
Meskipun permainan terlihat sederhana dengan melemparkan pisau agar mengenai buah-buahan, para pemain tidak boleh lengah. Selain berpacu dengan waktu dan nilai, mereka juga harus bisa menghindari jebakan bom yang membuat mati.
Pertarungan seru pun terjadi pada laga final yang mempertemukan Aby Ramadhan dari Jakarta Timur melawan Miftahul Fajar dari Brebes, Jawa Tengah. Kalah pada set pertama karena terkena bom, Aby kemudian unggul pada set kedua.
Set kedua menjadi kunci kemenangan Aby. Sempat tertinggal di awal pertandingan, ia mampu mengejar poin jelang laga berakhir.
Pada dua set selanjutnya, Fajar mulai kehilangan konsentrasi karena ingin segera memenangi pertandingan. Alhasil, ia pun terkena bom dalam dua set tersebut sehingga Aby menang dengan skor 3-1.
Ketua Panitia Penyelenggara Piala Presiden Esports 2020 Giring Ganesha mengatakan, perjuangan yang sudah dilakukan Aby menunjukkan, e-sport tidak hanya menghadirkan kompetisi yang menghibur, tetapi juga menghadirkan kisah heroik yang menarik dilihat.
”Aby tertinggal, tetapi dia bisa membalikkan keadaan. Pemain e-sport tidak hanya memiliki keahlian, tetapi mereka juga harus mempertahankan mental untuk meraih kemenangan,” ujar Giring.
Menurut Giring, para pemain MPL yang lolos ke grand final merupakan orang-orang yang tangguh. Mereka harus menjalani kualifikasi di tingkat regional yang diikuti 51.486 peserta.
Membagi waktu
Aby mengatakan, untuk dapat menjuarai turnamen ini, dirinya harus berlatih setiap hari. Remaja 15 tahun yang masih duduk di kelas 3 SMP tersebut harus membagi waktu antara sekolah dan bermain gim.
”Pada hari libur, saya bermain hingga enam jam. Pada hari masuk sekolah, saya bermain hingga tiga jam,” ujar Aby.
Selama bermain gim, Aby tidak hanya menikmati permainan. Namun, ia juga harus belajar mencari strategi yang tepat agar dapat memenangi pertandingan.
Bagi Aby, bermain gim tidak hanya sekadar untuk mendapatkan hiburan. Namun, ia memperoleh pemasukan untuk uang saku dan tabungan. Sebagai juara MPL Piala Presiden Esports 2020, Aby memperoleh hadiah sebesar Rp 125 juta.
Head of BD & Partnerships Mobile Premier League Indonesia Resha Adi Pradipta mengatakan, Aby bukan pemain baru di MPL. Ia beberapa kali ikut turnamen daring dan menjadi juara.
Resha menuturkan, pertumbuhan e-sport di Indonesia sangat besar sehingga dapat menjadi pijakan untuk turnamen internasional. Ia berharap, dengan kesuksesan Piala Presiden di Indonesia, kelak akan ada turnamen dalam skala global.
Tumbuh di India
Sebelum masuk di Indonesia, MPL telah tumbuh di India. Fruit Dart merupakan gim yang menjadi favorit di MPL. Di Indonesia, gim ini telah diunduh sebanyak 2,5 juta kali dengan pemain aktif sebanyak 50.000 setiap hari.
”Gim ini masuk dalam kategori e-sport karena mampu mengundang euforia penonton dan ada batasan waktu bermain,” ujar Resha.
Pentingnya kekuatan mental diakui oleh pemain Pro Evolution Soccer (PES) asal Indonesia, I Made Aris Sandra. Ia mengaku gugup karena teriakan penonton ketika menghadapi Do Trung Thanh dari Vietnam.
Sebagai satu-satunya wakil Indonesia di partai semifinal, ia pun mengalami beban mental. Terlebih, I Made bukanlah pemain unggulan dari Indonesia.
Ia masuk grand final setelah menjadi juara babak kualifikasi regional timur. Adapun jumlah peserta babak kualifikasi sebanyak 2.440 orang. Sementara itu, dua pemain Indonesia lainnya, Rizky Faidan (jatah khusus) dan Doni Pratama Sakti (juara regional barat), sudah sering mengikuti turnamen internasional.
Meski I Made sempat menguasai pertandingan dan unggul pada menit ke-10, Thanh membalikkan keadaan. I Made pun takluk dengan skor 1-3. ”Saya grogi dan kekuatan mental ini pengaruhnya sangat besar. Saya baru pertama kali bertanding di ajang internasional, sedangkan lawan lebih berpengalaman,” ujar I Made.
Meskipun kecewa, ia dapat belajar dari pengalamannya mengikuti turnamen ini. Alhasil, I Made pun siap untuk bertarung di turnamen besar lainnya.