Wabah virus korona yang merebak di China membuat sejumlah cabang olahraga membatalkan agenda lomba di negeri itu. Cabang-cabang yang bersiap meloloskan atletnya ke Olimpiade 2020 juga mengalihkan agenda ke negara lain.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH/Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menanggapi wabah virus korona yang melanda kota Wuhan dan telah menyebar ke sejumlah kota di China, Kementerian Pemuda dan Olahraga minta semua induk cabang olahraga tidak mengadakan pemusatan latihan ataupun mengikuti perlombaan di China hingga lima bulan ke depan. Kemenpora memberikan kesempatan kepada pengurus cabang melakukan revisi proposal bantuan anggaran pelatnas 2020 jika ada yang telanjur berencana berkegiatan di China.
”Atlet berlatih dan bertanding dengan segenap kekuatannya. Pada titik puncak kelelahan, mereka rentan terserang virus. Jadi, untuk keselamatan bersama, kami harap semua pengurus induk cabang menghindari dulu kegiatan di China hingga lima bulan ke depan. Selanjutnya, kita lihat lagi kondisinya, apakah sudah kondusif atau tidak,” tutur Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto dihubungi dari Jakarta, Kamis (30/1/2020).
Berdasarkan amatan Kompas, hingga kemarin baru 10 cabang olahraga yang mengusulkan proposal anggaran pelatnas 2020, yakni PBSI (bulu tangkis), PASI (atletik), PABBSI (angkat besi), Pelti (tenis), Perpani (panahan), ISSI (balap sepeda), TI (taekwondo), Pertina (tinju), PBVSI (voli), dan Perserosi (sepatu roda). Tiga cabang memiliki agenda di China, yakni PBSI, PASI, dan Pertina.
Cabang tinju ada agenda kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 di Wuhan, China, pada Februari. Karena merebaknya virus korona, ajang itu dipindahkan ke Amman, Jordania. Atletik ada agenda Kejuaraan Asia Atletik Dalam Ruangan 2020 di Hangzhao pada Februari dan Kejuaraan Dunia Atletik Dalam Ruangan 2020 di Nanjing. Karena virus korona, kedua ajang itu urung digelar.
Adapun bulu tangkis ada agenda Kejuaraan Asia Bulu Tangkis 2020 di Wuhan pada 21-26 April. Namun, hingga kini, belum ada kepastian apakah kejuaraan tersebut akan dipindahkan ke tempat lain atau ditiadakan sama sekali.
Akan tetapi, Gatot mengatakan, baru dua cabang yang memang sejak awal berencana mengikuti perlombaan yang ada di China dalam waktu dekat. Mereka adalah PASI yang berencana ikut Kejuaraan Asia Dalam Ruangan dan Kejuaraan Dunia Dalam Ruangan serta PBSI yang berencana ikut Kejuaraan Asia.
Karena wabah virus korona, kedua cabang itu batal ikut kejuaraan-kejuaraan tersebut terlepas dari segala keputusan yang akan diambil penyelenggaranya. ”Untuk cabang-cabang lain, kami belum tahu persis karena belum melihat gambaran proposalnya. Sebab, ada beberapa cabang yang memang sudah menyerahkan proposalnya, tetapi diambil lagi untuk revisi ataupun melengkapi berkas,” kata Gatot.
Dengan merebaknya virus korona, Gatot justru berharap semua cabang yang sudah berencana memasukkan proposal ataupun yang baru menyusun proposal melakukan revisi proposal jika ada kegiatan di China dalam lima bulan ke depan. Hal itu untuk mengantisipasi situasi yang tak diinginkan.
Apalagi, sudah ada rekomendasi dari Kementerian Luar Negeri agar WNI untuk sementara tidak melakukan perjalanan ke China hingga kondisi benar-benar kondusif. ”Jika memang ada cabang yang sudah memasukkan proposal dan proposalnya mencantumkan kegiatan ke China, semuanya masih bisa berubah saat proses seleksi akhir sebelum tanda tangan kesepahaman (MoU),” ujar Gatot.
Tidak mengganggu persiapan
Kendati demikian, Gatot menuturkan, wabah virus korona tidak sepenuhnya mengganggu persiapan atlet-atlet Indonesia menghadapi sejumlah agenda 2020, terutama atlet-atlet yang masih ikut kualifikasi ataupun yang sedang mempersiapkan diri tampil pada Olimpiade Tokyo 2020. Sebab, tempat pemusatan latihan ataupun lomba di China bisa diganti ke tempat lain.
”Sejauh ini, wabah virus korona tidak terlalu mengganggu persiapan Indonesia menuju Olimpiade. Toh, wabah itu hanya terjadi di kawasan China daratan. Bahkan, menurut Ikatan Pelajar Indonesia di China, kegiatan di daerah-daerah sekitar China daratan tidak terpengaruh sampai kini,” ujar Gatot.
Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor M Tanjung mengutarakan, karena Kejuaraan Asia Dalam Ruangan dan Kejuaraan Dunia Dalam Ruangan dibatalkan, PASI berencana mengganti dua kegiatan itu dengan ikut dua kejuaraan seri Oseania di Sydney dan Brisbane, Australia, pada Februari-Maret.
”Kami tidak terlalu khawatir dengan wabah virus korona ini. Sebab, ini adalah peristiwa di luar prediksi manusia. Toh, yang merasakan dampaknya bukan hanya Indonesia,” katanya.
Adapun PASI berencana mengikuti sedikitnya empat perlombaan internasional menjelang Olimpiade 2020. Selain dua perlombaan di Australia, mereka pun berencana ikut sedikitnya dua perlombaan di Jepang. Salah satu perlombaan yang akan diikuti di ”Negeri Sakura” adalah Seiko Golden Grand Prix 2020 di Osaka pada Mei. Pada kejuaraan yang sama, tahun lalu, Zohri mempertajam rekornasnya menjadi 10,03 detik dan meraih perunggu.
Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari mengatakan, pihaknya belum mendapatkan peringatan apa pun dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) terkait dampak virus korona pada perhelatan ajang olahraga level internasional. ”Sampai hari ini, kami belum menerima peringatan apa pun dari IOC. Artinya, kekhawatiran itu ada, tetapi jangan berlebihan,” ujarnya.
Okto menjelaskan, meskipun belum ada peringatan dari IOC, pihaknya tetap mengutamakan keselamatan atlet yang hendak mengikuti kejuaraan atau kualifikasi Olimpiade 2020 di luar negeri. Untuk menjamin keselamatan atlet, dia meminta cabang yang hendak ke luar negeri terlebih dahulu melapor kepada KOI dan meminta surat rekomendasi kepada Kementerian Kesehatan.
”Rekomendasi itu penting sebagai dasar untuk menentukan langkah-langkah apa yang harus diambil saat atlet sedang melakukan kualifikasi Olimpiade ke negara-negara lain. Jadi, kalau ada sesuatu yang terjadi, kita sudah tahu siapa yang berangkat dan bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh,” tutur Okto.