Sisa-sisa kejayaan Arsenal di masa lalu hidup kembali saat menyingkirkan Bournemouth 2-1 di Piala FA, Selasa dini hari WIB. Istimewanya, permainan indah Arsenal itu diperlihatkan para pemain mudanya.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
BOURNEMOUTH, SELASA – Legenda Arsenal, Martin Keown, nampak bersemangat saat menyaksikan mantan timnya membekap Bournemouth 2-1 di babak keempat Piala FA, Selasa (28/1/2020) dini hari WIB. Ia seperti melihat bayangan Arsenal di masa kejayaannya bersama Arsene Wenger, hampir dua dekade silam.
Salah satu pemain di laga itu yang menarik perhatiannya adalah Gabriel Martinelli, striker Arsenal yang masih berusia 18 tahun. “Dia (Martinelli) nampak dewasa di usianya yang masih muda. Dia punya keahlian, visi bermain, dan selalu bergerak fleksibel. Ia adalah mimpi buruk bagi para pemain bertahan,” ujar Keown, mantan bek, dikutip BT Sports.
Laga di Stadion Vitality, Bournemouth, itu memang menjadi panggung para “darah muda” Arsenal seperti Martinelli. Rata-rata usia pemain Arsenal di laga itu hanya 20,5 tahun. Selain Martinelli, para pemain muda “The Gunners” lainnya, yaitu Bukayo Saka, Joe Willock, dan Eddie Nketiah, juga tampil sangat mencolok.
Kehadiran mereka sejak menit pertama di laga itu membuat Arsenal tampil energik, segar, dan penuh gairah. Untuk pertama kali di musim ini, Arsenal bermain dengan penuh harmoni bak sebuah simfoni. Itu diwakili gol pertamanya pada menit ke-5 yang tercipta lewat asis Martinelli. Semua pemain lapangan (kecuali kiper) silih berganti mengoper bola, yaitu hingga 22 kali, sebelum gol dicetak Saka.
Permainan dengan intensitas tinggi serta penuh operan pendek cepat yang menjadi ciri khas Arsenal di era lama Wenger itu juga terlihat pada gol kedua mereka yang dicetak Nketiah, 21 menit kemudian. Kali ini, gol kedua Arsenal itu didesain Saka, gelandang serang yang juga masih berusia 18 tahun.
Berkat penampilan mengesankan para pemain mudanya itu, Arsenal akhirnya meraih kemenangan tandang pertama dari delapan laga bersama manajer barunya, Mikel Arteta (37). Arsenal pun lolos ke babak kelima alias 16 besar Piala FA untuk bertemu Portsmouth, tim kasta ketiga di Inggris. Arsenal menemani Manchester City, Manchester United, Chelsea, dan Leicester yang lebih dulu lolos ke fase itu.
Istimewanya, capaian itu diperoleh Arsenal tanpa pemain andalan, seperti Pierre-Emerick Aubameyang, Alexandre Lacazette, dan Mesut Oezil. Ketiganya diistirahatkan total di laga itu. “Penampilan yang sangat bagus kawan-kawan. Kita lolos ke babak kelima,” tutur Oezil memuji penampilan para yuniornya di laga itu.
“Saya sangat puas. Selalu tidak mudah tampil di sini. Namun, kami mampu menang dan melakukannya dengan tim muda. Saya punya keyakinan besar atas mereka. Mereka telah berkembang dengan baik dan menunjukkan jiwa laparnya. Mereka hanya akan semakin baik ke depannya,” tutur Arteta tidak kalah memuji pasukan mudanya seusai laga itu.
Menurut Keown, Arsenal kini mengarah ke jalan yang benar bersama Arteta. Bekas gelandang Arsenal itu tidak hanya paham filosofi klubnya, melainkan juga punya rekam jejak bagus dalam memaksimalkan talenta muda. “Pemain terakhir yang dikembangkannya adalah (Raheem) Sterling. Ia bisa melakukan hal serupa dengan Martinelli,” tutur Keown mengenai mantan asisten manajer Manchester City itu.
Diakui Saka, perubahan cara bermain merupakan salah satu prioritas Arteta di awal kedatangannya di Arsenal. Di masa manajer sebelumnya, Unai Emery, Arsenal tampil lebih hati-hati dan kurang ofensif. “Mikel mencoba mengembalikan filosofi Arsenal yaitu bermain dengan operan pendek cepat. Saya pun merasa kami telah memainkan sepak bola yang bagus di babak pertama,” ujarnya kemudian.
Reuni Rooney
Sementara itu, legenda MU, Wayne Rooney, berpeluang menghadapi “reuni maut” dengan bekas klubnya itu di babak 16 besar Piala FA. Syaratnya, ia harus membawa timnya saat ini, Derby County, mengalahkan Northampton Town, pada laga ulangan babak keempat, Selasa (4/2) mendatang. Pada laga pertama, kedua tim bermain imbang tanpa gol di markas Northampton.
Rooney, yang berstatus pemain legendaris di MU berkat torehan 253 gol, kini menjabat pemain sekaligus pelatih tim utama di County. “Di lapangan, ia (Rooney) seorang pemain. Namun, di kantor ia pelatih yang bertugas menganalisis tim. Dia sangat tertarik pada taktik. Tidak diragukan, ia bakal menjadi seorang manajer suatu hari nanti,” ungkap Manajer Derby County Phillip Cocu. (AP/AFP)