Dinamisnya persaingan petenis putri papan atas dunia kembali terlihat pada Australia Terbuka 2020. Petenis non-unggulan seperti Ons Jabeur, Wang Qiang, dan Coco Gauff tampil membuat kejutan.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
Bekerja keras meningkatkan kemampuan dan percaya diri. Dua faktor tersebut menjadi modal besar para petenis putri yang menghentikan langkah juara Grand Slam pada babak ketika Australia Terbuka.
Penampilan pada babak keempat Grand Slam, Minggu (26/1/2020), akan menjadi yang pertama bagi Ons Jabeur (Tunisia) dan Maria Sakkari (Yunani). Sakkari bahkan telah menanti debut pada babak keempat turnamen mayor setelah tujuh kali gagal pada babak ketiga. Tiga di antaranya pada Australia Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka 2019.
Dia pun sangat menikmati kemenangan atas unggulan ke-10, Madison Keys (AS), 6-4, 6-4, pada babak ketiga, Jumat, hingga tak ingin berpikir terlalu cepat tentang strateginya menghadapi unggulan ketujuh Petra Kvitova, hingga jelang laga pada Minggu tengah hari waktu setempat, atau pukul 08.00 WIB, di Rod Laver Arena.
”Saya ingin menikmati dulu suasana kemenangan ini. Saya menanti momen ini cukup lama karena selalu tertahan pada babak ketiga,” ujar Sakkari, yang mendapat dukungan keluarga dan penonton Yunani yang selalu memeriahkan pertandingan tenis seperti layaknya menonton sepak bola.
Jabeur, yang juga akan bertanding pada pekan kedua Grand Slam untuk pertama kalinya, meraih kemenangan historis atas Caroline Wozniacki, yang mengakhiri karier sebagai petenis profesional di Australia Terbuka.
Kemenangan 7-5, 3-6, 7-5 atas juara Australia Terbuka 2018 itu menjadikannya sebagai petenis Tunisia, juga bangsa Arab, pertama yang lolos ke babak keempat Grand Slam. Kemenangan itu disambut publik Tunisia, termasuk mereka yang menyaksikan penampilan Jabeur melalui siaran TV di sebuah kafe pada Sabtu pukul 03.00.
Kemenangan besar
Lawan Jabeur pada babak keempat adalah petenis China, Wang Qiang. Laga di Margaret Court Arena itu bukanlah babak keempat pertama Grand Slam bagi Wang. Petenis peringkat ke-29 dunia itu pernah mencapai perempat final AS Terbuka 2019.
Namun, tiket babak keempat Australia Terbuka 2020 didapatnya melalui kemenangan besar atas Serena Williams, pemilik 23 gelar juara Grand Slam, tujuh di antaranya dari Australia Terbuka.
Serena mengalahkan Wang di AS Terbuka, lima bulan lalu.Di Flushing Meadows, New York, itu Wang takluk, 1-6, 0-6, hanya dalam waktu 44 menit. Pada set kedua, petenis berusia 28 tahun itu hanya meraih empat poin dari total 15 poin dalam dua set. Dalam beberapa momen, bahkan Wang kesulitan hanya untuk memukul bola sebanyak dua kali. Dia tak mampu mengimbangi kekuatan Serena, dan tak terbiasa dengan atmosfer di Stadion Arthur Ashe, stadion terbesar di Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, Flushing Meadows, New York.
Situasi berubah di Rod Laver Arena, Jumat. Setiap bola dari Serena bisa dikembalikan dengan kekuatan yang lebih besar. Dia bertahan selama 2 jam 41 menit untuk mengalahkan Serena, 6-4, 6-7 (2-7), 7-5.
Wang tak menduga bisa memenangi laga itu. “Saya bekerja keras pada musim libur kompetisi (November-Desember 2019). Banyak berlatih di pusat latihan kebugaran untuk membangun kekuatan. Saya pun lebih percaya diri menghadapi Serena dibandingkan tahun lalu,” kata Wang.
Kekuatan fisik Wang, terutama pada tubuh bagian atas, dibangun berdasarkan penampilannya ketika dikalahkan Serena di New York. Wang harus punya kekuatan tubuh bagian atas untuk menghasilkan pukulan keras. Pelatihnya, Thomas Drouet, mengatakan, dia juga mencoba menumbuhkan kepercayaan diri Wang.
“Saya meminta Q (nama julukan Wang) percaya pada kemampuannya. Dia harus tetap menjadi Q, dengan sifat dan gaya mainnya. Dia juga harus bermain seolah itu pertandingan terakhirnya,” ujar Drouet, pada The New York Times edisi Sabtu.
Pelajaran itu dipraktekkan Wang di Rod Laver Arena. Hasilnya, dia membuat 25 winner. Jumlah tersebut memang lebih sedikit dari Serena dengan 43 winner, tetapi itu menjadi lonjakan drastis dari Wang yang tak membuat satu pun winner saat kalah di AS Terbuka 2019.
Menikmati pertandingan
Remaja berusia 15 tahun, Cori "Coco" Gauff, juga belajar dari penampilannya pada babak ketiga AS Terbuka 2019 untuk membalas kekalahan dari Naomi Osaka. Tak bisa tampil dengan kemampuan terbaiknya, Coco pun menangis setelah dikalahkan Osaka, 3-6, 0-6, di New York.
“Saya belajar banyak dari AS Terbuka, bukan hanya saat melawan Naomi, tetapi dari semua laga. Di sini, saya sudah bisa menikmati pertandingan. Tentu saja tujuan saya adalah menang, tetapi yang lebih penting, saya bisa menikmatinya meski dalam situasi yang ketat,” ujar Coco.
Ketenangan itu membantunya ketika menghadapi situasi sulit saat melawan Sorana Cirstea pada babak kedua. Coco menang, 4-6, 6-3, 7-5, setelah tertinggal, 1-3, pada set ketiga. Hasil positif itu dilanjutkannya dengan kemenangan 6-3, 6-4 atas Osaka di Rod Laver Arena.
Kemenangan Coco, Wang, dan Jabeur menjadi bagian dari dinamisnya persaingan tunggal putri di Australia Terbuka. Mereka berhasil mempraktekkan apa yang dipelajari pada masa libur kompetisi, juga memelihara motivasi dan kepercayaan diri untuk menembus kekuatan para juara.