Dengan prestasinya, Ons Jabeur telah menjadi kebanggaan Tunisia dan bangsa Arab. Harapan berikut Jabeur adalah melewati babak ketiga Grand Slam dan masuk peringkat 20 besar dunia.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
Langkahnya pada Australia Terbuka belum begitu jauh, baru melewati babak kedua. Namun, bagi petenis putri asal Tunisia, Ons Jabeur, momen itu bisa menjadi pintu untuk melampaui pencapaiannya selama ini, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi Tunisia dan bangsa Arab.
Jabeur akan tampil pada babak ketiga di Melbourne Park, Australia, untuk pertama kalinya setelah mengalahkan petenis Perancis, Caroline Garcia, 1-6, 6-2, 6-3, pada babak kedua, Rabu (22/1/2020). Pada babak pertama, petenis berusia 25 tahun itu menyingkirkan unggulan ke-12 asal Inggris, Johanna Konta.
Laga melawan juara Australia Terbuka 2018, Caroline Wozniacki, pada babak ketiga, Jumat, menyamai prestasinya pada dua Grand Slam lain, Perancis Terbuka 2017 dan Amerika Serikat Terbuka 2019. Momen setelah mengalahkan unggulan keenam, Dominika Cibulkova, pada Perancis Terbuka 2017, menjadikan Jabeur sebagai perempuan petenis keturunan Arab pertama yang melaju ke babak ketiga Grand Slam.
Keinginan lolos dari babak ketiga untuk pertama kalinya akan membuka harapan lain bagi petenis yang bersaing di arena profesional sejak 2010 itu, yaitu berada pada peringkat 20 besar. Saat ini, dia berada pada posisi ke-78.
Hal itu tak hanya akan menjadi kebanggaan Jabeur, tetapi juga Tunisia dan bangsa Arab. ”Dia mewakili Tunisia dan Arab. Dia kuat, berpikiran terbuka, ramah, dan memiliki karakter sebagai pemimpin. Itu adalah karakter bangsa Arab yang ingin dia perlihatkan pada dunia,” kata suami Jabeur, Karim Kamoun, yang juga pelatih fisiknya pada laman resmi Australia Terbuka.
Jabeur menegaskan, di mana pun bertanding, dia selalu berusaha memperlihatkan karakternya.
”Saya tak melihat perbedaan antara perempuan Eropa, Amerika, dan saya. Saya hanya ingin menjadi inspirasi bagi orang lain, terutama perempuan, agar yakin bisa mewujudkan impian mereka dalam bidang apa pun,” katanya.
Terwujud
Apa yang diinginkannya itu sebenarnya telah terwujud. Dia membuat keluarga, teman, dan Tunisia bangga dengan prestasinya. Saat mendirikan klinik untuk anak-anak di Monastir, Tunisia, sebelum memulai musim 2020, dia bertemu banyak petenis muda yang ingin mengikuti jejaknya.
”Ada seorang anak yang berkata pada ibunya, ’Saya menyentuh Ons. Saya tak akan mencuci tangan saya selama seminggu’. Momen itu membanggakan saya,” kata Kamoun.
Selain telah menginsipirasi anak-anak, apa yang dicapai Jabeur di lapangan tenis telah membuatnya mendapat penghargaan sebagai Perempuan Arab Terbaik Bidang Olahraga di London, Inggris, Desember 2019.
Juara tunggal putri yunior Perancis Terbuka 2011 itu tak menyadari besarnya nilai penghargaan itu hingga dia melihat banyaknya perhatian media. Dia pun bangga bisa sejajar dengan perempuan hebat Arab dari bidang lainnya.
Tentang laga melawan Wozniacki nanti, Jabeur berharap bisa mengesampingkan fakta bahwa Australia Terbuka adalah turnamen terakhir petenis Denmark tersebut.
”Ini momen pertama saya berlaga pada babak ketiga Australia Terbuka. Saya pernah berada pada tahap yang sama di Grand Slam lain, tetapi... saya tak mau melanjutkan kalimatnya. Mudah-mudahan yang ketika ini menghasilkan keberuntungan,” canda Jabeur.