JAKARTA, KOMPAS – Sprinter tercepat Asia Tenggara, Lalu Muhammad Zohri, mulai menjalani program latihan untuk mengoptimalkan panjang langkah kaki untuk mempertajam catatan waktunya. Panjang langkah kaki merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi kecepatan pelari jarak pendek. Saat ini, panjang langkah kaki Zohri belum optimal.
Dengan potensi besar yang dimiliki Zohri, tim pelatih PB PASI berupaya untuk mengoptimalkan panjang langkah kakinya supaya lebih kompetitif saat berlomba pada Olimpiade Tokyo 2020.
Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini di Jakarta, Selasa (21/1/2020), mengatakan, ada empat faktor utama yang memengaruhi kecepatan pelari jarak pendek, terutama 100 meter. Itu adalah panjang langkah kaki, frekuensi langkah kaki, daya tahan kecepatan, dan kebugaran fisik. Sejauh ini, Zohri punya kelebihan pada frekuensi langkah kaki yang tinggi.
Pelari berusia 19 tahun itu juga punya daya tahan kecepatan dan kebugaran fisik cukup baik. Namun, Zohri belum bisa mengoptimalkan panjang langkah kakinya dari batas optimal yang bisa dicapai. ”Ini menjadi celah untuk memperbaiki catatan waktu Zohri. Kalau panjang langkah kakinya bisa lebih optimal, dia punya potensi besar mempertajam catatan waktu terbaiknya kemarin (10,03 detik ketika meraih perunggu Seiko Golden Grand Prix di Jepang, Mei 2019),” ujar Eni.
Menurut Eni, batas optimal panjang langkah kaki pelari biasanya dua setengah kali panjang tungkai. Sebagai gambaran, panjang tungkai rata-rata laki-laki bertinggi sekitar 170 sentimeter (cm) adalah 90-100 cm. Artinya, panjang langkah kaki optimal laki-laki bertinggi seperti itu bisa mencapai 2,5 meter.
Saat ini, tinggi Zohri 172 cm. Namun, panjang langkah kakinya rata-rata berkisar 2,2-2,3 meter pada kecepatan optimal atau pada lintasan 30-60 meter. Artinya, kalau panjang tungkainya sekitar 100 cm, pelari asal Lombok Utara, NTB, itu masih ada potensi menambah panjang langkah kakinya sekitar 20-30 cm lagi.
Potensi itu ada. Berdasarkan data analisis panjang langkah pelari pada Kejuaraan Dunia U-20 2018 di Finlandia, panjang langkah kaki Zohri 1,67 meter pada 20 meter awal, 2,23 meter pada 40 meter, 2,23 meter pada 60 meter, 2,49 meter pada 80 meter, dan 2,71 meter pada 100 meter.
Data ini menunjukkan ada perubahan panjang langkah kaki yang cukup drastis di jarak 40 meter dan 80 meter. Pada jarak 80 meter, berdasarkan analisis Eni, itu karena Zohri berusaha memperpanjang langkah untuk menyiasati penurunan kecepatan dan frekuensi langkah. Namun, lanjut Eni, cara seperti itu berisiko cedera hamstring.
Kini, Eni berusaha mengubah pola itu, dengan menggeser panjang langkah kaki optimal Zohri ke jarak 30-60 meter. Hal ini sekaligus menjadi solusi blok start Zohri yang lambat.
”Kami berharap panjang langkah kaki Zohri bisa mencapai 2,70-2,75 meter pada kecepatan optimal, yakni pada lintasan 30-60 meter. Walau pasti ada deakselerasi (penurunan akselerasi) dari 60-100 meter, kami harap panjang langkah kaki itu tidak terlalu turun drastis,” kata Eni.
Penguatan otot
Eni menuturkan, untuk mencapai target tersebut, Zohri perlu melakukan penguatan otot tungkai. Tujuannya, agar daya dorong tungkai belakang semakin kuat ketika harus melangkahkan kaki bagian depan. ”Jadi, memanjangkan langkah kaki ini tidak boleh sembarangan di panjang-panjangin. Kalau dipaksa, itu justru buat atlet cedera hamstring,” tuturnya.
Di sisi lain, Eni mengutarakan, Zohri tetap harus meningkatkan frekuensi langkah kaki, daya tahan kecepatan, dan kebugaran. Sebab, percuma kalau langkah kaki semakin panjang tetapi frekuensi langkah kaki ataupun daya tahan kecepatannya turun. ”Semua faktor itu satu kesatuan. Semuanya harus meningkat bersama-sama,” ujarnya.
Zohri mengatakan, dirinya memang mendapatkan porsi latihan tambahan sejak akhir tahun lalu. Selain penguatan otot kaki, termasuk bagian tungkai, dirinya juga melakukan latihan penguatan otot inti tambahan selama 10-15 menit setiap selesai latihan normal. ”Sejauh ini, persiapan yang dilakukan sudah cukup baik. Sekarang, saya harap segera bisa melakukan uji coba pertandingan agar mental menjadi lebih baik,” katanya.
Emilia Nova
Pelari gawang putri andalan Indonesia, Emilia Nova, sepakat dengan pelatihnya, Fitri ”Ongky” Haryadi, yang menatap realistis dalam mengarungi kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. Menurut peraih emas lari gawang 100 meter putri SEA Games 2019 itu, berat untuk mengejar batas waktu minimal lari gawang putri Olimpiade 2020 yang 12,84 detik dalam waktu kurang dari enam bulan ini.
Apalagi, rekor terbaik Emilia adalah 13,33 detik ketika meraih perak Asian Games 2018. Tahun lalu, waktu terbaiknya 13,59 detik ketika meraih emas Malaysia Terbuka 2019.
”Jadi, target saya tahun ini lebih untuk memecahkan rekornas lari gawang 100 meter Dedeh Erawati yang 13,18 detik (dicetak 26 Mei 2012) dan memecahkan rekornas lari gawang 60 meter putri (indoor) Dedeh yang 8,54 detik (dicetak 11 Februari 2006). Untuk Olimpiade, paling mungkin itu mengejar batas waktu untuk Olimpiade Paris 2024 nanti,” ujar Emilia.