Kalteng Putra hanya menumpang lewat di Liga 1 setelah mendapat promosi dari Liga 2. Musim depan, mereka akan turun kasta ke Liga 2. Hasil imbang kontra Persipura Jayapura tak cukup menjadi penyelamat dari degradasi.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·5 menit baca
Suporter Kalteng Putera bernyanyi nyaring di pengujung babak kedua laga Shopee Liga 1 kontra Persipura Jayapura di Stadion Tuah Pahoe, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (12/12/2019). Lirik lagu itu mengiringi langkah ”Laskar Isen Mulang” menuju Liga 2 karena gagal lepas dari zona degradasi seusai bermain 0-0 kontra skuad ”Mutiara Hitam”.
Stadion Tuah Pahoe yang berkapasitas 5.000 orang hanya didatangi sekitar 500 pendukung Kalteng Putra dan Persipura. Setelah keributan yang terjadi saat Kalteng Putra dibantai di kandang sendiri oleh Madura United, stadion kian sepi. Padahal, laga pada malam itu adalah pertandingan penentu peluang bertahannya Kalteng Putra di Liga 1.
Striker Kalteng Putra, Patrich Wanggai, sebelum memulai pemanasan langsung menghampiri Pelatih Persipura Jacksen F Tiago dan pemain Yustinus Pae di bangku pemain. Mereka terlihat akrab, berpelukan, sedikit berbincang, lalu kembali ke timnya masing-masing.
Penyerang utama Kalteng Putra itu sudah mengoleksi tujuh gol dan tiga asis dari 25 laga. Dengan skema satu penyerang, Patrich memang mendapat banyak suplai bola dari pemain tengah. Namun, skema satu penyerang tak mampu membawa mereka bertahan di kasta tertinggi kompetisi sepak bola Indonesia ini.
Pada pertengahan musim ini, klub milik Agustian Sabran, kakak Gubernur Kalteng Sugianto Sabran, itu membeli satu penyerang asal Brasil yang sudah keliling liga di negara-negara ASEAN, yakni David Bala. Baru menjalani dua pertandingan, duet Patrich itu mencetak satu gol dan satu asis. Namun, pertandingan kedua Bala berujung petaka. Ia terpaksa pulang ke Brasil karena mengalami cedera cukup parah.
Banyak spekulasi muncul dari kalangan pendukung Kalteng Putra, Bala ditelantarkan. Memang, sampai saat ini tak ada satu pun pernyataan dari manajemen Kalteng Putra mengenai nasib Bala, yang tak kembali ke Palangkaraya.
Gaji telat
Persoalannya pun terkuak, tak hanya cedera. David Bala, juga seluruh pemain, bahkan Pelatih Kalteng Putra, belum digaji berbulan-bulan, juga tak ada bonus. Persoalan itu mengemuka ketika belasan pemain Kalteng Putra mendatangi sebuah hotel tempat Gubernur Kalteng Sugianto Sabran menghadiri acara. Di sana, para pemain ingin bertemu dengan Gubernur dan mencurahkan isi hati mereka.
Aksi itu tidak langsung ditanggapi Gubernur. Ia meminta para pemain agar ke kantor gubernur dan berbicara di sana. Namun, sampai di sana, para pemain hanya ditemui Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kalteng Falery Tuwan. ”Kami sudah berbincang dan akan segera membicarakan hal ini ke manajemen klub,” ujarnya.
Kapten tim I Gede Sukadana mengatakan, dirinya, juga pemain lain dan pelatih, belum digaji selama tiga bulan. Selama ini, pemain memang selalu mendapatkan keterlambatan gaji karena banyak faktor.
”Kadang telat dua bulan sebulan, ya, begitulah. Bagi kami, telat gaji tak apa, minimal bonus jangan telat supaya keluarga ada pegangan juga, kan,” ucap Sukadana saat itu.
Pupus
Harapan bertahan di Liga 1 pun pupus. Pelatih Kalteng Putra Mario Gomez de Olivera sebelum bermain melawan Madura United menyampaikan, anak asuhnya bermain tanpa beban. Namun, hasilnya, mereka tetap kalah 1-4 di kandang sendiri.
Terlihat sekali permainan Kalteng Putra tidak ngotot seperti saat mereka melumat Badak Lampung atau saat melawan Persela Lamongan dua bulan lalu. Ada banyak beban di pundak para pemain.
Begitu juga saat melawan Persipura Jayapura yang berakhir 0-0 dan permainan lebih banyak di tengah lapangan. Persipura yang hanya menang sekali dalam lima pertandingan terakhir juga kurang ngotot. Hasil satu poin tak berarti bagi Kalteng Putra karena untuk lepas dari zona degradasi, mereka harus menggeser Persija yang sudah mengemas 38 poin. Tambahan satu poin hanya membuat jumlah poin Kalteng Putra menjadi 31, terpaut 7 poin dari Persija. Sementara dua klub lain yang berada di zona degradasi sudah mengemas 32 poin.
Kalteng Putra terjerembab ke dasar klasemen. Dari semua pertandingan di Stadion Tuah Pahoe, baru saat melawan Madura United pendukung Kalteng Putra mengamuk. Mereka memasuki lapangan dan merusak papan sponsor.
Lalu, muncullah spanduk bertuliskan, ”Kami mendukung tulus, bukan karena fulus”. Spanduk putih besar itu ada di ujung timur, yang hanya ingin mengingatkan kepada pemain dan manajemen bahwa mereka sudah bersama-sama klub kebanggaan mereka itu sejak masih di Liga 2. Saat ini, hanya ada lima pemain yang tersisa dari seluruh tim di Liga 2.
Setelah mendapat promosi, manajemen justru memecat pelatih yang berhasil membawa tim ke Liga 1 dan beberapa pemain hengkang ke klub lain. Sebagian lagi kembali bersekolah dan mencari pekerjaan lain.
Pemain mahal seperti Patrich Wanggai, I Gede Sukadan, Oke Jhon, dan banyak pemain asing, juga pelatih asing, masuk. Permainan pun 100 persen jauh berubah, tetapi tidak membawa dampak apa-apa.
Pada akhir pertandingan melawan Persipura, Gomez meminta maaf kepada seluruh pendukung dan masyarakat Kalteng. Ia menyebutkan, pemain sudah bermain profesional, tetapi banyak faktor lain yang menjadi puncak kesulitan mereka bertahan di Liga 1.
Mulai dari pemain hingga pelatih juga sedikit banyak menyalahkan wasit pertandingan yang dinilai berat sebelah. Hal itu diakui Gomez tak hanya terjadi saat melawan Persipura, ketika mereka menilai bisa mendapatkan penalti saat Wanggai dijatuhkan di kotak penalti.
”Ini sudah terjadi sejak lama, saya juga tidak tahu kenapa, tetapi kami selalu di posisi yang sangat tidak diuntungkan. Hanya saja, saya senang semua pemain sudah bermain sangat jujur selama ini,” ucap Gomez.
Dalam sepak bola, menurut Gomez, faktor di dalam dan di luar lapangan memiliki porsi yang sama dalam menentukan permainan anak asuhnya. Ia hanya berharap karut-marut dunia sepak bola di Indonesia, khususnya di Kalteng, bisa berubah ke arah yang jauh lebih baik.
Seperti diungkapkan oleh mantan pemain tim nasional Dede Sulaeman, Liga Indonesia diwarnai terlalu banyak insiden memalukan di luar urusan pertandingan. Ia pun pesimistis Liga Indonesia menjadi lebih baik meski PSSI memiliki pemimpin baru.
Menghadirkan fair play, wasit yang bersih, dan pertandingan yang aman juga nyaman menjadi tugas besar para pejabat PSSI. Aparat pun memiliki peran penting untuk mencegah mafia bola tumbuh subur di liga sepak bola Indonesia.