Atlet loncat tinggi Qatar Mutaz Essa Barshim berhasil mengumandangkan As-Salam al-Amiri di Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2019 yang kebetulan digelar di Stadion Internasional Khalifa, Doha Qatar.
Oleh
Korano Nicolash LMS
·3 menit baca
Biasanya, lagu kebangsaan Qatar, As-Salam al-Amiri hanya dikumandangkan ketika emir negara tersebut, Sheik Tamim bin Hamad Al Thani tengah memimpin upacara kenegaraan. Namun Jumat (4/10/2019) malam itu, atlet loncat tinggi Qatar Mutaz Essa Barshim berhasil mengumandangkan As-Salam al-Amiri di Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2019 yang kebetulan digelar di Stadion Internasional Khalifa, Doha Qatar.
Barshim mampu membuat Stadion Internasional Khalifa penuh sesak. Dia menjadi magnet tersendiri malam itu, setelah mampu \'terbang\' setinggi 2,37 meter di atas mistar gawang.
Prestasi ini sekaligus juga mempertahankan gelar juara dunia yang sebelumnya diraih pada Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2017 di London dua tahun lalu.
Malam itu sebenarnya Barshim berada dalam kondisi yang tidak bugar. Atlet berusia 28 tahun inimasih dalam proses penyembuhan cedera pergelangan kakinya.
Langkah Barshim sempat terseok ketika harus menyelesaikan loncatan setinggi 2,32 meter setelah mengandaskan empat atlet dari 12 pertarung final nomor loncat tinggi Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2019 Doha.
Berawal dari Gianmarco Tamberi dari Italia yang gagal pada loncatan setinggi 2,30 meter dan langsung meminta mistar dinaikan ke-2,33 meter. Tamberi sendiri gagal melewati loncatan sesuai permintaannya. Begitu juga dengan Michael Mason dari Kanada, Brandon Starc asal Australia, serta Luis Enrique Zayas dari Kuba yang gagal melewati mistar.
Sementara atlet asal Rusia Mikhail Akimenko yang menggunakan bendera Netral IAAF serta Maksim Nedasekau asal Belarusia hanya membutuhkan sekali loncatan saja. Tetapi Barshim dan Ilya Ivanyuk -yang juga menggunakan bendera Netral IAAF- harus mengunakan tiga kesempatan yang ada baru mampu melampaui mistar setinggi 2,33 meter.
Tepuk tangan serta sorak-sorai pendukung Barshim yang memadati Stadion Internasional Khalifa seakan menjadi tenaga sendiri bagi jagoan mereka. “Aku belum 100 persen siap, tetapi dengan semua orang di sini bersorak untuk ku seperti ini, maka aku pun lupa segalanya,” tutur Barshim usai pertarungan malam itu.
“Satu tahun lalu, saya turun dari kruk usai operasi pergelangan kaki saya, guna melakukan langkah pertama saya. Cedera saya sangat serius, karena bisa saja mengakhiri karier saya. Itu sebabnya, kemudian saya bertanya kepada diri sendiri. Tentu hal seperti itu normal, ketika kita menghadapi situasi yang sulit,” tutur Mutaz Barshim yang ayah kandungnya berasal dari Sudan.
Saat mistar dinaikan 2 senti meter menjadi 2,35 meter, giliran Akimenko, Ivanyuk dan Barshim cukup dengan sekali loncatan saja.
Sedangkan Maksim Nedasekau gagal. Itu sebabnya dia langsung minta mistar kembali dinaikan 2 cm menjadi 2,37 meter.
Ternyata Nadesekau berikut Mikhail Akimenko maupun Ilya Ivanyuk gagal dalam 3 kali kesempatan yang dimiliki. Sedangkan Barshim cukup dengan sekali loncatan langsung terbang melewati ketinggian 2,37 meter seorang diri.
Stadion Internasional Khalifa pun riuh menyambut pahlawan Qatar malam itu. Barsihm berhasil meraih satu-satunya atlet yang meraih medali emas bagi negara pelaksana Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2019 itu.
Sedangkan medali perak dan perunggu masing-masing untuk Akimenko dan Ivanyuk, yang loncatannya hanya mencapai 2,35 meter saja.