Joseph Kovacs Bangkit Setelah Diyakinkan Sang Istri
Masa-masa sulit bisa dialami atlet mana pun. Termasuk atlet tolak peluru peraih medali emas Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2019 Doha, Joseph Mathias Kovacs.
Oleh
Korano Nicolash LMS
·4 menit baca
Masa-masa sulit bisa dialami atlet mana pun. Termasuk atlet tolak peluru peraih medali emas Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2019 Doha, Joseph Mathias Kovacs.
Sebelum melakukan tolakkan keenam yang menjadi tolakan terakhir, Kovacs atlet asal Nazareth, Pennsylvania, Amerika Serikat itu ke tribun penonton untuk menjumpai pelatihnya yang sekaligus menjadi istrinya, Ashley Kovacs.
Sang pelatih mengingatkan pada tujuan utamanya datang ke Doha. Menetapkan yang terbaik dari Kovacs untuk bisa naik ke podium. Setelah itu Kovacs pun kembali ke lingkaran untuk kemudian mengangkat peluru serta bersiap untuk melontarkannya.
“Aku menghela nafas panjang. Tetapi ketika aku meletakkan peluru di leherku, aku merasa semuanya sudah berjajar dalam satu barisan,” tutur Kovacs.
Kovacs yang 28 Juni lalu berusia 30 tahun melepas tolakan teknis pada usaha terakhirnya di Stadion Internasional Khalifa, Doha, Qatar. Dia tidak tahu itu tolakannya bakal bagus atau tidak. Sekali pun diakhir tolakannya disusul dengan teriakan melengking seperti hendak melepaskan semua emosi yang terpendam dalam hati.
Dia kaget melihat jaraknya karena ternyata mampu mengalahkan tolakan terbaik atlet Selandia Baru Tomas Walsh yang sudah memimpin sejak tolakan pertamanya mencapai 22,90 meter. Keunggulan tolakan Kovacs pun hanya satu centi meter saja. Tolakan Kovacs mampu mencapai 22,91 meter.
“Saya bangga bisa tetap berada di dalam kepala saya sendiri dan tidak melihat apa yang dilakukan Ryan maupun Tom, sejauh ini,” tambah Kovacs.
Memang laga belum berakhir karena Walsh masih memiliki satu kesempatan tolakan terakhir. Begitu juga dengan rekan senegaranya, Ryan Crouser.
Sayangnya pada kesempatan terakhir itu tolakan Walsh lagi-lagi harus dianulir karena melakukan diskualifikasi. Memang dari 6 kesempatan, Walsh hanya bisa melakukan dua kali tolakan yang tidak didiskualifikasi. Tang pertama dan yang kelima yang mencapai 22,56 meter.
Ryan Crouser dengan tolakan yang mencapai jarak yang sama dengan tolakan pertama Walsh berhak mendapat medali perak. Mengingat tolakan Crouser berikutnya lebih baik dari yang dimiliki Walsh.
“Ini adalah pertarungan yang luar biasa karena terhias hasil kerja keras. Final ini luar biasa makanya saya sangat senang bisa menjadi bagian darinya,” tutur Crouser.
Medali emas sudah pasti untuk Joseph Mathias Kovacs yang kali ini mencatat prestasi terbaik. Dia mampu naik dari posisi keempat ke urutan pertama. Tolakan sejauh 22,91 meter ini sekaligus menjadi tolakan terbaik sepanjang karier Kovacs.
Sekali pun pernah menjadi juara dunia di Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2015 di Beijing, China, dan kemudian meraih medali perak di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Brasil lalu, Kovacs sempat mengalami masa sulit.
Terutama setelah meraih medali perak di Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2017 London. Tahun lalu Kovacs sudah hampir bulat pikirannya untuk pensiun dari dunia atletik.
Tetapi istri sekaligus pelatihnya Ashley mengangkat rasa percaya diri Kovacs untuk terus bertarung. “Jenis kejujuran yang kami miliki dalam hubungan kita, telah benar-benar membantu kami di dunia ini,” tutur Ashley yang dinikahi Kovacs November 2018. Ashley juga mantan atlet tolak peluru All American dari Universitas Kentucky.
Keputusan untuk pensiun itu nyaris diambil ketika Kovacs hanya mencapai urutan kelima di Kejuaraan AS tahun 2018 lalu. Apalagi produsen peralatan olahraga Nike pun melepaskan Kovacs sebagai sponsornya. Liga Berlian IAAF juga tidak mengundang dirinya.
“Saya mendegar semua orang terus berusaha mengatakan kepada saya kalau saya harus pensiun saja. Dan jujur, saya pun sempat memikirkan untuk segera mengakhiri karier saya ini,” ungkap Kovacs.
Istri Kovacs yang memiliki dua gelar master dan sekarang menjadi pelatihnya, memberikan pandangan yang berbeda. Motivasi dari Ashley menyemangati Kovacs agar bisa berprestasi di Olimpiade 2020 Tokyo.
“Kami mengatakan, anda tahu, tujuan kami adalah melewati Olimpiade 2020 Tokyo. Mari kita selesaikan semuanya dan mari kita maju dengan kecepatan penuh. Kami menyusun rencana itu. Untuk tidak hanya kembali ke atas. Tetapi juga untuk bisa menjadi lebih baik,” kata Kovacs.
Musim ini, sebelum ke Doha, Kovacs berada di peringkat keenam, ketiga, keempat dan kelima di Liga Berlian IAAF. Sebelum akhirnya Kovacs berada di urutan kedua di tim nasional AS.
Joseph Mathias Kovacs juga merasa lega, setelah dirinya mampu masuk dalam Kontingen AS menuju Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2019 Doha dan meraih emas di ajang ini. Sekali pun prestasi tersebut belum menjamin Kovacs masuk kontingen AS untuk Olimpiade Tokyo tahun depan. (ww.iaaf.org)