Ajang lari Menoreh Trail Run 2019 akan digelar di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada 29 September mendatang. Ajang ini menawarkan rute lari dengan menyusuri jalan setapak, mendaki kawasan perbukitan Menoreh.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Ajang lari Menoreh Trail Run 2019 akan digelar di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada 29 September mendatang. Ajang ini menawarkan rute lari dengan menyusuri jalan setapak, mendaki kawasan perbukitan Menoreh.
”Di ajang Menoreh Trail Run tahun ini, kami menawarkan rute lari melewati enam puncak Bukit Menoreh,” ujar Aryan Subekti, salah seorang anggota komunitas Long Run Rangers, Selasa (27/8/2019).
Enam puncak Bukit Menoreh yang ditawarkan adalah Batu Sundul Klontangan, Sendang Suruh, Puncak Sukmojoyo, Mongkrong, Kerug Munggang, dan Watu Kendil, yang semuanya memiliki ketinggian berkisar dari 350 meter di atas permukaan laut (mdpl) hingga 1.000 mdpl.
Perbukitan Menoreh terbentang mulai dari Kabupaten Kulon Progo, DIY, hingga Kabupaten Magelang. Untuk di wilayah Kabupaten Magelang saja terdapat lebih dari 10 puncak Bukit Menoreh.
Di ajang Menoreh Trail Run tahun ini, kami menawarkan rute lari melewati enam puncak Bukit Menoreh.
Ajang lari ini terselenggara atas kerja sama komunitas lari Long Run Rangers dan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Ngargogondo di Kecamatan Borobudur. Menoreh Trail Run dibagi menjadi tiga kategori lari, yaitu 5 kilometer, 10 kilometer, dan 25 kilometer.
Ajang lari ini ditargetkan akan diikuti oleh 500 peserta. Namun, mengingat kondisi medan yang relatif sulit, target peserta pun dikurangi menjadi 350 orang saja.
”Kami belum berani untuk melibatkan terlalu banyak peserta karena nantinya pasti akan kesulitan untuk mengawasi semua pelari,” ujarnya.
Untuk mengawasi 350 pelari saja, menurut Aryan, pihaknya nanti akan merekrut 150 sukarelawan. Pendampingan dan pengawasan perlu dilakukan agar para peserta terhindar dari risiko tersesat atau cedera saat melewati medan yang sulit.
Saat ini, jumlah pendaftar telah mencapai 300 orang. Sekitar 70 persen pendaftar berasal dari luar kota, seperti Jakarta, Bandung, Makasar, Palembang, dan Gorontalo.
Animo tinggi dari pelari dari luar kota ini, menurut Aryan, memang sesuai target yang ditetapkan sebelumnya.
”Kami memang ingin menunjukkan kepada masyarakat luar daerah bahwa di kawasan Borobudur juga terdapat ajang trail run,” ujarnya.
Setelah dilakukan perdana tahun ini, ke depan, Menoreh Trail Run direncanakan dapat menjadi agenda rutin tahunan. Dengan begitu, menurut Aryan, Manoreh Trail Run juga dapat melengkapi pilihan kompetisi lari di kawasan Borobudur. Sebelumnya, ajang lari tahunan di kawasan ini hanyalah Borobudur Marathon.
”Jika di Borobudur Marathon pelari melewati akses jalan beraspal, di Menoreh Trail Run ini, kami menawarkan pilihan lari lebih ekstrem dengan menyusuri bukit dan jalan setapak,” ujarnya.
Romawi, salah seorang pengelola Balkondes Ngargogondo, mengatakan, semua pelari Menoreh Trail Run akan dibantu untuk mendapatkan penginapan. Mereka yang menginginkan menginap gratis bisa menginap di Balai Desa Ngargogondo, yang bisa memuat 40 orang.
Jika di Borobudur Marathon pelari melewati akses jalan beraspal, di Menoreh Trail Run ini, kami menawarkan pilihan lari lebih ekstrem dengan menyusuri bukit dan jalan setapak.
Adapun mereka yang menginginkan kenyamanan lebih nantinya bisa menginap di rumah warga. Romawi mengatakan, saat ini sudah ada 87 kamar di rumah warga yang siap untuk menampung pelari.
”Jika memang dibutuhkan, kami pun siap untuk mencari atau menambah kamar di rumah-rumah warga,” katanya. Harga yang ditawarkan per kamar adalah Rp 100.000 per malam.
Donasi
Aryan mengatakan, uang pendaftaran yang dibayarkan oleh peserta dikumpulkan sebagai donasi untuk menambah sarana-prasarana dan meningkatkan kualitas pendidikan di tiga sekolah di Desa Ngargogondo.
Terkait dengan kebutuhan tersebut, uang pendaftaran atau uang donasi di setiap kategori pun ditetapkan dalam batas minimal. Untuk kategori 5 kilometer, minimal donasi adalah Rp 225.000 per orang, kategori 10 kilometer minimal Rp 325.000 per orang, dan kategori 25 kilometer minimal Rp 400.000.