Memasyarakatkan Lari dan Promosikan Pariwisata lewat Penanggak Road Hill 10K
Penanggak Road Hill 10k yang diikuti sekitar 200 peserta sukses digelar. Ajang lomba lari di kawasan Bukit Penanggak, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat Nusa Tenggara Barat itu, menjadi salah satu even sport tourism baru dan diharapkan bisa terus diselenggarakan tidak hanya untuk memasyarakatkan olahraga lari, tetapi juga mempromosikan obyek wisata daerah.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
BATU LAYAR, KOMPAS — Penanggak Road Hill 10K yang diikuti sekitar 200 peserta sukses digelar, Minggu (21/7/2019). Ajang lomba lari di kawasan Bukit Penanggak, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, itu menjadi salah satu kegiatan sport tourism baru dan diharapkan bisa terus diselenggarakan tidak hanya untuk memasyarakatkan olahraga lari, tetapi sekaligus mempromosikan obyek wisata daerah.
Penanggak Road Hill 10K diselenggarakan Komunitas Runjani, salah satu komunitas lari di Pulau Lombok. Lomba lari dalam rangka ulang tahun ketiga komunitas itu tidak hanya diikuti peserta dari Lombok, tetapi juga luar Lombok. Mereka merupakan pelari yang tergabung dalam komunitas lari ataupun pelari perseorangan.
Pantauan Kompas, sejak pukul 05.00 Wita, peserta sudah datang ke lokasi start di Kantor Camat Batu Layar. Begitu tiba, mereka langsung melakukan pemanasan sendiri ataupun bersama anggota komunitas.
Sekitar pukul 06.00 Wita, setelah menyanyikan lagu ”Indonesia Raya”, semua pelari memulai lomba ditandai dengan pengibaran bendera oleh Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid.
Strategi saya tidak terlalu memforsir atau memaksakan diri ketika lari. Dinikmati saja (Nina Rusdiana).
Begitu mulai, hanya sebagian kecil peserta yang terlihat memacu tempo atau pace lari. Pserta lainnya memilih berlari kecil ataupun berjalan cepat. Apalagi, beberapa puluh meter setelah mulai, mereka langsung disambut tanjakan yang cukup curam.
Meskipun jalan beraspal mulus, Bukit Penanggak yang berada sekitar 12 kilometer utara Mataram, ibu kota NTB, itu memiliki karakter menanjak dan terjal. Ada belasan tanjakan yang harus dilewati pada 5 kilometer pertama hingga mencapai puncak Penanggak yang berada di ketinggian 417 meter di atas permukaan laut. Adapun 5 kilometer kedua melewati jalur yang sama, tetapi menurun.
”Strategi saya tidak terlalu memforsis ataupun memaksakan diri ketika lari. Dinikmati saja,” kata Nina Rusdiana (53), salah seorang peserta dari Lombok Hush House Harries, komunitas lari di medan-medan khusus seperti bukit, sawah, dan hutan.
Menguras energi
Banyaknya tanjakan yang harus dilewati cukup menguras energi peserta. Beberapa terlihat ngos-ngosan. Untungnya, di beberapa titik, panitia menyediakan minuman gratis di water station. Bukan hanya air putih, disediakan juga tuak manis ataupun air nira dari pohon aren. Air nira memang menjadi salah satu produk yang dihasilkan masyarakat di Bukit Penanggak.
”Makanan dan minuman yang disediakan panitia sangat banyak,” kata Margaretha Enggrani M yang meraih peringkat pertama kategori putri.
Selain itu, karena jalur yang dilewati berada di ketinggian, hal tersebut membuat peserta bisa menikmati pemandangan yang memesona. Pemandangan itu berupa lanskap perbukitan hijau, kawasan pesisir pantai, dan Kota Mataram dari ketinggian.
Tidak sedikit peserta berhenti untuk berfoto bersama atau swafoto dengan latar belakang pemandangan itu. Apalagi, di beberapa titik, masyarakat setempat mulai membuat area ataupun menara pandang untuk berfoto atau berswafoto.
”Pemandangannya memang keren. Tidak banyak race atau lomba lari yang menyuguhkan pemandangan seperti itu,” kata Lalu Odhie Rahman (36), pelari dari Komunitas RIOT Lombok.
Sebagian besar peserta menyelesaikan lomba dalam waktu kurang dari dua jam atau sekitar satu jam dari batas waktu yang ditentukan panitia (cut off time). Tiga pelari yang finis pertama baik kategori putra maupun putri berhak menjadi juara. Tiap-tiap juara mendapatkan uang pembinaan, yakni Rp 1,5 juta untuk peringkat pertama, Rp 1 juta untuk peringkat kedua, dan Rp 750.000 untuk peringkat ketiga.
Pemandangannya memang keren. Tidak banyak race atau lomba lari yang menyuguhkan pemandangan seperti itu.
Apresiasi
Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid mengapresiasi kegiatan itu. Menurut Fauzan, Penanggak Road Hill 10K 2019 diharapkan bisa memancing ataupun mendorong masyarakat untuk mencintai olahraga, khususnya lari.
Selain itu, kata Fauzan, Penanggak Road Hill 10K menjadi salah satu ajang penting untuk meyakinkan dunia luar bahwa Lombok sangat aman. Hal itu terkait dengan gempa yang mengguncang Lombok pada 2018 dan sempat membuat industri pariwisata lesu. Saat ini, industri pariwisata Lombok berangsur membaik.
”Kita sebagai orang Lombok dan komunitas masyarakat yang mencintai Lombok harus bersama-sama meyakinkan dunia luar bahwa Lombok baik-baik saja. Sejalan dengan itu, kita juga harus ramai-ramai mengajak mereka ke Lombok,” kata Fauzan.
Bukan hanya dari Fauzan, apresiasi untuk Penanggak Road Hill juga datang dari peserta. Rio Alexander (30) yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta mengatakan, meski jalurnya terjal, curam, dan terasa ’mematikan’, nyatanya sangat menghibur dan menyehatkan. ”Saya berharap lomba lari di sini tetap diselenggarakan tahun depan,” kata Rio.
Ace Robin Gemah Ripah Ningsih (62), peserta paling senior dalam lomba itu, mengatakan, secara keseluruhan, lombanya sangat menarik. Termasuk juga panitia. Hanya saja, Ace yang bekerja sebagai seorang wiraswasta itu berharap ke depan ada kategori lain, yakni khusus untuk peserta di atas usia 50 tahun atau 60 tahun.
”Penting. Ini akan memotivasi masyarakat yang berusia di atas umur 50 tahun untuk tetap berolahraga,” kata Ace yang masih rutin bersepeda dan menyelesaikan Penanggak Road Hill hingga finis.
Para peserta mengaku tidak begitu banyak keluhan terkait dengan jalannya lomba. ”Hanya saja, mungkin jalurnya bisa lebih steril karena masih banyak kendaraan melintas. Hal lainnya mungkin disiapkan tempat sampah sehingga ketika mendapat minuman maka peserta tidak membuang botol atau gelas sembarangan,” kata Ade Bandesa (30), peserta lainnya.
Yung Intan Mheutia, salah satu panitia Penanggak Road Hill 10K 2019, mengatakan, mereka mendapat banyak respons positif dari peserta. ”Dari segi persiapan harus diakui masih banyak kekurangan karena benar-benar gotong royong dan baru pertama kali mengadakan lomba lari. Jadi banyak yang menjadi bahan evaluasi,” kata Yung Tia.
Semoga pemerintah kabupaten (Lombok Barat) juga tetap mendukung kegiatan seperti ini. Apalagi, tujuan kami sejak awal menyelenggarakan lomba ini untuk mempromosikan Penanggak sebagai lokasi wisata baru (Yung Intan Mheutia).
Menurut Yung Tia, Runjani menyambut baik harapan peserta agar perhelatan serupa bisa diselenggarakan lagi tahun depan. ”Semoga pemerintah kabupaten (Lombok Barat) juga tetap mendukung kegiatan seperti ini. Apalagi, tujuan kami sejak awal menyelenggarakan lomba ini untuk mempromosikan Penanggak sebagai lokasi wisata baru,” ujar Yung Tia.
Sebagai kawasan wisata baru, Bukit Penanggak belakangan makin populer. Apalagi, kawasan itu mudah dijangkau baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Masyarakat dari sejumlah tempat di Lombok kerap mengunjungi Penanggak pada pagi atau sore hari. Pada pagi, mereka bisa menikmati matahari terbit di sisi timur kawasan tersebut. Sementara pada sore hari mereka menikmati matahari terbenam dari atas ketinggian.
Hal itu dimanfaatkan masyarakat setempat untuk membuat spot-spot foto atau swafoto yang menarik dan bisa disewakan. Pengunjung bisa menggunakan fasilitas itu dengan membayar Rp 2.000 atau menggunakan spot-spot lain yang juga bisa ditemukan di sepanjang jalur Bukit Penanggak.