Penutupan Proliga musim ini terlihat lebih gemerlap dengan panggung khusus disc jockey serta lampu sorot warna-warni yang menghibur penonton pada grand final di Sasana Among Raga, Yogyakarta, akhir pekan lalu . Di tengah gemerlapnya kompetisi tertinggi bola voli Indonesia ini, masih ada persoalan regenerasi pemain, terutama di bagian putri.
Proliga 2019 berakhir dengan sukses putra Surabaya Bhayangkara Samator dan putri Jakarta PGN Popsivo Polwan menjadi juara, setelah di final mengalahkan putra Jakarta BNI 46 dan putri Jakarta Pertamina Energi.
Laga final putri boleh dibilang menempatkan wajah lama dalam wadah baru. Popsivo yang sudah enam tahun puasa gelar, sejak menjadi juara Proliga 2012 dan 2013, akhirnya bisa kembali membawa pulang gelar juara.
Keberhasilan Popsivo tidak lepas dari peran pelatih asal Thailand, Chamnan Dokmai, yang dinilai membawa angin segar karena mampu mengajak pemain untuk bermain secara tim. ”Voli adalah permainan tim. Tidak ada individu yang menjadi bintang di tim. Jika ada pemain yang tampak mencolok, itu semua berkat kerja sama tim,” kata Dokmai.
Prinsip Dokmai itu bisa meredam ego para pemain bintang Popsivo, yang diperkuat empat pemain nasional senior, Aprilia S Manganang, Wilda Siti Nurfadilah, Berlian Marsheilla, dan Amalia Fajrina. April, misalnya, dengan kemampuan spike dan gaya penampilannya selalu menyedot minat penonton.
Selain tangan dingin Dokmai, peran keempat pemain tersebut bersama setter asal Thailand Guepard Pornpun dan spiker asal Turki Yeliz Basa ikut mendukung sukses tim polisi wanita itu. Lawan yang mereka hadapi di final, tim putri Pertamina, juga tak kalah banyak diperkuat pemain timnas, seperti setter Yolana Betha Pangestika, spiker Novia Andriyani, dan Nandita Ayu.
Hal ini memperlihatkan, tim yang masuk final tahun ini kembali menampilkan wajah pemain lama. Musim lalu, April, Berllian, Wilda, dan Betha juga lolos ke final saat masih memperkuat Bandung Bank BJB Pakuan, melawan Pertamina yang kekuatannya relatif tak berubah.
Wajah lama di final Proliga ini memunculkan gugatan soal regenerasi pemain putri nasional di Proliga, yang belum berhasil memunculkan bakat pemain muda.
Langkah menarik diambil BJB Pakuan, finalis tahun lalu yang melepas para pemain bintangnya dan menggunakan jasa para pemain muda. Adik Rega Pahla, Asisten Manajer BJB Pakuan, mengatakan, timnya kinin fokus pada regenerasi pemain. Mereka berharap bisa mengangkat para pemain muda dari Jawa Barat. ”Banyak pemain muda dan kita harus berani memberi mereka tempat. Jika tak berhasil tahun ini, BJB Pakuan akan lebih kuat dua-tiga tahun mendatang. Kami harus konsisten dalam pembinaan,” kata Rega.
Di bagian putra, seperti disebut Direktur Proliga Hanny S Surkatty, PBVSI merekrut pemain muda berbakat dari berbagai klub dan membentuk klub Jakarta Garuda. ”Mereka dibiasakan dengan atmosfer persaingan di Proliga. Mereka bisa menjadi bibit pemain di masa datang,” ujar Hanny.
Regenerasi pemain bukan kerja singkat. Dibutuhkan konsistensi membina pemain yang sudah muncul di Livoli divisi satu dan divisi utama. Sudah saatnya instansi pemerintah dan BUMN membina pemain sendiri sejak usia muda, tak hanya menggunakan jasa pemain papan atas saat Proliga.
Mereka bisa meniru langkah Samator, yang didukung perusahaan gas swasta, yang tekun membina para pemain muda dan menggunakan pemain mereka sendiri saat tampil di proliga. Pembinaan yang dilakukan Samator membawa mereka mempertahankan gelar juara Proliga putra, yang menjadi gelar ketujuh dari 12 final yang mereka jalani.