Profesi atlet belum menjamin masa depan di negeri ini, sekalipun bagi atlet berprestasi. Untuk itu, sejumlah atlet mulai berpikir untuk merintis usaha, sebagai perisapan jika saatnya harus gantung sepatu.
Hal itu juga dilakukan sejumlah atlet bola voli yang timnya berlaga pada final four Proliga 2019, seperti libero tim putri Jakarta PGN Popsivo Polwan, Berllian Marsheilla. Atlet senior kelahiran Jakarta, 22 Desember 1989 itu sadar betul, menjadi atlet tidak menjamin masa depan walaupun berlabel bintang nasional.
Untuk itu, jauh-jauh hari, atlet dengan tinggi 170 sentimeter itu sudah mempersiapkan diri. Diawali dengan membuka usaha agen perjalanan secara daring pada 2015. Usaha itu didirikan dengan alasan tingginya minat warga berwisata. Ia membuka usaha itu secara daring.
Dua tahun terakhir, pemain tim nasional sejak 2005 ini membuka usaha baru, yakni kafe yang diberi nama Warung Engkong. Kafe yang berlokasi di Bekasi itu menyediakan menu hidangan lokal maupun internasional.
Berllian mengatakan, saat ini kondisi atlet jauh lebih baik dibandingkan dengan 10-20 tahun lalu. Cabang bola voli juga kian komersial dan menawarkan penghasilan besar. Belum lagi bonus dari pemerintah jika atlet berhasil mengharumkan negara.
Akan tetapi, atlet tidak boleh terbuai dengan segala jaminan itu. Selepas menjadi atlet, belum ada jaminan pensiun bagi mereka, terutama yang sepenuhnya bergantung dari profesi sebagai atlet.
”Seperti saya, penghasilan saya cuma dari main voli saja. Saya tidak bekerja di luar voli. Enggak mungkin dong saya terus berharap dari pemerintah setelah pensiun. Itu sebabnya saya mulai merintis usaha,” ujarnya usai berlaga pada final four Proliga 2019 di Kediri, akhir pekan lalu.
Dia memilih merintis bisnis karena menyukai hal itu. Ia kurang suka bekerja sebagai karyawan ataupun pegawai kantor. ”Kebetulan, pasangan saya dan sejumlah teman saya banyak yang buka usaha. Akhirnya, saya terpengaruh dan menyukainya,” ujar libero terbaik Proliga 2015-2017 itu.
Usaha itu membuat Berllian tak lagi khawatir memutuskan gantung sepatu, menyusul cedera pinggang dan lutut yang kerap dideritanya. ”Rencana saya pensiun tahun ini atau tahun depan, tergantung saran dokter. Yang pasti, saat pensiun, saya tidak khawatir lagi karena sudah ada keberlanjutan penghasilan dari usaha itu,” tuturnya.
Hijab olahraga
Hal serupa dijalankan libero tim putri Jakarta BNI 46 Novriali Yami. Atlet kelahiran Purwakarta, 4 November 1991 ini sebenarnya menjadi anggota TNI AU sejak 2011. Masa depannya pun relatif terjamin jika pensiun dari lapangan voli. Namun, Intan, sapaannya, ingin membuat masa depannya lebih baik dengan merintis usaha membuat hijab khusus olahraga.
Usaha ini dimulai dari hobi, karena setelah memutuskan memakai hijab setahun terakhir, ia ingin memakai hijab yang nyaman dipakai berolahraga. Karnea tidak menemukan yang cocok, dia coba membuat hijab sendiri. Ternyata, karyanya menarik perhatian rekan seprofesi. Mereka pun menyarankan agar hijab karyanya dijual. ”Akhirnya, saya beranikan menjual. Ternyata responnya positif,” ujar prajurit berpangkat sersan satu tersebut.
Novriali membuat brand sendiri untuk hijab karyanya dengan nama Nyjab.co. Produk tersebut awalnya hanya dijual dari mulut ke mulut dan secara daring. Namun, ia sudah berani membuka gerai selama perhelatan Proliga 2019.
Dalam sebulan, ia bisa membuat 500-600 unit hijab, dengan harga Rp 47.500-Rp 55.000 per unit. Hijab itu berbahan serupa jersey olahraga yang nyaman, lentur, mudah menyerap keringat, dan cepat kering. ”Saya bermimpi benar-benar punya toko permanen,” kata pemain timnas Indonesia 2007-2015 tersebut.
Sebelum menbuka usaha hijab, Novriali memang gemar berbisnis, dimlai dari berjualan pulsa. Hal itu tak lepas dari pengaruh orang tuanya yang juga memiliki usaha serupa. ”Apa salahnya menambah pemasukan walau saya sudah anggota TNI AU. Sewaktu tidak bermain voli lagi, masa tua saya lebih terjamin,” tegasnya. (ADRIAN FAJRIANSYAH)