Atlet bola voli putri asal Sulawesi Utara, Aprilia Santini Manganang menjadi salah satu pemain paling menonjol pada kompetisi bola voli Proliga, lima musim terakhir. Lewat tenaganya yang luar biasa, Aprilia menjadi pemain yang mematikan lewat smes kerasnya.
Namun, Aprilia tidak mendapatkan kemampuannya begitu saja. Atlet kelahiran Tahuna, Kepulauan Sangihe, 27 Maret 1992 itu harus menempuh jalan hidup yang keras dan latihan berat. Jalan hidup yang tak banyak dialami atlet lain di Indonesia.
Aprilia terlahir dari pasangan Akip Zambrut Manganang (56) dan Suryati Bori Lano (58). Ayahnya adalah buruh tani lepas, sedangkan ibunya sesekali berjualan pisang goreng. Dengan ekonomi keluarga yang penuh keterbatasan, Aprilia kecil tidak bisa hidup bermalas-malasan. Sejak SD, ia terbiasa membantu menjajakan pisang goreng buatan ibunya dengan berjalan kaki. Bila tak membantu ibunya, Aprilia membantu ayahnya. Tak jarang, ia membantu mencangkul di ladang, memanjat pohon kelapa, dan mengupas buahkelapa itu.
Hidup keras dari kecil itu menempa tubuh Aprilia kuat dan penuh energi. Kelebihan tenaga itu tersalur pada dunia olahraga yang dikenalnya sejak kecil. ”Sebenarnya saya beruntung masih kecil hidup susah. Gara-gara itu saya jadi kuat seperti sekarang,” ujar Aprilia usai membela tim Jakarta PGN Popsivo Polwan berlaga pada hari pertama empat besar Proliga 2019 di GOR Joyoboyo, Kediri, Jumat (8/2/2019).
Mulanya, Aprilia bermain bulu tangkis. Pada usia SMP, ia mengenal bola voli namun beralih ke bola basket saat SMA. Setelah melihat kakaknya, Amasya, bisa dapat mendapat uang dari main voli, ia pun kembali menekuni bola voli. Saat itu, Aprilia sebatas bermain pada kejuaraan antar kampung. Upah yang diterimanya tak pasti. Bahkan, ia pernah diupah dengan mi dan telur rebus, hingga ucapan terima kasih.
Profesional
Jalan hidup Aprilia berubah pada 2011, saat direkrut klub bola voli Alco Bandung, dan dilirik untuk bermain di Proliga. Hal itu membuka lembaran baru karir Aprilia. Di klub Proliga, dirinya digembleng secara profesional.
Puncaknya, saat Aprilia direkrut Jakarta Elektrik PLN pada 2015. Atlet bertinggi 170 cm sentimeter itu digembleng keras oleh pelatih Tian Mei. Mei, sapaan pelatih asal China itu, melihat bakat Aprilia, terutama untuk melakukan smes.
Aprilia mengatakan, Mei banyak memberinya program khusus meningkatkan kecepatan, kekuatan, dan daya tahan. Latihan itu sangat keras, tetapi membuat ia jadi lebih baik.
”Mei orang paling berjasa dalam karir saya. Dia percaya pada saya dan mau membuat saya jadi lebih baik,” kata Aprilia, yang membawa Elektrik juara Proliga 2015, 2016, dan 2017.
Hingga kini, Aprilia masih menerapkan semua masukan Mei, antara lain tidur cukup minimal 8 jam sehari, tidur paling lambat pukul 22.00, dan makan teratur 3 kali sehari. Aprilia juga menambah latihan untuk menjaga kebugaran fisik, antara lain latihan beban dan kebugaran minimal 2 kali seminggu dengan durasi minimal 1 jam per latihan.
”Yang utama adalah melatih otot tangan, perut, dan kaki. Itu semua modal utuk melakukan lompatan tinggi dan smesh keras,” tutur peraih gelar pemain terbaik Proliga 2016 dan 2017 tersebut.
Dengan bakat, latihan, dan pola hidup yang baik, Aprilia konsisten menjadi salah satu spiker terbaik Indonesia. Pada laga pertama di empat besar, dia mencetak 25 angka saat Popsivo mengalahkan Bandung Bank BJB Pakuan.
”Kualitas Aprilia di atas rata-rata pemain nasional. Selain smes keras, ia pun bisa mengolah bola. Bahkan, kualitasnya lebih baik dari sebagian pemain asing. Semoga dia bisa jadi teladan atlet lain, terutama yang masih yunior,” kata pelatih Bank BJB Pakuan Teddy Hidayat. (ADRIAN FAJRIANSYAH)