Lin Jarvis: Yang Kami Perlukan Adalah Evolusi yang Kuat
Oleh
Rakaryan Sukarjaputra
·3 menit baca
Kegagalan tim Yamaha menghentikan dominasi tim Honda dalam dua tahun berturut-turut di ajang MotoGP, memaksa para pemimpin tertinggi Yamaha untuk menyegarkan manajemen sekaligus melakukan reorganisasi semua unit yang terkait dengan kegiatan balapan Yamaha di MotoGP. Pemimpin proyek Yamaha Racing Kouiji Tsuya digantikan oleh Takahiro Sumi, yang sebelumnya mengepalai divisi desain sasis Yamaha.
Kompas berkesempatan berbicara langsung dengan pemimpin (Team Principal) tim Monster Energy Yamaha MotoGP, Lin Jarvis, di sela-sela peluncuran motor Yamaha MotoGP 2019, Senin (4/2/2018) di Jakarta.
"Terkadang kita membutuhkan perubahan dalam organisasi untuk mendapatkan semangat yang baru, visi yang lebih maju, dan lain-lain. Sumi adalah ahli teknik yang sangat andal. Saat Tsuya masih memimpin, Sumi adalah kepala desain sasis dibawah Tsuya. Sumi mempunyai sangat banyak pengalaman dan pikirannya sangat terbuka. Dia sangat banyak memahami pentingnya semua grup, saat semua grup dan semua orang harus bekerja sama menuju tujuan yang sama. Jadi perubahan itu bagus sehingga kami bisa melakukan reset. Meski saya rasa reset bukanlah gambaran yang tepat," ungkap Jarvis.
Dia menguraikan, secara umum memang tim Yamaha harus lebih agresif, lebih banyak melakukan kerja sama dengan pihak luar, mempunyai mentalitas yang lebih melihat keluar. Yamaha Racing punya grup sasis, grup mesin, grup elektronik yang tempatnya berbeda-beda, dan itu semua harus dipadukan sehingga menjadi kekuatan yang besar.
"Yang membuat kami makin yakin adalah karena dia adalah orang yang sangat berorientasi kepada grup, dia sangat menyadari dan memahami pentingnya pekerjaan semua elemen, dan saling bekerja sama dan keterpaduan semua elemen itu. Itu perubahan yang utama, dimana interaksi antara Jepang dan Italia akan sangat penting. Kami juga sekarang punya fasilitas tes di Italia yang selama ini kami tidak punya," ujarnya.
Meski demikian, Jarvis yang sudah bergabung dengan Yamaha saat Masao Furusawa menjadi pemimpin proyek Yamaha Racing dan kemudian merekrut Valentino Rossi yang kemudian meraih 5 gelar juara dunia MotoGP bersama Yamaha, menegaskan bahwa kondisi tim Yamaha saat ini berbeda dengan kondisi Yamaha saat mulai dipimpin Furusawa.
"Saat Furusawa naik, Yamaha berada dalam kondisi yang sangat buruk sehingga harus dilakukan revolusi. Sekarang tidak seperti itu. Kami tidak memerlukan revolusi tetapi evolusi yang kuat. Kalau kami melakukan revolusi sekarang, kami mungkin akan kehilangan landasan kami. Kami hanya perlu lebih baik di semua hal. Peningkatan yang terus menerus," papar Pemimpin tim Monster Yamaha itu.
Memiliki pebalap yang sama-sama kuat, Maverick Vinales dan Valentino Rossi, bukanlah hal yang mudah. Terlebih seringkali kedua pebalap itu mempunyai penilaian yang berbeda atas motor yang mereka kendarai. Hal itu juga terjadi saat kedua pebalap Yamaha itu melakukan tes alternatif motor 2019 Yamaha di sirkuit Valencia dan Jerez pada akhir tahun lalu.
"Meskipun mereka (Rossi dan Vinales-red) mempunyai kecepatan yang sama, mereka mempunyai gaya membalap yang berbeda, penilaian atas apa yang mereka butuhkan dari masing-masing motor mereka. Tapi sebenarnya pandangan mereka tidak berbeda jauh, karena itulah di Sepang kami harus melakukan seleksi terakhir mana mesin yang akan digunakan sepanjang musim 2019 ini. Kami akan mendengarkan dari kedua pebalap, dan berbicara bersama-sama. Memastikan satu spesifikasi untuk mesin, ini yang paling utama," tegas Jarvis.