JAKARTA, KOMPAS--Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia akan memanggil 35 pedayung yunior untuk berlatih di pelatnas. Mereka disiapkan untuk tampil pada Kejuaraan Dunia Yunior dan Kejuaraan Asia Yunior 2019 dan 2020.
Pelatih kepala tim dayung Indonesia M Hadris mengatakan, tim dayung Indonesia kekurangan pedayung yunior. ”Hampir semua pedayung berusia di atas 18 tahun, sehingga tidak lagi masuk kategori yunior. Selain itu, banyak atlet putri mengundurkan diri dari pelatnas untuk menikah, sehingga perlu percepatan regenerasi atlet,” katanya, Kamis (10/1/2019).
Hadris menjelaskan, lima atlet yunior berusia di atas 15 tahun sudah tiba di pelatnas di Situ Cileunca, Pangalengan, Jawa Barat. Mereka berasal dari Jabar, Jambi, dan Sulawesi Tenggara. Atlet yunior dipilih dari hasil Kejuaraan Nasional dan pengamatan di sejumlah daerah.
Para pedayung yunior akan menjalani masa percobaan selama enam pekan di pelatnas. Setiap pekan penampilan mereka dipantau tim pelatih. Kecepatan atlet saat menggunakan alat dayung elektronik ergometer, misalnya, akan dicatat dan dibuat grafik sehingga terlihat perkembangannya. Kemampuan atlet dalam menyerap materi latihan juga menjadi dasar penilaian.
Apabila selama enam pekan penampilan mereka meningkat, maka latihan mereka akan diperpanjang. Tetapi, kalau penampilannya turun, atlet akan dikembalikan ke daerah. Tim pelatih akan membuat evaluasi bulanan untuk mengetahui perkembangan latihan mereka.
Mereka dijadwalkan mengikuti Kejuaraan Dunia Dayung Yunior di Tokyo, Jepang, 7-11 Agustus 2019. PB PODSI juga membuka kemungkinan atlet yunior tampil di SEA Games 2019. ”Kalau perkembangan mereka baik, bukan tidak mungkin mereka tampil di Filipina,” ujar Hadris.
Hadris menjelaskan, dirinya belum bisa menilai kemampuan atlet. Namun, beberapa atlet putri mempunyai postur yang dapat menunjang mereka menjadi pedayung profesional karena mempunyai tinggi badan 174-180 sentimeter. “Tinggi badan akan mempengaruhi tinggi jangakauan mereka di perahu. Semakin baik daya jangkau atlet saat menggerakkan dayung, maka akan menunjang kecepatan perahu,” ujarnya.
Hadris mengatakan, regenerasi atlet dayung Indonesia memang perlu segera dilakukan mengingat sejumlah atlet senior memutuskan mundur dari pelatnas karena menikah dan berkeluarga. Beberapa atlet lainnya juga mengalami cedera sehingga belum bisa berlatih optimal. Endang Sri Hevina Rangkuti dan Dewi Yuliawati misalnya, masih berkutat dengan cedera pinggang.
Diharapkan atlet-atlet yang bergabung di pelatnas dapat berlatih dengan disiplin, istirahat cukup, dan memperhatikan teknik gerakan. “Hal itu penting untuk menghindari cedera,” katanya.
Wakil Ketua PB PODSI Budiman Setiawan mengatakan, pemanggilan 35 atlet dayung yunior adalah bentuk regenerasi atlet. ”Selama tiga bulan kemajuan penampilan atlet kami pantau. Kalau bagus, latihan mereka kami perpanjang selama tiga bulan lagi,” kata dia.
Budiman menjelaskan, mulai tahun ini pelatnas dayung dibuat jangka panjang. #Kami akan mengajukan proposal anggaran pelatnas 2019-2022, untuk mempertahankan emas Asian Games 2022. Target kami realistis dan kami bekerja sungguh-sungguh untuk mencapainya,” kata dia.