Setelah sepuluh tahun, Liverpool akhirnya kembali menjadi juara paruh musim. Namun, ”The Reds” harus mewaspadai kesalahan dekade lalu agar dapat menjadi juara pada akhir musim.
LIVERPOOL, RABU Liverpool menatap gelar juara Liga Inggris setelah memuncaki klasemen pada akhir paruh pertama dengan keunggulan enam poin atas Tottenham Hotspur di posisi kedua. Namun, The Reds perlu mewaspadai kesalahan satu dekade lalu yang membuatnya gagal menjadi juara Liga Inggris.
Sepuluh tahun lalu, Liverpool juga menjadi juara paruh musim dengan keunggulan satu poin atas Chelsea di posisi kedua. Namun, Liverpool kehilangan banyak poin pada putaran kedua sehingga gelar juara musim 2008-2009 direbut oleh Manchester United yang menempati posisi ketiga dan terpaut tujuh poin pada paruh musim.
Pada musim 2018-2019 ini, selain Spurs yang menjadi ancaman, Manchester City yang menempati posisi ketiga dan terpaut tujuh poin dari Liverpool juga menjadi pesaing yang harus diwaspadai.
Meskipun grafik permainannya sedang turun, City yang menjadi pemuncak klasemen dari awal hingga menjelang akhir putaran pertama musim ini dapat bangkit dan merebut gelar juara pada akhir musim.
Berdasarkan statistik Liga Primer Inggris, dalam sepuluh tahun terakhir, juara paruh musim tidak selalu menjadi juara pada akhir musim. Tujuh kali penguasa klasemen pada akhir Desember menjadi juara liga, tetapi tiga kali tim yang sempat di puncak harus kehilangan gelar.
Liverpool yang sudah paceklik gelar Liga Inggris sejak 28 tahun lalu harus bekerja ekstra keras untuk mempertahankan keunggulannya selama ini. Hasil imbang atau bahkan kekalahan yang berulang pada paruh kedua dapat membuat Liverpool memperpanjang masa pacekliknya.
Manajer Liverpool Juergen Klopp sadar, keunggulan timnya saat ini masih belum berarti apa-apa. The Reds masih akan menghadapi tim-tim kuat pada 19 laga berikutnya dan terus menjaga keunggulan selisih poin sampai akhir musim untuk menjadi juara Liga Inggris.
”Kami ingin menciptakan sejarah kami sendiri. Kami adalah tim Liverpool pertama yang belum terkalahkan (sampai tengah musim) di Liga Inggris. Kami hanya kebobolan tujuh gol, itu bagus. Poin kami bagus, situasi kami bagus, tetapi masih ada 19 laga lagi,” kata Klopp.
Liverpool memperkokoh posisinya di puncak klasemen setelah menang 4-0 atas Newcastle United di Stadion Anfield, Liverpool, Rabu (26/12/2018). Pada saat bersamaan, Manchester City kalah 1-2 dari Leicester City sehingga keunggulan poin Liverpool bertambah.
Posisi puncak klasemen itu menjadi hadiah Natal bagi pendukung Liverpool yang sudah lama tak menyaksikan timnya jadi yang paling perkasa pada paruh pertama Liga Inggris. Liverpool juga menjadi satu-satunya tim yang tidak terkalahkan dengan 16 kemenangan dan 3 kali imbang.
Pada laga itu, Liverpool justru mendapat tekanan dari Newcastle pada menit-menit awal laga. Namun, konsolidasi pertahanan dan lini tengah yang cepat membuat Liverpool dapat kembali menekan dan mencetak gol perdana pada menit ke-11 melalui Dejan Lovren.
Keunggulan Liverpool bertambah setelah Mohamed Salah menambah gol melalui titik penalti pada menit ke-47. Dengan gol itu, Salah membukukan 12 gol dan menempati posisi kedua sebagai pencetak gol terbanyak bersama bomber Spurs, Harry Kane, dan terpaut satu gol dari pemain tersubur, striker Arsenal, Pierre- Emerick Aubameyang.
Xherdan Shaqiri mencetak gol ketiga Liverpool pada menit ke-79, memanfaatkan umpan silang Trent Alexander-Arnold. Pesta gol Liverpool ditutup lewat gol sundulan Fabinho pada menit ke-85.
Menjelang akhir laga, penonton bersorak. Klopp sempat mengira sorakan itu untuk para pemain Liverpool yang bermain bagus, tetapi sebenarnya penonton bergembira karena Manchester City kalah pada saat yang bersamaan.
”Sekarang ada keraguan (pada peluang juara) dan yang harus dilakukan adalah mengubah dinamika untuk menang dan tampil bagus,” ujar Manajer City Pep Guardiola kepada Sky Sports.
”Faktanya, kami kalah tiga kali dalam empat laga, dan jika ingin menjadi penantang sesungguhnya, kami harus menang lagi,” kata Guardiola.(Reuters/AFP/ECA)