JAKARTA, KOMPAS Indonesia membutuhkan liga nasional bisbol yang berkesinambungan untuk mempercepat peningkatan prestasi setelah Asian Games. Namun, liga itu belum dapat diwujudkan karena minimnya tim dan atlet yang profesional.
Perkembangan bisbol di Indonesia saat ini cukup baik. Salah satu indikasinya, tim putra bisbol menempati peringkat ke-7 Asia dan ke-31 di dunia. Dengan berada di delapan besar dunia, Indonesia bisa mengikuti setiap kejuaraan seri di Asia.
Namun, perkembangan yang terlihat masih sebatas di tingkat tim nasional. Di tingkat klub atau daerah, belum ada ekosistem yang cukup untuk peningkatan prestasi. Salah satunya karena Indonesia tidak memiliki liga nasional sebagai sarana klub dari berbagai daerah berkompetisi dalam jangka panjang.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Bisbol Sofbol Seluruh Indonesia (PB Perbasasi) Leo Agus Cahyono mengatakan, hanya ada kejuaraan nasional tahunan kelompok umur 12, U-14, U-18, dan U-23 di Indonesia.
”Untuk sementara baru ini saja, karena untuk liga kami masih belum bisa. Kendalanya adalah jumlah pemain profesional dan klub profesional. Kalau tidak ada, tentu liga tidak bisa bergulir,” kata Leo, pada acara Asia Baseball Clinik 2018, Rabu (19/12/2018), di Lapangan Sofbol Gelora Bung Karno, Jakarta.
Oleh karena itu, PB Perbasasi sedang menggencarkan promosi bisbol untuk menemukan banyak pemain profesional. Saat ini bisbol sudah ada di 25 provinsi dengan rata-rata 16 klub di tiap provinsi. Setelah pemain profesional muncul, PB Perbasasi baru akan mengundang perusahaan Jepang dan Korea Selatan membuat cabang klub di Indonesia.
Leo mengatakan, pihaknya hanya bisa memaksimalkan kompetisi saat seleksi timnas. Saat itu, atlet daerah akan masuk tim daerah dan mengikuti seleksi selama sekitar tiga bulan. Tim daerah akan kembali bertanding dengan daerah lain. Setelah itu atlet dipanggil tim nasional dan melanjutkan ke kompetisi tingkat Asia.
Liga reguler sangat penting untuk perkembangan atlet. Salah satu negara bisbol terkuat bisbol di dunia, Jepang, memiliki Liga Bisbol Profesional Jepang. Liga itu berlangsung dari Maret 2018 hingga November 2018. Satu tim bermain 143 kali dalam musim reguler.
Dua pemain profesional Jepang, Keizo Kawashima dan Shuhei Fukuda turut menyampaikan pentingnya kompetisi. Menurut pemain klub Fukuoka Softbank Hawks, juara liga 2018 itu, pertandingan yang dilakukan setiap hari akan memberikan pengalaman dan pengetahuan baru. Hal ini mempercepat peningkatan kemampuan atlet.
”Tetapi kalau tidak bisa bermain sebanyak itu, bisa saja dimulai kecil-kecilan dulu dari daerah. Setelah daerah mulai ramai, baru buat lagi lebih besar di tingkat nasional. Baru nanti Indonesia bisa berkembang dan bersaing melawan negara lain di internasional,” kata Fukuda.
Fukuda dan Kawashima hadir di Jakarta untuk pelatihan singkat lebih dari 100 atlet bisbol Indonesia, Rabu pagi hingga sore, mulai dari timnas senior dan U-18 putra, atlet 11–15 tahun, serta U-15 putri. Kerja sama PB Perbasasi dengan Ohama Grup itu bertujuan menggencarkan perkembangan bisbol tanah air.
Setelah pelatihan, Fukuda memuji kemampuan atlet-atlet Indonesia. Menurut dia, kemampuan mereka lebih tinggi dari ekspektasi awalnya. ”Mereka punya hasrat untuk belajar. Saya yakin kalau semakin banyak peminatnya, Indonesia bisa mempunyai atlet-atlet hebat yang bermain di tingkat dunia,” katanya.