JAKARTA, KOMPAS--Pencairan anggaran pelatnas tahun anggaran 2019 berpeluang terlambat karena belum semua cabang olahraga selesai membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran pelatnas Asian Games 2018. Beresnya LPJ merupakan syarat mutlak mencairkan anggaran pelatnas 2019.
Kementerian Pemuda dan Olahraga hingga Senin (17/12/2018), baru menerima LPJ 30 dari 40 cabang peserta Asian Games 2018.
Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora Mulyana mengatakan, cabang yang belum menyelesaikan LPJ antara lain jetski, sepak takraw, gulat, bridge, dan judo. ”Status laporan mereka dianggap masih perlu revisi. Jadi, waktu pelaporan ini akan kami perpanjang. Setelah itu akan kami tinjau ulang,” ujar Mulyana, di Jakarta.
LPJ cabang olahraga kemudian akan diperiksa Badan Pemeriksa Keuangan dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Pemeriksaan LPJ dijadwalkan selesai Desember ini sehingga awal tahun depan anggaran pelatnas sudah bisa dicairkan. Batas waktu pelaporan sudah molor dari rencana tutup buku 15 Desember.
Mulyana mengatakan, apabila cabang olahraga belum melaporkan penggunaan anggaran, atau laporan dianggap perlu revisi, maka anggaran 2019 tidak bisa dicairkan. ”Karena masalah LPJ belum selesai, kami khawatir akan berpengaruh terhadap pencairan angaran 2019,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi pencairan anggaran yang terlambat, Mulyana akan berkonsultasi dengan BPKP untuk mengatasi cabang olahraga yang belum selesai membuat LPJ. Kemenpora juga berusaha mencairkan anggaran pelatnas secara bertahap untuk cabang olahraga yang sudah selesai membuat LPJ.
Sekjen PP Indonesia Jetsport and Boating Association (IJBA), Rinaldi Duyo, mengatakan, tim jetski Indonesia belum memberikan LPJ Kemenpora. ”Kami memang sudah diingatkan untuk segera menyerahkan laporan. Mudah-mudahan pekan ini laporan selesai,” ujar Rinaldi.
IJBA terlambat membuat laporan karena setelah Asian Games 2018 banyak program yang harus dijalankan, seperti Kejuaraan Jetski Nasional dan berpartisipasi pada Piala Dunia di Thailand. ”Penyusunan LPJ itu tidak mudah. Semua harus betul-betul lengkap,” katanya.
Sepanjang 2018, tim jetski Indonesia menerima bantuan anggaran pelatnas Rp 13 miliar. Anggaran itu dipakai untuk membiayai tiga atlet jetski di Asian Games. Tahun depan, tim jetski berharap ada penambahan 10 atlet pelapis untuk memastikan regenerasi berjalan. Indonesia juga dijadwalkan menjadi tuan rumah Kejuaraan Jetski Dunia.
Wakil Ketua Pengurus Besar Persatuan Angkat Beban, Binaraga, dan Besi Seluruh Indonesia (PB PABBSI), Djoko Pramono mengatakan, keterlambatan pencairan anggaran akan berdampak bagi pelatnas. ”Kalau pencairan anggaran terlambat, pelatnas juga bisa mundur. Padahal mulai Februari 2019 sudah ada kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020,” ujarnya.
Tim angkat besi Indonesia sudah selesai membuat LPJ pelatnas 2018. Untuk pelatnas 2019, PB PABBSI mengajukan anggaran Rp 17 miliar, lebih besar dari persiapan Asian Games 2018 sebesar Rp 11 miliar.
Peningkatan kebutuhan anggaran, dijelaskan Djoko, disebabkan tim angkat besi harus mengikuti minimal enam kejuaraan di bawah bendera Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) sebagai bagian dari kualifikasi Olimpiade 2020. Adapun sepanjang 2018, tim ini hanya mengikuti satu ajang tunggal, yaitu Kejuaraan Dunia di Ashgabat, Turkmenistan, 1-10 November 2018.
Selain untuk kebutuhan kejuaraan, anggaran juga dipakai untuk membayar uang saku, akomodasi, dan kebutuhan program latihan untuk 18 atlet, terdiri atas 12 atlet senior dan 6 atlet yunior.