Wajah Baru Piala Eropa
Negara-negara di Eropa yang tidak memiliki tim nasional sepak bola yang kuat kini berpeluang besar tampil di Piala Eropa 2020. Liga Nasional Eropa berusaha mewujudkan mimpi mereka.
PRISTINA, RABU Piala Eropa 2020 dipastikan dihiasi wajah-wajah baru berkat adanya Liga Nasional Eropa 2018-2019. Kosovo, yang baru diakui oleh Asosiasi Sepak Bola Eropa atau UEFA dua tahun silam, bisa menjadi salah satu di antaranya.
Lompatan besar Kosovo tersebut bermula di Stadion Fadil Vokrri, Pristina, Kosovo, Rabu (21/11/2018). Dalam laga Liga Nasional Eropa di Grup D3 di stadion tersebut, Kosovo menang 4-0 atas Azerbaijan berkat tiga gol Arber Zeneli dan satu gol dari Amir Rrahmani.
Kemenangan itu memastikan Kosovo sebagai juara Grup D3. Tak hanya promosi ke Liga C pada Liga Nasional berikutnya, hasil ini juga membuat negara itu memastikan tempat pada babak play off kualifikasi Piala Eropa 2020 yang dimulai 26 Maret 2020.
Babak play off ini akan diikuti 16 tim yang memperebutkan 4 tiket tersisa dari total 24 tiket untuk tampil pada putaran final Piala Eropa 2020 tanggal 12 Juni-12 Juli 2020.
Kosovo tidak harus bertarung dengan 15 tim lainnya. Mereka hanya perlu menghadapi tiga lawan dari Liga D, kasta keempat dan terendah di Liga Nasional Eropa.
Inilah keuntungan dari Liga Nasional bagi tim-tim lemah. Kompetisi untuk mengganti laga persahabatan internasional yang kurang kompetitif ini diikuti 55 negara anggota UEFA dan dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan peringkat tim di UEFA.
Liga A diikuti 12 tim peringkat atas, 12 tim berikutnya di Liga B, 15 tim di Liga C, dan 16 tim peringkat terendah di Liga D. Artinya, Liga D yang dihuni Kosovo merupakan tempat bagi tim-tim terlemah di Eropa.
Di setiap liga, dari Liga A hingga Liga D, terbagi lagi ke dalam empat grup sehingga ada 16 tim juara grup. Empat tim juara grup di setiap liga kemudian akan bertarung memperebutkan satu tiket Piala Eropa di babak play off. Dengan demikian, tim-tim di setiap liga berpeluang tampil di Piala Eropa.
Di samping babak play off, masih ada babak kualifikasi reguler yang berlangsung pada Maret-November 2019. Tim-tim yang tergabung dalam 16 juara grup tidak perlu lagi mengikuti play off jika berhasil lolos lewat kualifikasi reguler. Jatah mereka di play off kemudian dipakai oleh tim peringkat berikutnya berdasarkan hasil di Liga Nasional.
Peluang bagi tim-tim kecil untuk tampil di Piala Eropa pun semakin terbuka lebar. Misalnya di Grup D, selain Kosovo, masih ada Georgia, Belarus, dan Macedonia yang berhak ke play off. Mereka belum pernah tampil di Piala Eropa.
”Liga Nasional jauh lebih sukses daripada yang kami bayangkan. Ini adalah jalan ke Piala Eropa yang menguntungkan bagi tim-tim di Liga D. Sebelumnya, bisa tampil di Piala Eropa adalah sesuatu yang nyaris mustahil bagi mereka,” kata Presiden UEFA Aleksander Ceferin.
Liga Nasional tidak sekadar alternatif untuk mengganti laga-laga persahabatan yang kurang kompetitif. Liga ini punya fungsi lain, yakni alat yang efektif untuk membuat daftar peringkat tim yang digunakan untuk pengundian grup kualifikasi reguler Piala Eropa.
Selain itu, empat juara grup di Liga A, yakni Portugal, Swiss, Belanda, dan Inggris, berpeluang merebut trofi Liga Nasional Eropa untuk pertama kali. Keempat tim itu melaju ke semifinal yang akan dimulai 5 Juni 2019.
Derita Jerman
Namun, bagi tim juara Piala Dunia 2014, Jerman, Liga Nasional semakin menambah penderitaan mereka. Dalam pengundian babak kualifikasi Piala Eropa 2020, Jerman terlempar ke pot 2. Artinya, Jerman akan berada satu grup dengan salah satu dari 10 tim kuat dari pot 1 pada kualifikasi nanti.
Hal ini terjadi karena selama menjalani Liga Nasional, Jerman tampil buruk dan terdegradasi ke Liga B setelah finis di peringkat ketiga dengan dua poin. Mereka kemudian menjadi satu dari dua tim peringkat terburuk di Liga A yang pantas dilempar ke pot 2.
Hasil itu diperoleh berkat keberhasilan Polandia menahan imbang Portugal, 1-1, di Stadion Dom Afonso Henriques, Guimaraes, Portugal, Rabu dini hari WIB. Polandia juga finis di peringkat ketiga Grup A3 dan memiliki dua poin, tetapi unggul jumlah selisih gol dari Jerman.
Dengan demikian, Jerman benar-benar mengalami periode terburuk tahun ini. Setelah tersingkir di fase grup Piala Dunia Rusia 2018, kini mereka kembali tertunduk di level Eropa. Dari 13 laga yang dijalani Jerman selama 2018, mereka hanya menang pada empat laga.
Pelatih Jerman Joachim Loew tetap optimistis mereka akan segera bangkit lagi. ”Kami punya potensi yang memberi kami keberanian untuk menjalani tahun depan,” kata Loew.
Jerman masih punya banyak pemain berbakat. Kualifikasi Piala Eropa itu akan menjadi pertaruhan bagi masa depan karier Loew. (AFP/REUTERS/DEN)