Setelah berjaya di Asian Games 2018, tim nasional tenis meja paralimpiade memburu poin ke Paralimpiade Tokyo 2020 dengan mengikuti Kejuaraan Spanyol Terbuka. Dari kejuaraan itu, mereka menyabet 3 medali emas, 1 perak, dan 1 perunggu lewat nomor perorangan.
Atlet tenis meja nasional Dian David Michael Jacobs (kelas 10), Agus Sutanto (kelas 5), dan Adyos Astan (kelas 4), meraih emas dalam nomor tunggal putra pada Jumat (17/11/2018) di Almeria, Spanyol. Yayang Gunaya (kelas 4) meraih perak setelah kalah dari Astan di final. Dan, Tatok Hardiyanto (kelas 5) harus puas dengan perunggu.
David yang merupakan peringkat ke-2 dunia dalam kelas 10, puas dengan raihan itu. Setelah terakhir menyabet dua emas di Asian Games, ia kembali juara dengan mengalahkan atlet elite Eropa yang merupakan kiblat tenis meja dunia.
Di final, David bersusah payah menaklukkan atlet asal Austria peringkat ke-9 dunia Krisztian Gardos. Atlet dengan keterbatasan tangan kanan itu menang setelah melewati lima gim, 8-11, 11-6, 11-9, 7-11, 11-9.
Kemenangan itu membuat peringkat dunia David semakin kokoh. David dan kawan-kawan memang mengikuti kejuaraan tersebut untuk mengumpulkan poin menuju Paralimpiade Tokyo. “Biar poin terus bertambah dan masuk ke dalam perhitungan peringkat dunia,” kata David saat dihubungi Sabtu.
Pelatih tenis meja paralimpiade Rima Ferdianto mengatakan, setelah Asian Games, mereka langsung tancap gas mencari poin ke Paralimpiade, mengingat persaingan di Tokyo sangat berat. Dari ratusan atlet, hanya 10 besar dunia di setiap kelas yang otomatis lolos.
”Sisanya bisa lolos dari kejuaraan antarbenua. Kalau lewat itu lebih berat karena hanya juara yang akan lolos. Kita akan bertemu China dan Korea Selatan yang hampir pasti juara,” tutur Rima.
Sejauh ini baru David yang di atas kertas lolos ke Tokyo. David sudah cukup aman dengan poin dan peringkat dunia saat ini. Mantan pemain kategori umum itu tinggal memenuhi syarat mengikuti minimal empat kejuaraan pada 2019.
Selain David, Ana Widyasari (kelas 11) juga berpeluang besar lolos karena menempati peringkat ke-4 dunia. Ana tidak tampil di Spanyol karena kelasnya tidak dipertandingkan.
Melihat penampilan di Spanyol, tambah Rima, ia yakin Agus yang sudah duduk di peringkat ke-11 dan Astan yang masuk ke peringkat ke-18, mampu menembus Paralimpiade. ”Untuk mengejar peringkat, kami sudah siapkan empat kejuaraan pada 2019, Taiwan Terbuka, Barcelona Terbuka, Finlandia Terbuka, dan Belanda Terbuka,” katanya.
Di Spanyol, 5 dari 10 atlet nasional yang ikut berangkat belum mencapai penampilan terbaik. Salah satunya adalah Komet Akbar (kelas 10) yang saat Asian Games lalu meraih emas bersama David di ganda putra.
Akbar kalah dari atlet asal Perancis peringkat ke-8 dunia, Mateo Boheas, tiga gim langsung, 6-11, 10-12, 3-11. Kekalahan itu membuat Akbar harus bekerja keras untuk bisa lolos ke Paralimpiade. Saat ini, ia masih berada di peringkat ke-22 dunia.
“Lawannya berat di Spanyol. Agar lolos Paralimpiade, sekarang saya masih ngejar kejuaraan terus biar dapat poin untuk memperbaiki peringkat,” ucap Akbar.