JAKARTA, KOMPAS – FIDE Master Putri (WFM) Dita Karenza dipaksa bermain remis oleh pecatur muda, Evi Yuliana, pada babak keenam kategori senior putri Festival Catur Japfa 2018, Jumat (16/11/2018), di Wisma Kemenpora, Jakarta. Sempat unggul jumlah perwira, Dita justru gugup dan tidak bisa bermain lepas. Akibatnya, ia tidak bisa mematikan langkah lawan, meski dominan bermain menyerang.
Evi (16) yang belum menyandang gelar, mampu mengimbangi permainan dari Dita (18) yang memiliki elo rating 2.300, tertinggi di kategori senior putri. Meski Dengan hasil remis itu, kedua pecatur mendapatkan poin setengah.
“Tadi saya mikir, kalau kalah malu banget. Kalau menang kan wajar. Itu justru jadi beban buat saya," kata Dita. Dia pun mengakui terlalu lama mengambil keputusan, ketika tengah unggul di akhir pertandingan.
Pada pertandingan itu, Evi yang memainkan buah catur putih berinisiatif menyerang terlebih dahulu. Dia membuka permainan dengan strategi queen gambit, yang juga diikuti oleh Dita. Setelah itu, Evi melakukan rokade pendek di langkah ke-13 sehingga memungkinkan perwiranya untuk menyerang. Adapun Dita juga melakukan rokade pendek di langkah tersebut.
Pada langkah ke-25, Evi mulai terdesak karena rajanya terancam. Pada kondisi itu, Evi memilih menukar menteri yang berada di G5, dengan satu gajah dan satu benteng dari Dita. "Kalau aku enggak korbanin, pertandingan selesai karena rajaku sudah terdesak," kata Evi.
Evi cukup lama menghabiskan waktu untuk mengambil keputusan tersebut. Pada langkah ke-28, Evi hanya menyisakan waktu dua menit, sementara Dita masih memiliki waktu 25 menit.
Berada di atas angin, Dita mulai mengancam raja lawan dengan menggunakan menteri dan satu benteng. Namun, serangan itu belum mampu mematikan lawan. Memasuki langkah ke-56, keduanya menyisakan waktu kurang dari satu menit sehingga memaksa mereka bermain cepat.
Hingga pertandingan selesai, Dita yang menyisakan satu benteng dan dua bidak, tidak mampu menaklukkan Evi yang memiliki satu kuda dan satu gajah. Kedua pecatur itu pun sepakat mengakhiri laga dengan remis.
“Awalnya gugup lawan Dita karena dia sudah WFM. Tapi, saya memilih bermain tenang dan nothing to lose,” ujar Evi seusai pertandingan.
Dengan hasil imbang, baik Dita dan Evi telah mengumpulkan lima poin dari enam babak. Pada ajang ini, mereka mengumpulkan lima poin dari tiga kemenangan dan dua remis. Adapun Dita berada di posisi pertama klasemen sementara, diikuti Evi di peringkat kedua.
Beasiswa
Ajang ini menyajikan hadiah total 1.600 dollar AS atau sekitar Rp 23 juta untuk pertandingan internasional, serta Rp 165 juta untuk turnamen terbuka. Ajang ini juga memungkinkan para peserta muda mendapatkan beasiswa kuliah.
“Sejak tahun 1983, beberapa universitas seperti Gunadarma dan STIE Perbanas, memberikan beasiswa kepada pecatur muda hingga tamat. Jadi, kalau ada peserta dalam ajang ini yang memegang sertifikat juara satu hingga tiga, bisa kami rekomendasikan untuk mendapat beasiswa,” kata Ketua Harian Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) DKI Jakarta, Hendry Jamal’s.
Oleh karena itu, Hendry mengatakan, para orang tua pecatur muda tidak perlu khawatir soal pendidikan anak kelak. “Malah, dengan berprestasi menjadi atlet catur, itu bisa menjadi kesempatan agar anak bisa sekolah setinggi-tingginya,” kata Hendry.
Festival Catur Japfa 2018 berlangsung 13-17 November, diikuti 498 peserta dari 25 provinsi dan empat negara asing, yakni Malaysia, Filipina, India, dan Australia. (E14)