SOLO, KOMPAS — Sepuluh atlet timnas tenis meja Paralimpiade mengikuti kejuaraan Para Table Tennis Championship Spanish Open 2018 di Spanyol, 15-19 November. Keikutsertaan para atlet ini untuk mencari poin menghadapi ajang Paralimpiade Tokyo 2020.
Ke-10 atlet itu ialah Adyos Astan (kelas 4), Yayang Gunaya (kelas 4), Agus Sutanto (kelas 5), Tatok Hardiyanto (kelas 5), Leonardo Aritonang (kelas 8), Abdul Malik Abdullah (kelas 8), Banyu Trimulyo (kelas 8), Kusnanto (kelas 9), David Jacobs (kelas 10), dan Komet Akbar (kelas 10).Koleksi poin yang dikumpulkan para atlet dari hasil kejuaraan internasional itu dibutuhkan untuk memperbaiki peringkat dunia mereka.
”Yang lolos langsung ke Paralympic Tokyo harus minimal ranking 10 besar dunia. Karena itu, atlet-atlet mau rutin keliling ikut tur ke luar negeri guna memperbaiki ranking dunianya,” ujar pelatih tenis meja Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia Rima Ferdianto, Kamis (15/11/2018).
Dua atlet tenis meja putri kelas 11, Ana Widyasari dan Lola Amalia, semula juga hendak diberangkatkan ke Spanyol mengikuti kejuaraan yang sama. Namun, jumlah peserta pada kelas 11 tidak memenuhi kuota sehingga batal dipertandingkan. Keduanya akhirnya tidak jadi berangkat.
Rima mengemukakan, dari 10 atlet itu, baru David Jacobs yang sudah masuk peringkat 10 besar dunia, yaitu peringkat ke-2. Adyos Astan ranking ke-18 dunia, Yayang (32), Agus Sutanto (11), Tatok (20), Banyu (32), Leonardo (47), Abdul Malik (58), Akbar (22). Adapun Kusnanto peringkat dunianya belum keluar karena merupakan pemain baru. Meski demikian, Kusnanto juga diikutkan dalam kejuaraan internasional karena memiliki prospek yang bagus.
”Ranking dunianya (atlet timnas) tidak mencerminkan kemampuan yang sebenarnya karena jarang sekali ikut pertandingan Pro Tour Internasional,” katanya.
Menurut Rima, setelah mengikuti kejuaraan di Spanyol Terbuka, David Jacobs dan kawan-kawan akan mengikuti kejuaraan para table tennis di Argentina pada 28 November 2018 dan Thailand pada 15 Desember 2018.
”Karena ini di luar pelatnas, semua dibiayai NPC. Kalau Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga) nunggu pelatnas dulu dan biasanya satu tahun hanya dapat try out satu kali jadi tidak cukup untuk modal ke Paralympic. Minim mereka harus ikut try out ke luar 6-9 kali agar bisa ikut Paralympic Tokyo 2020 di sisa tahun 2018 dan 2019 nanti,” tuturnya.
Selain mencari poin peringkat dunia, keikusertaan para atlet dalam kejuaraan dunia itu juga untuk mencari poin partisipasi. ”Misal enggak lolos ranking 10 besar, masih bisa minta wildcard atau tripartite application asal memenuhi participation points ini,” ujarnya.
Rima mengatakan, kejuaraan ini juga untuk meneropong kekuatan lawan-lawan yang kemungkinan akan ikut bertanding di Paralimpiade Tokyo terutama pada kelas-kelas di mana Indonesia memiliki peluang merebut medali. Peluang Indonesia merebut medali terbuka di kelas 5 putra, kelas 10 putra, dan 11 putri.