JAKARTA, KOMPAS — Hingga menjelang pekan ke-11 Liga Kompas Kacang Garuda U-14, jumlah kartu kuning dan kartu merah yang diberikan kepada sekolah sepak bola peserta liga menurun drastis dibandingkan dengan tahun lalu. Hasil positif ini merupakan efek dari peraturan baru yang melarang pemain tampil di liga lain.
Berdasarkan data dari Tim 11 Liga Kompas, jumlah hukuman kartu pada musim 2017/2018 mencapai 160 kartu, terdiri atas 155 kartu kuning dan 5 kartu merah. Jumlah itu menyusut pada musim ini dengan 138 hukuman kartu, yaitu 134 kartu kuning dan 4 kartu merah.
Pemandu Bakat Liga Kompas, Dede Sulaeman, mengatakan, penurunan jumlah kartu itu berkat aturan baru yang melarang pemain tampil di liga lain. Aturan itu menjaga setiap pemain hanya bermain sekali tiap minggu di Liga Kompas, selama 30 pekan.
”Jumlah 30 laga selama satu musim sudah lebih dari cukup untuk pembinaan U-14. Kalau lebih dari itu, pemain sulit berkembang karena kelelahan dan kehilangan konsentrasi,” kata Dede, Sabtu (10/11/2018).
Alhasil, pada musim ini pemain dapat fokus menjalani setiap pertandingan. Adapun dari 138 hukuman kartu yang dikeluarkan wasit, kategori pelanggaran masih berada dalam batas wajar sportivitas.
Berbanding terbalik dengan musim lalu, tidak adanya peraturan keikutsertaan di liga lain membuat banyak pemain bertanding lebih dari sekali dalam seminggu. Bahkan, kebanyakan pemain tampil di liga lain pada hari Sabtu sehingga saat tampil di Liga Kompas, keesokan harinya, fisik dan pikiran mereka terkuras.
Kelelahan itu meningkatkan potensi pemain dalam menghasilkan pelanggaran yang tidak penting. Kurangnya konsentrasi juga membuat mereka sering terlambat ketika ingin mengambil bola. Hal-hal tersebut berujung pada hukuman kartu.
Selain itu, kelelahan berpengaruh langsung pada kondisi pikiran. Pemain cenderung emosional ketika berada pada situasi tertekan. ”Karena itu, jumlah kartu tahun lalu lebih tinggi. Itu yang terjadi ketika pemain muda dipaksakan bermain berkali-kali dalam jangka waktu singkat,” kata Dede.
Saking banyaknya kartu pada pertengahan musim 2017/2018, panitia sempat memanggil seluruh pihak terkait, manajer dan pelatih, untuk menjaga sportivitas. Setelah pemanggilan itu, jumlah hukuman kartu sedikit berkurang.
Direktur Liga Kompas Adi Prinantyo menjelaskan, pemanggilan itu tidak cukup. Untuk terus menjaga kualitas dan sportivitas dalam pembinaan usia dini, pihaknya harus membuat aturan yang harus ditaati seluruh tim. Aturan itu diaplikasikan pada musim ini.
Aturan dibuat dengan kesepakatan antara operator Liga Kompas, perwakilan sekolah sepak bola (SSB), dan orangtua. Intinya, aturan membatasi pemain bermain di liga lain. SSB yang melanggar kesepakatan akan diberi sanksi pengurangan satu poin di setiap pekan hingga liga berakhir. Setelah liga usai, SSB akan dicoret dari Liga Kompas musim depan.
Adi menilai, banyaknya pelanggaran yang berujung hukuman kartu tidak dapat ditoleransi di Liga Kompas. Banyaknya pelanggaran sangat sangat bertentangan dengan semangat pembinaan usia muda.
”Seharusnya pada masa muda, para pemain menghindari hukuman kartu. Mereka harus benar-benar bermain dengan dilandasi semangat fair play dan sportivitas,” lanjutnya.
Dihubungi secara terpisah, Pelatih Bina Taruna Saut LB Tobing menyatakan, aturan baru itu sangat berguna untuk kebaikan pemainnya. Keterlibatan pemain di banyak kompetisi terbukti merusak konsentrasi pemain.
”Bertanding di banyak liga itu bisa mengakibatkan rawan cedera juga. Alangkah lebih baiknya jika pemain hanya fokus di satu kompetisi,” ujar Saut.
Saut menuturkan, pemain usia muda rata-rata memiliki jam bertanding antara 20 hingga 23 jam dalam setahun. Jika mereka bermain melebihi waktu tersebut, akan berisiko terhadap perkembangan fisiknya.
Senada dengan Saut, Pelatih Bina Taruna Cibubur Harry Salisbury mengatakan, kelelahan menyebabkan permainan pesepak bola menjadi tidak berkembang. Oleh karena itu, mantan pemain PSIS Semarang itu sependapat pemain harus fokus pada satu kompetisi saja.
Selain meningkatkan hukuman kartu, bermain di banyak liga juga terbukti menurunkan kualitas permainan pemain. Terbukti pada musim 2017/2018, beberapa pemain terbaik bulanan penampilannya terjun bebas setelah memutuskan mengikuti liga lain.