Pelatih Bukan Isu Utama Real Madrid
Takdir Julen Lopetegui sebagai Pelatih Real Madrid sepertinya sudah tertulis di dinding jalan hidupnya bahkan sebelum kakinya menginjak Santiago Bernabeu. Dia dipecat sebagai pelatih tim nasional Spanyol dua hari menjelang laga perdana di Piala Dunia Rusia, kemudian dengan tergesa-gesa serta masih limbung akibat kehilangan mesin gol Cristiano Ronaldo, dia menyiapkan pasukan ”El Real” menghadapi Piala Super Eropa untuk kemudian kalah menghadapi rival sekota Atletico Madrid.
Senin lalu, setelah hanya menjalani laga ke-14 di semua kompetisi, Lopetegui dipecat. Pelatih berusia 52 tahun itu digusur manajemen El Real setelah kekalahan pahit 1-5 dalam laga el clasico menghadapi musuh abadi FC Barcelona di Camp Nou, Minggu (28/10/2018). Posisinya untuk sementara digantikan Santiago Hernan Solari, pelatih Real Madrid B.
Sebenarnya, tidak terlalu mengejutkan ketika manajemen Real Madrid yang diketuai presiden klub Florentino Perez. Bersama Lopetegui, Real Madrid menjalani salah satu start paling buruk sepanjang sejarahnya.
Sebelum el clasico yang luluh lantak, Real Madrid menjalani delapan jam laga tanpa bisa mencetak gol, hanya selisih 12 menit dari rekor terburuk ”Los Blancos” sepanjang sejarahnya. Di semua kompetisi, El Real yang menderita lima kekalahan dari tujuh laga dan kemenangan tipis 2-1 atas klub ”antah berantah” Victoria Plzen di Liga Champions tidak pernah membuat pendukungnya puas.
Maka, saat konfirmasi datang dari Bernabeu bahwa dia dipecat, hampir tak ada yang terkejut. Para pendukung Los Blancos justru sudah terkejut jauh-jauh hari manakala Perez menunjuk Lopetegui sebagai pengganti Zinedine Zidane, legenda yang mundur setelah mengantarkan gelar Liga Champions untuk ketiga kalinya secara beruntun pada medio musim panas lalu. Saat itu pendukung fanatik Real Madrid bertanya-tanya, apa yang ada di benak Perez? Sudah gilakah dia?
Pendukung Real Madrid yang masih berduka akibat hijrahnya Ronaldo ke Juventus heran sampai ke ubun-ubun dengan penunjukan Lopetegui yang nyaris tak punya prestasi fenomenal untuk menggantikan Zidane. Mereka membandingkan Lopetegui dengan David Moyes, pelatih yang nyaris tanpa prestasi, yang menggantikan Sir Alex Ferguson yang gelar dan trofinya memenuhi ruang pamer Old Trafford.
Bagaimana mungkin Lopetegui dibandingkan dengan Zidane? Di awal kariernya sebagai pelatih, Lopetegui hanya menjalani 10 laga bersama Rayo Vallecano sebelum dipecat. Namun, dia kemudian sukses menangani tim Spanyol U-19 dan U-21 sebelum dipinang juara Portugal FC Porto.
Namun, tahun pertamanya di Estadio Dragao bukanlah musim yang manis. Untuk pertama kalinya sejak 1982/83, klub paling moncer di Portugal itu tidak mendapatkan satu gelar pun. Lopetegui kemudian dipecat pada tengah musim keduanya di Dragao hanya beberapa jam setelah tersingkir di Liga Champions pasca-kekalahan melawan Chelsea.
Setelah dari Porto, nama Lopetegui kemudian nyaris ditelan Bumi sebelum kemudian membuat dunia terkejut dengan peran barunya sebagai pelatih tim nasional Spanyol setelah pensiunnya Vicente del Bosque. Pada laga pertamanya bersama ”La Furia Roja”, dia memetik kemenangan atas Belgia dalam laga persahabatan di King Baodouin Stadium. Lopetegui kemudian membawa Spanyol lolos ke Piala Dunia 2018 setelah menyelesaikan laga tanpa kalah di babak penyisihan grup dengan sembilan kemenangan dan satu hasil imbang.
Laporan media Spanyol mengungkapkan, Lopetegui kehilangan respek di ruang ganti karena dia terlalu memanjakan pemain-pemain bintangnya.
Bersama La Furia Roja, Lopetegui total membukukan 20 laga tanpa kalah, tetapi sepak terjangnya di Piala Dunia terhenti oleh ambisi besarnya melatih tim paling mentereng di dunia, Real Madrid. Dia sepakat menjadi juru latih di Bernabeu saat pekerjaan utamanya di tim nasional belum lagi dimulai.
Terlalu manjakan pemain
Ambisi terlampau besar menangani klub paling sukses di dunia terbukti telah menjadi bumerang bagi Lopetegui yang ternyata tidak mampu mengendalikan ego sebagian besar pemain yang telah mendapatkan segalanya dari sepak bola.
Laporan media Spanyol mengungkapkan, Lopetegui kehilangan respek di ruang ganti karena dia terlalu memanjakan pemain-pemain bintangnya. Sementara di pihak pemain, sebagian besar sudah tergolong senior dengan status bintang yang telah lama mereka sandang. Para pemain itu telah terlalu lama berada di dalam ”zona nyaman”, sebuah fenomena yang secara jitu dibaca oleh Zidane sebelum memutuskan untuk meninggalkan Bernabeu.
Saat pemain senior menikmati keistimewaan dari Lopetegui, pemain-pemain muda yang seharusnya sudah harus disiapkan untuk menjadi lapis kedua justru disingkirkan. Vinicius Junior dilempar ke Real Madrid B, sedangkan Alvaro Odriozola lebih sering duduk di bangku cadangan.
Saat meninggalkan Bernabeu secara mengejutkan pada awal musim panas lalu, Zidane sebenarnya telah memberi sinyal kepada presiden klub Florentino Perez bahwa tim bertabur bintang ini butuh peremajaan segera. Zidane menyadari, begitu Real Madrid merebut tiga gelar Liga Champions secara berurutan semasa kepemimpinannya, para pemain telah mencapai ”garis finis” perjalanan kariernya. Sebaliknya, sebagai tim, El Real harus segera melahirkan bintang-bintang muda baru.
Zidane menyadari fenomena ini bahkan sebelum El Real kehilangan Cristiano Ronaldo yang berarti kehilangan rata-rata lebih dari 40 gol satu musim untuk semua kompetisi. Perez, yang tak lagi bergairah untuk membeli pemain bintang akibat keterbatasan dana setelah melakukan renovasi Bernabeu yang menelan biaya 600 juta euro, memang mendatangkan Mariano Diaz dari Lyon, tetapi tidak pernah menolong produktivitas gol El Real. Perez tak punya cukup amunisi untuk mendatangkan pemain seperti Eden Hazard atau Kylian Mbappe yang butuh setidaknya 200 juta euro per orang. Satu-satunya pembelian besar Perez adalah kiper Thibaut Courtois.
Dengan keengganan Lopetegui memaksimalkan Vinicius, dia praktis hanya punya amunisi lama seperti Karim Benzema dan Gareth Bale yang keduanya sepanjang musim ini bermain jauh di bawah harapan. Dua bakat muda seperti Isco dan Marco Asensio pun tak bisa menampilkan bentuk terbaiknya dengan masing-masing masalahnya.
Siapa pelatih permanen?
Setelah memecat Lopetegui, Perez langsung menunjuk Santiago Hernan Solari, pelatih Madrid B. Semua orang paham, Solari hanyalah pelatih sementara sampai kedatangan ”big name” ke Bernabeu. Bagi Perez, momentum pemecatan saat ini pas karena kompetisi akan jeda sebentar untuk laga internasional dan ini membuat dia punya cukup waktu untuk memikirkan dan mencari pengganti permanen.
Solari sukses dalam laga pertamanya bersama tim senior dengan menekuk klub divisi bawah Melila di Copa del Rey tengah pekan lalu. Satu laga lagi yang akan dijalani Solari sebelum jeda internasional adalah laga La Liga menghadapi tuan rumah Real Valladolid hari Sabtu ini.
Perez memang harus bekerja cepat mengingat Federasi Sepak Bola Spanyol hanya mengizinkan pelatih sementara selama dua pekan (Pasal 60) dan klub harus memastikan siapa pelatih permanen. Di tengah situasi yang terjepit ini, kabar paling deras untuk pengganti permanen Lopetegui adalah mantan pelatih Juventus dan Chelsea Antonio Conte dan pelatih Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino. Kedua pelatih ini menurut kabar adalah yang benar-benar dibidik Perez dan sudah didekati beberapa pekan sebelum pemecatan Lopetegui.
Conte adalah nama yang paling santer diberitakan sebagai kandidat terkuat menggantikan Lopetegui. Namun, sejumlah laporan juga menyebutkan, Perez tak bisa memenuhi permintaan pelatih asal Italia tersebut yang meminta membawa tim pelatih sebanyak enam orang dalam satu paket ke Bernabeu.
Laporan lain menyebutkan, negosiasi dengan Conte gagal karena Perez menyadari, pelatih Italia itu fanatik dengan gaya permainan dengan tiga bek tengah yang diyakini tidak akan cocok dengan filosofi bermain Real Madrid.
Harian Marca menyebutkan, Conte juga meminta kontrak jangka panjang, setidaknya tiga tahun, serta diberi kebebasan membeli pemain baru terutama posisi striker untuk menggantikan posisi pendulang gol yang ditinggalkan Ronaldo. Permintaan-permintaan ini kabarnya membuat Perez patah arang.
Mantan pemain dan direktur olahraga Real Madrid Jorge Valdano kepada radio Onda Cero mengungkapkan, selain Conte, kandidat lain adalah Roberto Martinez, mantan pelatih Everton yang kini menangani timnas Belgia. ”Conte punya prestise sendiri karena memenangi banyak gelar, tetapi Roberto (Martinez) akan beradaptasi dengan tim ini,” ujar Valdano.
Sejumlah nama lain juga disebut-sebut akan segera merapat ke Bernabeu, di antaranya Jose Mourinho yang pernah menangani Real Madrid dan kini menjadi arsitek Manchester United.
Meski demikian, siapa pun nanti yang akan menggantikan Lopetegui secara permanen, bisa jadi Solari, Conte, Mourinho, atau siapa pun, tugas utama mereka adalah memastikan tim ini kembali ke jalur kemenangan dengan sejumlah besar pemain yang telah kehilangan gairah, telah terperangkap dalam zona nyaman menurut Zidane.
Real Madrid butuh pelatih yang dihormati seluruh pemain, bukan karena taktik dan strateginya jitu, melainkan seseorang yang mampu memberikan terapi kejut di ruang ganti dan arena latihan agar sekelompok pemain kelas dunia tersebut mampu memberikan segalanya di lapangan hijau.