LAMONGAN, KOMPAS — Persela Lamongan mengalahkan Barito Putera dalam lanjutan Liga 1 Go-Jek di Stadion Surajaya Lamongan, Selasa (23/10/2018), dengan skor 2-1 (1-0). Gol penentu kemenangan tim berjuluk ”Laskar Jaka Tingkir” itu diciptakan mantan pemain Barito Putera, Syahroni, pada menit ke-90. Satu gol lagi diciptakan Mochammad Fahmi Al Ayyubi pada menit ke-45+1. Barito Putera membuat gol lewat Marcel Silva Sacramento pada menit ke-50.
Kemenangan Persela itu dipersembahkan untuk mengenang setahun meninggalnya legenda sepak bola Lamongan, penjaga gawang, Choirul Huda, tahun lalu. ”Kami dapat suntikan motivasi dari bupati. Alhamdulillah menang. Ini juga kami persembahkan untuk almarhum Huda,” ujar Aji seusai pertandingan.
Aji menilai pertandingan berlangsung seru dan berimbang, lawan pun bermain bagus. Kalau di laga ini bisa jadi beban mental pemain. ”Saya salut, para pemain mau capek (lelah bekerja keras) dan berani ambil risiko. Ini seperti pertandingan hidup mati. Tim harus menuai hasil positif,” kata Aji.
Aji berharap tren positif itu berlanjut dengan kemenangan di laga kandang tersisa. Ia berharap juga bisa mencuri poin di lima laga tandang terakhir. Minimal rekor belum pernah kalah di kandang selama tiga musim kompetisi bisa dipertahankan.
Menurut Aji, masuknya Diego Assis, Sugeng Effendi, dan Dendy Sulistyawan membuat Persela lebih agresif, serangan dan taktik lebih efektif. Diego menendang bola terkena tiang, bola yang memantul pun dieksekusi dengan baik oleh Syahroni ke gawang Barito yang dikawal Dian Agus Prasetyo. ”Semua pemain tampil luar biasa. Serangan lawan juga membuat kami tegang dan deg- degan,” kata Aji.
Penentu kemenangan Persela, Syahroni, menyatakan, pertandingan kali ini luar biasa, terlebih bagi dirinya. ”Ini laga emosional bagi saya. Apalagi, saya mantan pemain Barito dan mencetak gol ke gawang mereka. Alhamdulillah dapat tiga poin setelah beberapa laga susah dapat angka tiga,” katanya.
Pelatih Barito, Jacksen F Tiago, berharap ini kekalahan terakhir dan timnya bisa mengakhiri paceklik kemenangan. Menurut dia, dari sisi kemampuan, timnya bagus, dan dilihat jalannya pertandingan, tak layak kalah. ”Kami memberi tekanan sampai laga berakhir,” katanya.
Di babak pertama, kedua tim bermain disiplin meskipun timnya punya peluang menang dan nyaris unggul lebih dulu. Namun, sayang pemain terjebak offsiide. Tendangan Gavin Kwan Adsit juga bisa ditangkap Dwi Kuswanto.
Babak kedua, Persela dan Barito sama-sama bermain terbuka dan lebih agresif saling serang. Kekuatan tim tak jauh berbeda, bola lebih mengalir. Marcel dan Rizki Rizaldi Pora beberapa kali menggempur jantung pertahanan Persela. ”Tadi kalau tendangan Rizki Pora masuk dan tak membentur tiang gawang lain cerita. Kami malah hilang fokus di akhir laga. Pemain juga menggos menggos (stamina turun),” kata Jacksen.
Ia juga mengantisipasi masuknya Diego Assis yang membuat daya gedor Persela lebih hidup. Pemainnya mengawal Diego sehingga ruang geraknya kurang berkembang. Tusukan tusukannya bisa terantisipasi.
”Tadi itu kebobolan gol kedua karena kesalahan kami. Bola dari kaki Rizki Pora ditendang Diego kena tiang. Bola yang memantul disambar Syahroni,” kata Jacksen.
Pemain Barito, Fajar Handika, kecewa dengan hasil akhir laga. Pemain kehilangan fokus di menit akhir. ”Ke depan akan diperbaiki kesalahan sekecil apa pun,” katanya.
Di sisi lain, laga ini berlangsung sedikit melankolis. Awal babak kedua, pendukung Persela di sektor utara menyanyikan lagu ”Gugur Bunga” untuk mengenang Choirul Huda disusul lagu Endank Soekamti berjudul ”Sampai Jumpa”.
Nyanyian itu diiringi pengibaran gambar Choirul Huda. Selain itu juga dibentangkan spanduk bertuliskan ”Tersenyumlah di Atas Awan Kapten” dan ”Beristirahatlah di Syurga Jayamu, Kapten”.
Istri Choirul Huda, Lidya Anggraini, di tribune VVIP tampak menyeka air mata. Ia menonton pertandingan bersama anaknya, Muhammad Rachul Maulana dan Muhammad Rafael Ramadhan.
Sayang, bersamaan itu, saat babak kedua berlangsung lima menit Persela kebobolan. Marcel Sacramento membobol gawang tuan rumah