Umur tak menghalangi Takahito Takeyama untuk mengejar mimpi menjadi atlet bulu tangkis. Pada usia 61 tahun, atlet asal Jepang itu tampil di Asian Para Games 2018 dan masih akan terus bermain.
Pitak di kepala Takahito terlihat jelas saat bertanding melawan atlet asal Hong Kong, Patrick Lee Yan Ping, Selasa (9/10/2018), di Istora Senayan, Jakarta. Takahito yang sudah berusia kepala enam tidak gentar meladeni Patrick yang 18 tahun lebih muda.
Atlet dengan keterbatasan kaki atau klasifikasi SL4 itu menyudahi permainan lewat tiga gim, 21-12, 20-22, 21-17. Takahito bertarung sengit selama 52 menit.
Takahito girang luar biasa. Ia meninju udara dengan tangan kanannya.
Laga ini merupakan kemenangan pertama Takahito. Meski begitu, pemain gaek itu tidak lolos babak grup karena kalah dari Tarun (India) dan Lin Cheng-che (Taiwan) pada laga sebelumnya.
”Tidak masalah belum bisa lolos karena memang saingannya di sini tingkat dunia. Memang dari sebelum main, saya bertekad harus menang sebelum pulang,” kata Takahito seusai laga.
Mimpi Takahito untuk menjadi nomor satu Asia telah pupus. Namun, mimpinya untuk bermain di Indonesia dapat terwujud. ”Senang dan bangga bisa main di Istora karena di sini adalah tempat bermain idola saya,” ujarnya.
Pria kurus itu merupakan salah satu pengidola dari legenda bulu tangkis Indonesia, Rudi Hartono dan Liem Swie King. Mereka berdualah yang menginspirasi Takahito untuk melepas keterbatasan kakinya yang terkena polio sejak umur 3 tahun.
Sejak kecil Takahito selalu menonton rekaman pertandingan Rudi Hartono dan Liem Swie King lewat kaset video. Saking seringnya, kaset itu sampai rusak dan membuatnya sedih.
Kecintaan Takahito kepada Indonesia membuatnya memiliki banyak teman dari pebulu tangkis Paralimpiade Indonesia. Salah satu teman baiknya adalah Ukun Rukaendi (48), juara dunia tunggal putra SL3 atau keterbatasan kaki tingkat yang lebih parah.
”Kami dekat dan sudah sangat nyambung. Mungkin karena umurnya tidak terlalu jauh. Kami sering mencurahkan perasaan masing-masing, terutama soal anak kami,” katanya sambil tertawa.
Tahun ini Takahito total sudah berkarier 38 tahun. Meski sudah sangat tua, ia menolak untuk menyudahi kariernya di Asian Para Games. ”Saya masih ingin bermain di Tokyo, di rumah sendiri, saat Paralimpiade 2020,” ucapnya.
Jika ia bermain di Tokyo, usianya sudah 63 tahun. Tidak tampak keraguan di wajah Takahito karena saat bertanding di Istora, stamina dan daya tahannya masih sangat baik. ”Kan, sudah ada pelatih dalam tim Jepang. Kalau di kehidupan sehari-hari, ya, jaga nutrisi aja, juga jaga kondisi tubuh dengan istirahat yang cukup,” tuturnya.
Meski begitu, Takahito masih belum mengetahui kemungkinan mengikuti Paralimpiade Tokyo. Ia harus mengikuti berbagai kualifikasi untuk bisa mewakili ”Negeri Sakura”.
Takahito memberi pesan, keterbatasan umur dan fisik bukan halangan untuk meraih mimpi. Semuanya memungkinkan dengan modal tekad dan usaha keras. (Kelvin Hianusa)