Medali emas disiplin trek pada Asian Para Games 2018 menempatkan cabang balap sepeda sebagai salah satu andalan Indonesia untuk berprestasi di ajang olahraga difabel internasional.
JAKARTA, KOMPAS Muhammad Fadli Imammuddin menemukan jawaban atas kecelakaan tahun 2015 yang menimpa kaki kirinya. Mantan pebalap sepeda motor andalan Indonesia itu meyakini, kecelakaan itu adalah jalan bagi dirinya untuk mempersembahkan medali emas bagi Indonesia di cabang balap sepeda pada Asian Para Games 2018.
”Saya persembahkan medali emas, perak, dan perunggu saya untuk rakyat Indonesia semuanya. Siapa pun kita, kita mempunyai kesempatan yang sama berjuang untuk Indonesia. Alhamdulillah Allah memberi jalan kepada saya untuk meraih medali emas pada hari ini. Allah menyiapkan peristiwa tahun 2015 itu untuk hari ini,” papar Fadli.
Fadli meraih medali emas pada disiplin trek nomor individual pursuit putra kelompok C4 (keterbatasan pada salah satu kaki), Jumat (12/10/2018), di Velodrom Internasional Jakarta, Rawamangun. Fadli memenangi persaingan ketat dengan atlet Malaysia, Mohamad Najib Turano, di final.
Prestasi tertinggi dari disiplin balap sepeda trek itu merupakan buah mentalitas Fadli yang bisa menerima kondisinya serta gigih berjuang untuk bangkit. Fadli pun menjadi atlet balap sepeda Paralimpiade pertama Indonesia yang meraih medali emas di Asian Para Games.
Fadli, yang kehilangan kaki kirinya dari lutut ke bawah akibat ditabrak pebalap Thailand setelah mencapai garis finis dan menjuarai balapan Asia Road Racing Championship 2015 di Sirkuit Sentul, menerapkan strategi mempertahankan kecepatannya dengan baik. Dia kemudian mempercepat laju sepedanya di lima putaran terakhir dari 16 putaran (4 kilometer) yang harus dijalaninya.
Meski catatan waktunya sempat lebih lambat dari Turano, Fadli kemudian memperkecil selisih waktunya, bahkan kemudian berbalik mengungguli kecepatan pebalap Malaysia itu. Fadli finis dengan waktu 5 menit 3,605 detik, unggul 2,570 detik atas Turano.
Indonesia juga nyaris meraih medali emas kedua, kemarin. Sayang, perjuangan atlet Indonesia, Sufyan Saori, terhenti di tiga putaran terakhir. Saori terjatuh karena terlalu bernafsu memenangi balapan. Dia memaksa secepatnya menyalip pebalap Filipina, Arthus Bucay.
Namun, itu harus dibayar mahal oleh Saori. Tenaganya terkuras habis sehingga dia tidak bisa lagi menguasai sepedanya. Padahal, dia sudah menempel ketat di belakang Bucay. Saori pun harus mendapatkan perawatan dokter karena kulit di kaki kirinya robek akibat terjatuh.
”Saori sudah berusaha. Dia selalu punya patokan saya karena selama kami latihan 10 bulan, dia teman sekamar saya. Kami saling mendukung. Karena itu, kita harus menghargai kerja keras Saori, yang jatuh bangun untuk Indonesia,” papar Fadli.
Pelatih kepala tim balap sepeda Paralimpiade Indonesia, Puspita Mustika Adya, berharap Saori mendapatkan pelajaran penting dari final nomor individual pursuit putra kelompok C5 itu. ”Dalam pertandingan sebesar ini, kadang nafsu kita memang menjadi berlebih. Mudah- mudahan dia belajar untuk lebih bisa mengontrol lagi emosinya,” ucapnya.
Indonesia juga mendapatkan tambahan medali perak dari Saipul Anwar di klasifikasi individual pursuit C3 yang di final kalah cepat dari atlet Korea Selatan, Jin Yong-sik.
Layak diandalkan
Puspita sangat bersyukur dengan keberhasilan Fadli meraih medali emas. ”Sejak awal saya selalu yakin Fadli bisa meraih medali emas karena dialah yang paling matang di tim kami.
Timnas para-sepeda ini baru terbentuk hanya satu tahun lalu sehingga hasil medali yang banyak di Asian Para Games ini menunjukkan bahwa para-sepeda Indonesia punya potensi besar dan layak diandalkan,” ujarnya.
Puspita berharap pemerintah memberi perhatian lebih besar kepada balap sepeda Paralimpiade, khususnya untuk mencari lebih banyak bibit atlet. ”Dari hasil ini, saya melihat kita punya setidaknya tiga atlet yang potensial didorong terus hingga ke Paralimpiade, yaitu Fadli, Saori, dan tim tandem putri (Sri Sugiyamyi/Ni\'mal Magfiro),” ujarnya.
Pada Sabtu (13/10) ini, ada enam nomor final disiplin trek, antara lain 1.000 m putra dan putri klasifikasi B (buta) dengan sepeda tandem. (OKI)