JAKARTA, KOMPAS – Indonesia kembali menelan kekalahan dalam kompetisi boccia Asian Para Games Jakarta 2018. Setelah gagal meraih medali pada nomor individual, Indonesia harus mengakui keunggulan Thailand dengan skor 12-5 dalam laga perdana nomor beregu boccia BC1/BC2, Kamis (11/10/2018) di GOR Tanjung Priok. Kekalahan dari tim kelas dunia tersebut memberikan evaluasi yang penting untuk laga-laga selanjutnya. Peluang masih terbuka.
Dalam pertandingan yang berlangsung dalam enam end atau gim ini, Indonesia diwakili oleh Andi Rahmanto, Awang Sabdo Widi, dan Riski Sakti Junior. Felix Ardi Yudha mengawali pertandingan di bangku cadangan. Sedangkan, Thailand mengajukan Pachdee Boontep, Tipmane Subin, dan Huadpradit Witsanu untuk mewakili dalam nomor beregu ini dengan pemain ranking tiga dunia Vongsa Watcharaphon, duduk di bangku cadangan.
Dalam pertandingan ini, meski sempat tertinggal 12-1 pada akhir end kelima, atlet Indonesia bisa memberikan perlawanan yang signifikan. Beberapa kali lemparan atlet Indonesia, termasuk dari kapten Riski berhasil mengundang decak kagum penonton. Beberapa bola Riski dapat melesat masuk mendekati jack, atau bola target berwarna putih, diantara celah sempit bola-bola di area permainan. Meski demikian, secara umum, lemparan pemain Thailand tampak lebih akurat dan konsisten.
Namun ada hasil positif yang dapat dipetik dalam pertandingan kali ini. Pada end terakhir, Indonesia dapat menyumbangkan empat angka melalui lemparan-lemparan akurat Riski dan Yudha. Thailand pun beberapa kali harus melemparkan bola-bola yang bertujuan untuk mendorong jauh bola Indonesia dari bola jack. Meski demikian, sumbangan empat angka ini masih belum dapat mengimbangi keunggulan jauh Thailand. Skor berakhir dengan angka 12-5 untuk Thailand.
Pelatih tim boccia Indonesia Sigit Fredi Hartanto mengatakan, sebetulnya pertandingan ini juga telah menunjukkan keunggulan tim Indonesia. Menurut Sigit, Indonesia memiliki kemampuan yang lebih pada lemparan-lemparan jarak jauh. “Itu yang membuat Thailand, pada saat giliran mereka, selalu melempar jack jarak dekat,” kata Sigit. “Mereka tahu keunggulan kita,” tambahnya.
Sigit juga menyayangkan atletnya tidak memanfaatkan kelemahan Thailand pada lemparan jauh. Kemampuan membaca kelemahan lawan menjadi aspek yang harus segera diperbaiki, kata Sigit. “Kalau misalnya kita dari awal pertandingan bisa membaca kelemahan lawan, kita bisa memainkan strategi itu sepanjang pertandingan,” kata Sigit.
Koordinasi antar atlet juga menjadi titik vital yang harus ditingkatkan oleh anggota tim. Yudha mengungkapkan, koordinasi antar anggota tim memang belum berjalan baik dalam pertandingan tersebut. Hal ini pula yang menjadi pelajaran yang dapat dicuri dari Thailand, kata Yudha. Pada akhir end kedua, Yudha masuk menggantikan Awang, yang lemparan bolanya belum konsisten.
“Kami belum bisa menemukan chemistry-nya di dalam tim. Komunikasi kita masih kurang dalam pertandingan. Harusnya bisa lebih berdiskusi tentang sudut pelemparan enaknya gimana,” kata Yudha.
Meski menelan kekalahan pada laga perdana, Yudha mengungkapkan akan terus mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk pertandingan-pertandingan berikutnya. Siang dan sore nanti, regu BC1/BC2 Indonesia akan bertemu Korea Selatan dan Jepang.
“Untuk menjaga motivasi, anggota tim selalu saling mengingatkan bahwa kami di sini tidak cuma untuk asal berpartisipasi saja, tetapi juga membawa nama negara. Selalu berjuang sekuat tenaga dan serahkan hasilnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,” kata Yudha.
Dalam laga beregu BC2 lainnya, Hong Kong unggul 7-3 dari Korea Selatan. Jepang menang telak 23-0 melawan Macau. China pun berhasil menungguli Malaysia dengan skor 11-1.