Di lajur tiga arena lawn bowls yang ada di Lapangan Hoki Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (9/10/2018), Risma Irmawati dengan sabar menuntun atlet yang didampinginya, Julia Verawati. Sesaat kemudian, Risma memberikan arahan kepada Julia yang akan menggelindingkan bola warna jingga ke arah bola putih di tengah lapangan.
Julia yang menyandang tunanetra tidak membantah arahan Risma. Sesekali ia hanya bertanya apakah sudut lemparannya sudah tepat. Setelah dirasa semuanya akurat, Julia pun menggelindingkan bolanya. Skor Julia terus bertambah dan meninggalkan pesaingnya, Yim Man Ching, dari Hong Kong dengan skor 14-8.
Bel tanda permainan usai pun berbunyi. Risma mengintip skor pemain Hong Kong, Rockey Li Chi Ming, yang melawan Masnah dari Malaysia. Ketika melihat Masnah mengalahkan Chi Ming, 12-11, Risma sontak berteriak girang dan memeluk Julia. ”Kita emas… kita emas…,” teriak Risma.
Kekalahan dua pemain Hong Kong di kelas B2 tunggal terbuka lawn bolws Asian Para Games 2018 itu membuat posisi Julia berada di puncak klasemen dan berhak meraih emas.
Julia menangis sesenggukan. Risma pun tak kuasa menahan tangis. Mereka berpelukan lama. Risma pun menyempatkan diri sujud di tengah lapangan yang terik.
Kemenangan Julia tidak diraih dengan mudah. Perempuan kelahiran Medan, Sumatera Utara, ini baru mengenal lawn bowls pada Mei 2018. Sementara, atlet lain yang bertanding di sini rata-rata berpengalaman minimal 10 tahun.
”Saya sangat percaya dengan Mbak Risma. Dia telah membantu saya, dia menjadi mata bagi hidup saya yang gelap sehingga saya bisa punya prestasi internasional,” kata Julia. Ini adalah debut Julia di kompetisi internasional dan juga emas pertama bagi Julia.
”Mata” pendamping
Di lawn bowls tidak ada halangan bagi penyandang tunanetra untuk berprestasi. Dengan bantuan para pendamping, mereka mampu menembus kegelapan. Lemparan-lemparan akurat dihasilkan berkat ”mata” para pendamping tersebut.
Bagi Julia, kemenangan yang diraihnya juga menjadi kemenangan Risma. Ia mengibaratkan dirinya dan Risma adalah senyawa yang sulit dipisahkan saat berada di lapangan. Proses peleburan itu baru bisa terjadi dengan baik jika atlet dan pendamping saling memahami.
Sebelum mendampingi Julia di Asian Para Games 2018, Risma adalah atlet lawn bowls. Ia bergabung di timnas lawn bowls pada Januari lalu, tetapi tidak lolos kualifikasi. Ia kemudian menyalurkan pengetahuan dan pengalamannnya di timnas itu kepada Julia.
”Semua strategi memang saya yang memikirkan. Sering kali saya dan Julia sampai tidak bisa tidur menghadapi pertandingan besoknya,” ujar Risma.
Menjadi pendamping atlet tunanetra di lawn bowls juga dijalani Dinar Shafa Hardiyati (21). Berkat kejelian, kecermatan, serta kesabaran Dinar, atlet lawn bowls Nikmatul Fauziah atau Atul bisa meraih perak di kelas tunggal terbuka klasifikasi B1 atau buta total. Namun, Dinar menolak anggapan bahwa prestasi itu semata karena dia.
”Ini berkat kerja sama yang baik antara saya dan Atul. Jika hubungan kami tidak harmonis, tidak akan ada prestasi,” kata Dinar.
Untuk membangun harmonisasi itu dibutuhkan kesabaran, saling percaya, dan saling menerima. (IND)