JAKARTA, KOMPAS — Meski pemusatan latihan nasional boccia untuk Asian Para Games 2018 hanya digelar kurang dari setahun, atlet boccia Indonesia berharap dapat membuat kejutan saat pertandingan. Tampil dengan status tidak diunggulkan, justru dapat membuat atlet dapat bermain tanpa beban dan menampilkan performa terbaik.
Pelatih tim boccia Indonesia, Andrian Martgatha Kasih, mengatakan, tidak ada target perolehan medali untuk cabang boccia dalam Asian Para Games Jakarta 2018. Apalagi Indonesia baru mengenal boccia setahun terakhir dan ini adalah ajang internasional pertama yang diikuti.
Kami ini underdog dan akan berusaha semaksimal mungkin. Main tanpa beban dan mungkin lawan yang akan pikir-pikir. Jadi itu adalah peluang kita.
Andrian mengatakan, perkembangan boccia di Indonesia memang masih sangat muda dibandingkan negara-negara lain. Perkembangan boccia di negara-negara lain yang bertanding dalam Asian Para Games biasanya minimal telah mencapai 10 tahun. Bahkan, di Korea selatan, boccia telah berkembang sejak 30 tahun yang lalu. Boccia pertama kali dipertandingkan di Indonesia dalam Pekan Paralimpiade Pelajar Nasional (Peparpenas) VIII pada 2017.
”Kami ini underdog dan akan berusaha semaksimal mungkin. Main tanpa beban dan mungkin lawan yang akan pikir-pikir. Jadi itu adalah peluang kita,” kata Andrian, saat ditemui di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (6/10/2018) siang.
Salah satu lawan terberat di cabang ini adalah Thailand. Dua atlet Thailand berada pada peringkat teratas boccia dunia. Adapun Indonesia belum memiliki atlet yang tercatat dalam peringkat dunia. Atlet dengan klasifikasi BC2, Felix Ardhi Yudha (25), bahkan baru bergabung masuk pelatnas sekitar lima bulan lalu pada April 2018.
Yudha mengakui, ada keunggulan teknik yang dimiliki negara-negara lain yang mengenal boccia lebih lama. Namun, taktik dan strategi yang akan diterapkan dalam pertandingan tidak akan jauh berbeda tingkatannya dibandingkan Indonesia.
”Taktik tidak jauh berbeda sepertinya. Tinggal kita harus bisa lebih cerdik,” kata Yudha yang bersama kawan-kawannya telah mempelajari tim-tim lawan pada saat latihan dan melihat rekaman pertandingan di internet.
Boccia mempertandingkan ketepatan melempar bola; yang paling dekat mendekati bola target berwarna putih adalah yang menang. Masing-masing pemain atau tim diberikan enam bola untuk dilempar secara bergantian. Seorang pemain dapat melemparkan bola untuk ”memukul” bola lawan menjauhi bola target putih yang disebut jack tersebut. Dengan demikian, taktik dan strategi menjadi hal yang harus dikuasai selain teknik melempar.
Dalam Asia Para Games Jakarta 2018 ini, enam atlet telah lolos klasifikasi, yakni Andi Rahmanto dengan klasifikasi BC1; Muhammad Bintang Satria, Febriyanti Vani Rahmadhani, dan Felix Ardhi Yudha pada BC2; Fendy Kurnia Pamungkas dan Tegar Aprilian pada BC4.
”Mereka ini adalah atlet boccia pertama Indonesia. Kami belum berani pasang target. Tetapi, yang jelas kami telah mempelajari lawan dan akan main maksimal,” kata Andrian.
Sebetulnya ada dua atlet pelatnas lain yang juga dibawa ke Asian Para Games 2018 ini, yakni Awang Sabdo Widi dan Rizki Sakti. Namun, mereka yang pada awalnya masuk klasifikasi BC2, setelah diperiksa, dinyatakan masuk ke BC5; klasifikasi yang tidak dipertandingkan.
Hingga Sabtu petang, Awang dan Rizki masih dalam pertimbangan untuk dimasukkan kembali dalam BC2. Namun, kuota setiap klasifikasi maksimal tiga atlet, sehingga Awang dan Rizki mungkin dimainkan sebagai pemain cadangan dalam nomor beregu BC2.
Klasifikasi BC1 mengacu pada atlet dengan tingkat keterbatasan alat gerak yang terbatas tetapi dapat menggenggam dan melempar bola tanpa alat bantu. Atlet BC2 memiliki keterbatasan yang lebih ringan. Adapun atlet BC3 memiliki keterbatasan yang lebih minimal dibandingkan BC1. Sementara BC4 diperuntukkan bagi atlet tanpa cerebral palsy tetapi dengan gangguan otot ataupun tulang. BC5 mengacu keterbatasan yang lebih ringan.
Yudha mengatakan, kehadiran olahraga boccia di Indonesia dapat menjadi penyemangat para pemuda dan pemudi dengan cerebral palsy. ”Jangan patah semangat. Mungkin boccia dapat menjadi penyemangat dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memberikan kesempatan untuk ikut membela negara,” kata Yudha.