JAKARTA, KOMPAS Adaptasi atlet menembak Paralimpiade Indonesia di arena tembak 10 meter, Lapangan Tembak Senayan, Jakarta, tidak berjalan optimal. Hal ini karena arena yang akan digunakan untuk Asian Para Games 2018 tersebut baru selesai direnovasi hari Jumat (5/10/2018).
Latihan di arena tembak 10 meter, kemarin, merupakan latihan perdana yang dijalani atlet menembak Paralimpiade Indonesia. Ini berarti, sebagai tuan rumah, para atlet Indonesia tidak menikmati keuntungan untuk bisa beradaptasi lebih cepat dan berlatih lebih lama di arena baru tersebut.
Bahkan, saat latihan, semua atlet menembak Indonesia yang berjumlah 11 orang tidak bisa latihan serentak. Mereka hanya mendapat jatah empat line (tempat menembak) sehingga harus bergantian berlatih di arena tersebut. Padahal, biasanya semua atlet bisa berlatih optimal sepanjang waktu latihan pukul 08.00-15.00.
”Karena line cuma empat, kami harus gantian. Yang belum dapat kesempatan latihan cuma bisa lihat-lihat saja. Akhirnya, waktu terbuang sia-sia. Padahal, biasanya semua waktu yang ada dioptimalkan untuk berlatih,” ujar atlet menembak nomor air rifle standing 10 meter klasifikasi SH1 (keterbatasan tubuh bagian bawah), Sutri Aji.
Atlet menembak nomor ari pistol 10 meter klasifikasi SH1, Heru Zainudin, mengatakan, setidaknya dibutuhkan waktu seminggu untuk beradaptasi dan berlatih di lapangan tembak 10 meter. Dengan demikian, atlet benar-benar menguasai kondisi arena dan lingkungan sekitarnya.
”Dalam menembak ini, faktor sekecil apa pun bisa sangat memengaruhi mood dan konsentrasi atlet. Kalau mood dan konsentrasi atlet terganggu, hasilnya tidak akan optimal. Namun, semua itu bisa diminimalisasi kalau atlet sudah benar-benar kenal dengan arena tempat bertanding. Namun, sekarang kami tidak benar-benar kenal dengan arena 10 meter ini,” tuturnya.
Disesalkan
Manajer menembak Asian Para Games 2018, Rumpis Agus, mengatakan, situasi itu memang sangat disesalkan tim Indonesia. Namun, situasinya sudah tidak mungkin dihindari lagi karena waktu perbaikan arena juga mepet.
Tim manajer dan pelatih pun berupaya menenangkan atlet. Mereka diberi pengertian bahwa kondisi kurang ideal ini harus mereka hadapi.
”Kondisi ini sudah tidak bisa diubah lagi. Kami semua harus menghadapinya. Para atlet pun harus siap. Apalagi kenyataannya, tidak hanya atlet Indonesia yang menghadapi situasi tersebut, tetapi juga semua atlet yang ada. Kecuali, kondisi itu hanya dialami atlet Indonesia,” ujarnya.
Meski demikian, Rumpis menyampaikan, situasi tersebut tidak memengaruhi target Indonesia. Tim menembak Paralimpiade Indonesia tetap menargetkan satu emas dari nomor 10 meter air rifle standing 10 meter lewat Bolo Triyanto, atau air rifle standing 10 meter atau air rifle standing 50 meter lewat Hanik Puji Astuti.
Panitia pertandingan menembak Asian Para Games 2018, sekaligus anggota staf pengurus PB Perbakin, Sarozawato Zai, mengatakan, pembuatan lapangan tembak 10 meter menjadi tanggung jawab vendor yang ditunjuk Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia (Inapgoc).
Sebagai penyelia, pihaknya sudah memberikan sejumlah masukan terhadap perbaikan di arena menembak 10 meter tersebut. (DRI)