Menanti Kebangkitan dari Dasar Klasemen
JAKARTA, KOMPAS Pekan Kelima Liga Kompas Kacang Garuda U-14, Minggu (30/9/2018), diharapkan menjadi momen kebangkitan tim-tim papan bawah. Mereka berjuang mencari kemenangan pertama untuk keluar dari jerat zona degradasi.
Juara bertahan kompetisi usia muda ini, Jakarta Football Academy (JFA), adalah salah satu tim yang tengah mencari titik balik itu. Kontras dengan musim lalu, JFA memulai musim ini dengan langkah yang tertatih-tatih.
Mereka belum mampu meraih satu pun kemenangan dari empat laga yang bergulir di musim baru ini. Koleksi gol tim yang menghuni peringkat ke-14 dari total 16 peserta itu pun minus dua karena lebih banyak kebobolan daripada mencetak gol ke gawang lawan.
Pekan ini, JFA berpeluang meraih kemenangan pertamanya di musim ini. Mereka akan menghadapi sesama tim papan bawah, yaitu Pelita Jaya. Kedua tim hanya terpaut koleksi satu poin di dasar klasemen.
Konsentrasi bermain menjadi salah satu fokus yang tengah dibenahi Pelatih JFA Winaryo dalam sesi latihan terakhir, Jumat (28/9). Kurangnya konsentrasi itu terlihat dari performa JFA pada pekan lalu.
Saat menghadapi Villa 2000 di pekan keempat, gawang JFA kebobolan cepat, yaitu ketika laga baru berjalan 1 menit. Mereka pun kalah dari Villa. Padahal, JFA membuat lebih banyak peluang gol ketimbang lawannya itu. Kurangnya konsentrasi memaksa para pemain JFA gagal mengoptimalkan peluang itu.
Meskipun butuh kemenangan, Winaryo memilih tidak membebani para pemainnya dengan target poin penuh. Itu bertujuan agar para pemain JFA bisa tampil lebih lepas di laga yang digelar di Lapangan GOR Ciracas, Jakarta Timur, hari ini.
”Kami tidak menargetkan poin penuh. Para pemain saya tekankan untuk bermain bagus saja,” ujar Winarno.
Hal serupa dilakukan Pelatih Pelita Jaya Herland Zulfikar. Menurut dia, anak-anak di usia muda tidak bisa dituntut mengejar hasil di sepak bola. Baginya, hal lebih penting adalah proses belajar dari kesalahan atau bertumbuh dalam permainan bola.
Herland mengatakan, salah satu fokus timnya saat ini adalah memperbaiki pola permainan, khususnya di lini tengah. Sektor tengah adalah salah satu kelemahan Pelita, tim juru kunci Liga KKG saat ini.
”Anak-anak sering kehilangan penguasaan bola. Mereka bingung harus melakukan apa setelah tidak menguasai bola,” ujar Herland saat ditanya mengenai persiapan timnya jelang menghadapi JFA akhir pekan ini.
Untuk memperbaiki kelemahan itu, Herland pekan ini menggelar sesi latihan khusus. Latihan berupa gim mini ini difokuskan untuk gelandang JFA. Dalam latihan itu, para gelandang JFA digenjot cara bertransisi dari menyerang ke bertahan dan sebaliknya. ”Saya ingin membangun lini tengah yang kuat,” katanya.
Setelah melewati latihan khusus itu, Herland berharap timnya bisa tampil lebih baik saat menghadapi JFA. Pelita sejauh ini baru mengemas satu poin dari empat laga. Pertahanan mereka menjadi yang terburuk di liga ini, yaitu sembilan kali kebobolan atau rata-rata dua gol per laga.
Ikhtiar kebangkitan juga datang dari tim pendatang baru, Big Stars Babek FA. Tim yang tampil di Liga KKG musim ini melalui fase play off itu bakal menghadapi sesama tim promosi, Benteng Muda IFA. Babek, yang kini menghuni peringkat kedua terbuncit di klasemen, enggan menjadi bulan-bulanan Benteng Muda.
Kontras dengan Babek, Benteng Muda start gemilang musim ini. Mereka belum pernah kalah dan kini membayangi pemuncak klasemen, Ragunan Soccer School. Benteng Muda, kini menghuni peringkat kedua, adalah tim yang paling produktif setelah Ragunan. Benteng Muda mengemas rata-rata 1,75 gol per laga, sedangkan Ragunan 2,25 gol.
Pelatih Big Starts Babek FA Bonni Safruddin Wijaya bertekad mencuri poin dari Benteng Muda agar timnya tidak menjadi ”juru kunci” di klasemen liga itu. Bonni meminta pemainnya tampil lebih ngotot di laga itu.
”Melawan Ragunan kami akan tetap fight (berjuang) di lapangan dan mencoba mencuri poin. Kami tidak ingin terus berada di bawah (klasemen),” ujar Bonni.
Optimisme Bonni muncul seiring kembalinya dua gelandang Babek FA yang sempat dilarang tampil pekan lalu karena akumulasi kartu. Hadirnya dua pemain kunci itu diharapkan bisa menambah daya gedor Babek.
Pekan lalu, Babek kalah tipis 0-1 dari Ragunan. Ketajaman masih menjadi masalah bagi tim itu. Untuk itu, Bonni terus mengasah teknik penyelesaian akhir barisan penyerang dan penguasaan bola timnya jelang laga Minggu ini.
Filanesia
Pada laga lain, Astam bertekad melanjutkan tren positif saat
melawan Matador Mekarsari. Astam tampil ganas pekan lalu dengan mencukur Kabomania, 4-0.
Para pemain Astam tampil dominan dan tidak lelah menyerang hingga menit-menit terakhir berkat filanesia alias filosofi sepak bola Indonesia. Seperti halnya timnas U-16, pasukan Astam bermain dengan pola formasi 4-3-3 menyerang. ”Hal terpenting dari sepak bola adalah anak-anak menikmati permainan. Tanpa itu, sulit mereka bermain bagus,” ujar Zainal Anwar, asisten pelatih Astam. (IGA/JON)