Ujian Baru Si “Raja Sentul”
Tim balap sepeda paralimpiade Indonesia berlomba dengan waktu untuk beradaptasi dengan lintasan di arena lomba disiplin jalan raya dan trek. Adaptasi yang baik pada arena bisa menguntungkan saat Asian Para Games.
Setelah vakum dari dunia balap motor tiga tahun lalu, Muhammad Fadli Imammudin kembali mencoba Sirkuit Sentul di Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/9/2018). Namun, kali ini Fadli mengayuh sepeda di lintasan balap bersama rekan-rekannya di tim balap sepeda paralimpiade Indonesia.
Dalam latihan persiapan Asian Para Games 2018 itu, Fadli mendapat tantangan baru, yaitu beradaptasi dengan sirkuit yang rutenya berlawanan arah. Pada Asian Para Games, 6-13 Oktober, pebalap berlomba dengan rute berkebalikan arah dengan rute normal.
Terakhir kali Fadli tampil di Sentul adalah pada ajang balap motor Asia Road Racing Championship 2015. Saat itu, dia mengalami kecelakaan ketika melakukan selebrasi seusai finis. Momen itu membuat kaki kirinya harus diamputasi hingga lutut. Dia pun beralih ke balap sepeda paralimpiade.
Kemarin, Fadli bersama rekan pelatnas balap sepeda lainnya menjalani sesi latihan di Sentul. Untuk pertama kalinya, pelatnas berlatih di arena lomba disiplin jalan raya, Sirkuit Sentul, setelah pelatnas panjang di Solo sejak Januari 2018.
”Bedanya, dulu pas motor kan pakai mesin, jadi utamanya adalah menguasai handling (pengendalian). Sementara sekarang kan sepeda, jadi yang utama adalah power kaki,” kata atlet yang masuk klasifikasi C-4 karena kehilangan kaki di bagian bawah lutut dan bisa menggunakan sepeda standar, seusai berlatih.
Perbedaan lainnya adalah rute lomba. Balap sepeda di Asian Para Games menggunakan rute di Sentul yang berlawanan arah jarum jam. Rute baru ini menjadi tantangan bagi Fadli. Dia sama sekali belum pernah mencoba trek seperti itu sepanjang karirnya bermain di Sentul. ”Seumur hidup tidak pernah, sejak mengenal Sentul dari 2001. Biasanya selalu clockwise,” tuturnya.
Selain itu, rute yang berbalik arah membuat cukup banyak area yang menanjak. Hal ini membuat atlet pelatnas termasuk Fadli harus mempersiapkan kondisi fisik yang lebih matang.
Meski begitu, menurut Fadli, perubahan rute tidak akan mengganggu proses adaptasi. Sebab mereka memiliki sekitar dua pekan untuk berlatih di Sentul atau jauh lebih banyak dari waktu adaptasi negara lain.
”Ya kita harus memanfaatkan waktu yang ada. Ini akan menjadi keunggulan kita dibandingkan negara-negara lain,” kata Fadli.
Sementara itu, meski rute berbalik arah, Fadli secara umum tetap mengenal karakteristik Sentul. Sirkuit ini merupakan tempat Fadli berjaya. Di Sentul, dia telah memenangi antara lain Kejuaraan Nasional Supersport 600 cc pada 2010, 2011, dan 2013.
Pada Asian Para Games kali ini, Fadli ditargetkan menyumbang perunggu dari disiplin jalan raya. Hal ini cukup realistis karena dia sempat juara Asia di Myanmar pada Februari 2018.
Adaptasi
Kepala Pelatih Tim Balap Sepeda Paralimpiade Puspita Mustika menuturkan, dia tidak khawatir dengan peluang di Sentul. Menurut dia, Fadli mampu menjadi pemandu bagi dirinya sendiri dan rekan-rekannya. ”Ini kan sudah seperti rumahnya Fadli,” ujarnya.
Tim pelatih hanya mengantisipasi faktor teknis seperti kondisi aspal Sentul yang bergaya gesek tinggi. ”Ini kan biasa untuk balap mobil, jadi aspalnya lebih lengket. Untuk menyiasatinya kita akan ganti ban yang gaya geseknya ringan saat lomba nanti,” ucap Puspita.
Pantauan Kompas, Selasa, di Sirkuit Sentul, tim pelatnas sepeda berlatih memutari sirkuit sebanyak 8–10 kali per atlet dalam latihan selama dua jam. Mereka tidak terlalu memaksakan memacu kecepatan. Sesuai instruksi pelatih pagi itu, atlet diminta untuk lebih mengenal rute di Sentul.
Atlet klasifikasi C3 atau keterbatasan karena amputasi lengan, Saipul Anwar, mengaku tertantang dengan kondisi sirkuit. Menurut dia, sirkuit cukup menguras tenaga karena angin yang cukup besar dan banyaknya jalan yang agak menanjak.
”Kalau jalan agak menanjak bisa kita akalin dengan main gear. Tetapi angin kencang ini memang tantangan. Ini harus pintar-pintar mengatur stamina saat balapan,” tutur mantan atlet lari paralimpiade ini.
Meski baru pertama, Saipul mengaku sudah mulai mengenal tikungan di Sentul. Mereka mulai membaca tikungan agar mengambil tidak terlalu keluar. Hal ini salah satunya berkat bantuan Fadli.
Pebalap sepeda klasifikasi C5 Marthin Losu dengan keterbatasan salah satu tangan menilai, Fadli sangat membantu proses pengenalan sirkuit. ”Jika mengikuti bang Fadli saat melewati tikungan enak sekali, bisa mulus masuk dan keluar tikungan,” ujar mantan atlet lari atletik paralimpiade itu.
Marthin menilai ada tikungan yang perlu diwaspadai. ”Ini latihan pertama bagi kami, dan ada sedikit kendala, ada dua tikungan yang memerlukan perhatian khusus agar kita bisa masuk dengan lancar. Tikungan ini agak tajam sehingga membutuhkan brake (pengereman), kalau tidak akan melebar. Saya sempat bermasalah di sana,” ujarnya.
Koordinator tim balap sepeda paralimpiade Fadilah Umar menjelaskan, pengenalan karakter sirkuit itu merupakan target utama latihan di Sentul. Ini trek yang berbeda dari lintasan selama latihan di Solo yang menggunakan jalan raya. Di Sentul memang lebih banyak tikungan, sehingga para atlet diharapkan memahami karakter lintasan yang bisa menguntungkan.
Adaptasi juga akan dijalani oleh para pebalap di Velodrom Internasional Jakarta yang menjadi arena disiplin trek. Kondisi velodrom di Jakarta berbeda dengan yang ada di Solo. Di Jakarta, selain dalam ruangan, panjang lintasannya 250 meter. Atlet perlu adaptasi dengan trek yang saat di Solo panjangnya 333 meter. Lantai lintasan juga berbeda, kalau di Solo lantai semen, kalau di Jakarta kayu Siberia.
”Atlet perlu adaptasi karena mereka rata-rata baru, dan hanya dua yang sudah pernah berlomba di velodrome seperti di Jakarta yaitu Fadli dan (Sufyan) Sauri karena mereka ikut trek di ASEAN Para Games Malaysia 2017,” ujar Umar.
”Adaptasi ini sangat penting karena atlet perlu menyesuaikan banyak hal, seperti dengan pace seperti di Solo apakah bisa bertahan empat putaran untuk menempuh satu kilometer. Kalau di Solo satu kilometer hanya tiga putaran. Semua itu perlu dicoba di sini,” jelas Umar.