Tewasnya Suporter Jadi Cambuk Bersama
Tewasnya Haringga Sirla, fans Persija Jakarta, menjadi pucuk gunung es kekerasan suporter yang terus berulang. Perlu evaluasi menyeluruh dan sanksi tegas untuk memutus siklus itu.
JAKARTA, KOMPAS PSSI, operator liga, dan Polri diminta tegas menyikapi kasus tewasnya Haringga Sirla, fans Persija Jakarta, akibat dikeroyok sejumlah oknum suporter Persib Bandung, Minggu (23/9/2018). Kasus kekerasan di sepak bola itu diharapkan menjadi yang terakhir.
Haringga, warga Jakarta yang berasal dari Indramayu, Jawa Barat, tercatat sebagai korban tewas ketujuh dalam kekerasan suporter sepak bola di Tanah Air dalam kurun setahun terakhir. Jika ditarik lebih jauh, 69 nyawa telah melayang akibat fanatisme sepak bola di negeri ini sejak 1995.
”Ini pertama kali anggota kami jadi korban. Semoga kasus ini yang terakhir kalinya. Jangan ada korban lagi. Kami sudah meminta anggota agar tak melakukan balas dendam,” tutur Bayu Ali Said, Koordinator Jakmania Wilayah Cengkareng, saat menghadiri pemakaman Haringga di Indramayu, Senin (24/9).
Haringga tercatat sebagai salah satu anggota The Jakmania, yaitu kelompok suporter Persija. Ia tewas dikeroyok sekitar 30 suporter Persib di areal parkir Stadion Gelora Bandung Lautan Api sebelum laga kedua klub di Go-Jek Liga 1, pada Minggu.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil merasa sangat prihatin dengan kasus kekerasan yang terus berulang itu. Tahun lalu, di tempat yang sama, suporter lainnya, Ricko Andrean, juga tewas dikeroyok oknum fans Persib.
”Semoga kejadian ini menjadi pelajaran untuk tidak melakukan fanatisme berlebihan. Bagi saya, lebih baik tidak ada liga sepak bola jika harus mengorbankan nyawa manusia,” ujar Ridwan.
Sementara itu, di Jakarta, pemerintah juga mengecam kasus kekerasan itu. Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto meminta PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator Liga 1 memberikan sanksi tegas dan konkret kepada semua pihak yang bertanggung jawab atas kasus itu. Ketiadaan sanksi berefek jera membuat kasus-kasus seperti itu terus berulang.
”Kalau hal itu tidak dilakukan, kami yang akan bersikap tegas kepada PSSI dan PT LIB. Kami bukan macan ompong yang tidak berani tegas kepada mereka,” kata Gatot seraya menyebut pemerintah pernah membekukan PSSI karena tidak acuh dalam menegakkan aturan.
Dalam kasus tewasnya Ricko, PSSI menjatuhkan sanksi larangan bobotoh atau suporter Persib menonton lima laga kandang tim itu musim lalu. Namun, sanksi itu tidak efektif membuat jera bobotoh karena mereka masih bisa hadir ke stadion dengan menanggalkan atribut mereka.
Hentikan sementara liga
Untuk itu, Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) menyarankan agar Liga 1 dihentikan sementara hingga ada upaya konkret mencegah terulangnya kasus kekerasan antarsuporter. BOPI mengancam tidak akan memberikan rekomendasi izin keramaian penyelenggaraan laga di Liga 1 jika PSSI dan PT LIB tidak segera melakukan langkah konkret terkait kasus tersebut.
Tanpa rekomendasi izin keramaian dari BOPI, laga-laga Liga 1 tidak bisa digelar. ”Apabila lewat sepekan tidak ada tindakan nyata dan tegas dari PSSI dan PT LIB, kami akan bertindak tegas. Kami tidak akan segan mencabut rekomendasi untuk PSSI dan PT LIB menjalankan kompetisi nasional,” ujar Ketua Umum BOPI Richard Sam Bera.
Menurut Ahmad Fuad, pengamat sepak bola nasional, perlu sanksi tegas dan nyata menyikapi kasus itu. Namun, menurut dia, sanksi itu tidak perlu sampai harus membuat Liga 1 terhenti. ”Itu berlebihan. Jangan sampai ingin memusnahkan tikus, lumbungnya ikut dibakar,” ujarnya.
Sanksi tegas dalam kasus itu, katanya, perlu ditujukan kepada Persib dan suporternya. Bentuk sanksi ideal, lanjutnya, adalah hukuman tanpa penonton untuk Persib di kandangnya hingga berakhirnya Liga 1 musim ini.
Ia juga berharap fans Persib dan Persija bisa duduk bersama dengan difasilitasi klub dan para kepala daerah guna menghilangkan permusuhan lama. ”Langkah ketiga, pengamanan laga oleh kepolisian juga harus ditingkatkan, terutama di laga-laga yang rawan seperti ini. Petugas harus lebih siap dan sigap,” ujar Ahmad.
Kepala Hubungan Media dan Promosi PSSI Gatot Widakdo juga keberatan jika Liga 1 dihentikan. ”Tidak hanya mengganggu jalannya kompetisi, penghentian sementara itu juga akan mengganggu kondisi klub, terutama keuangan mereka,” ujar Gatot.
Gatot menyampaikan, sejauh ini PSSI sedang mengumpulkan data ataupun informasi terkait kejadian itu. Nantinya data itu akan dipakai Komisi Disiplin PSSI guna mengambil sikap tegas kepada pihak-pihak yang patut bertanggung jawab.
”Sanksi berlapis mungkin saja terjadi. Sebab, ini ranahnya sudah masuk pertandingan dan kriminal. Minimal ada sanksi terkait kesalahan dalam penyelenggaraan dan ada sanksi untuk kasus kriminal itu,” tutur Gatot.
Adapun Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi berkata, PSSI akan melakukan evaluasi bersama klub-klub terkait kasus itu. ”Kami sangat menyayangkan kasus ini. Kami berharap kejadian ini tidak terulang di sepak bola Indonesia,” ujarnya.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan, peristiwa tewasnya Haringga menjadi evaluasi untuk memperketat pengawasan laga sepak bola. Langkah evaluasi itu akan menjadi bahan perbaikan aparat keamanan, panitia pertandingan, klub, dan kelompok pendukung agar laga sepak bola tidak lagi mengorbankan nyawa.
”Untuk keberlangsungan kompetisi dan kedamaian iklim sepak bola di masa mendatang, kami telah meminta pertanggungjawaban semua pemangku kepentingan dalam pertandingan itu, termasuk pengurus klub dan pimpinan pendukung. Kami juga akan mendalami motif utama peristiwa itu,” ujar Setyo.
Hingga Senin sore, kepolisian menetapkan 8 tersangka dalam kasus pengeroyokan itu. Mereka adalah BUD (41), JS (32), CEP (20), GA (20), AA (19), DS (19), SM (17), dan DFA (16). Menurut Setyo, jumlah tersangka bisa bertambah karena kepolisian akan memeriksa puluhan orang yang terekam di video pengeroyokan itu yang tersebar di medsos .(JON/DRI/SAN/SEM/IKI/TAM)