Belum Ada Program Peningkatan Prestasi untuk Timnas
Oleh
Lusiana Indriasari
·3 menit baca
Jakarta, Kompas Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) dianggap belum memiliki rencana untuk memperbaiki prestasi tim nasional bola voli Indonesia. Selain tidak ada latihan rutin, setelah ajang multicabang seperti SEA Games atau Asian Games, PBVSI juga tidak pernah mengikutkan timnas pada kompetisi khusus bola voli internasional.
”Setelah Asian Games ada Piala Asia bola voli puteri di Thailand. Filipina dan Vietnam mengirimkan timnya ke sana, tetapi timnas putri kita tidak ikut,” kata Amalia Fajrina Nabila, kapten timnas voli puteri Indonesia, Rabu (19/09/2019). Menurut Amalia, PBVSI hanya berfokus pada ajang multicabang.
Kejuaraan bola voli seperti Piala Asia seharusnya bisa dimanfaatkan timnas Indonesia untuk lebih mengasah keterampilan, olah strategi, dan mental bertanding untuk peningkatan prestasi. ”Kami dituntut untuk menghasilkan prestasi bagus, namun dalam pertandingan semacam AVC tidak pernah diikutkan,” kata Amalia.
Piala Asia bola voli puteri diadakan di Nakhon Ratchasima Thailand, 16-23 September ini. Sebanyak 10 negara mengirimkan tim nasional mereka ke kompetisi tersebut. Selain Thailand, tim-tim kuat seperti Iran, Korea Selatan, Kazakhstan, Jepang, China, dan Taiwan ikut bertanding. Dari Asia Tenggara masih ada Vietnam dan Filipina.
Amalia mengatakan, kejuaraan semacam ini dimanfaatkan Vietnam dan Filipina untuk mengasah kemampuan timnya. Kemampuan Vietnam, misalnya, teruji pada Asian Games 2018 lalu. Vietnam bisa mengalahkan Indonesia dengan skor pahit 1-3. Padahal, pada SEA Games Kuala Lumpur 2017 Indonesia mengalahkan Vietnam 3-2.
”Ini persoalan mental. Kami selalu lambat panas dan terburu-buru dalam bermain ketika tahu pernah mengalahkan tim tersebut. Mental semacam ini perlu diasah dengan mengikuti banyak kejuaraan internasional,” kata Aprilia Manganang spiker andalan timnas.
Livoli
Karena ketiadaan program yang jelas untuk timnas, atlet papan atas harus puas bertarung di liga dalam negeri yakni Liga Voli Indonesia (Livoli). Liga yang diikuti klub-klub bola voli ini melibatkan pemain sekelas Aprilia maupun Amalia.
”Saya memang harus ikut Livoli karena tergabung di klub Popsivo Polwan. Semua tergantung perintah dari instansi saja,” kata Amalia.
Dalam waktu dekat, yaitu pertengahan bulan Oktober ini PBVSI akan menggelar Livoli. Kompetisi divisi utama bola voli ini diikuti klub-klub dari seluruh Indonesia. Untuk meraih kemenangan, klub-klub tersebut mengandalkan pemain mereka yang sudah berkecimpung di timnas.
”Klub belum berani menerjunkan pemain yunior mereka karena masih ada jurang kemampuan antara pemain senior dan yunior. Seharusnya memang dibuat aturan siapa saja yang boleh masuk dalam masing-masing level kompetisi,” kata Samsul Jais pelatih timnas putera secara terpisah.
Adanya sistem berjenjang dalam level kompetisi ini menjadikan pembinaan bisa tertata lebih rapi. Dengan cara itu, kata Samsul, pemain yunior juga bisa terpantau sejak dini sehingga proses regenerasi oemain nasional berjalan dengan baik.
Wilavan Apinyapong, salah satu pemain senior di timnas Thailand mengatakan, sistem berjenjang sudah lama diterapkan negaranya untuk membina timnas. Para pemain timnas Thailand lebih banyak dikhususkan bermain di kejuaraan internasional atau bermain di liga di luar negeri seperti di Jepang, China dan Eropa. ”Di usia emas kami tidak lagi bermain di klub-klub lokal,” kata Apinyapong dalam sebuah perbincangan selepas Asian Games.
Hanny S Surkatty ketua bidang kompetisi di PBVSI mengaku, tidak mudah mencari dana untuk ikut berkompetisi di luar negeri. Pihak swasta tidak banyak yang mau terlibat untuk membiayai timnas. ”Perusahaan swasta biasanya lebih tertarik untuk mendanai tim Proliga,” ujar Hanny.