JAKARTA, KOMPAS--Ajang lari maraton ultra sejauh 170K yang diselenggarakan oleh BNI bersama ITB, atau BNI-ITB Ultra Marathon, pada 12-14 Oktober 2018 akan mempersingkat waktu tempuh pelari, dari 36 jam menjadi sekitar 30-34 jam. Hal tersebut didasarkan pada evaluasi kemampuan peserta di tahun sebelumnya yang dapat mencapai waktu tempuh hingga kurang dari 30 jam.
Dari 5 kategori lari, kategori individu dan beregu estafet 2 orang diprioritaskan untuk menyelesaikan waktu, masing-masing 34 jam serta 30 jam. Adapun untuk kategori lari estafet 4 orang, 8 orang, dan 16 orang, ditentukan mencapai finis dalam waktu minimal 30 jam. Penghitungan waktu tersebut sudah dengan perkiraan untuk 5 kali makan selama 2 hari 1 malam, serta tempat-tempat di mana mereka akan istirahat.
Ajang lari ini masih menerapkan rute yang sama dengan tahun sebelumnya, dimulai dari Gedung Kantor Pusat BNI di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, melalui jalur kawasan Puncak, Bogor, dan finis di Kampus ITB di Jalan Ganesha, Bandung. Ketua Panitia BNI-ITB Ultra Marathon Gatot Sudaryono mengatakan, perbedaan tahun ini ada pada waktu tempuh dan efisiensi ruang bagi suporter.
Belajar dari lomba serupa tahun lalu, jumlah suporter di tiap tempat istirahat pelari membludak dan mengakibatkan jalanan macet. Tahun ini, jumlah keseluruhan suporter dan pelari itu lebih banyak hingga mencapai 2.000 peserta. Untuk mengantisipasi gairah suporter, Direktur Trek Lari Lexi Rohi mengatur 15 tempat istirahat minum bagi pelari dengan pertimbangan luas wilayah untuk menampung banyaknya suporter.
”Water station itu nantinya akan berada sedikit jauh dari jalan raya dan memiliki lahan parkir yang cukup luas untuk suporter, agar tidak menggangu aktivitas di jalan,” kata Lexi pada konferensi pers di Jakarta, Senin (17/9/2018).
Prioritas keselamatan
Tahun ini, panitia memprioritaskan keselamatan pelari setelah insiden meninggalnya seorang pelari dalam ajang maraton di Bali. Ia memastikan 250 peserta lomba akan dikawal ambulans dan motor pengawal sepanjang perjalanan.
”Kendalanya ada di edukasi untuk keselamatan peserta. Bagaimana mereka terus menjaga kesehatan dengan asupan gizi dan tidur yang cukup, serta meminum air yang cukup,” kata Lexi.
Pemenang BNI-ITB Ultra Marathon tahun lalu, Eni Rosita, mengatakan bahwa keunggulan dari ajang lari ini ada pada rute Jakarta-Bandung yang menantang dengan tanjakan. Di tahun ini, ia tetap mengantisipasi jalur menuju kawasan Puncak, Bogor, yang elevasinya sangat menanjak, namun pemandangannya indah.
”Tahun lalu rekor saya 27 jam. Walaupun latihan berkurang tahun ini karena urusan kantor, saya harap dapat tetap berada di peringkat tiga besar,” jelas Eni.
Lomba lari yang akan dimulai pada 12 Oktober pukul 22.00 itu juga akan menjadi ajang penyisihan bagi kompetisi lari ultra maraton Lintas Sumbawa ”Tambora Challenge”, yang berjarak sejauh 320K. Lexi mengatakan, rekam jarak peserta pada lomba ini akan menjadi acuan agar mereka dapat ikut di ajang lari yang lebih jauh jaraknya. (Aditya Diveranta)