Atlet menembak Paralimpiade mulai beradaptasi dengan atmosfer arena Asian Para Games di Jakarta.
JAKARTA, KOMPAS Setelah melakukan pemusatan pelatihan nasional di Solo, Jawa Tengah, sejak awal 2018, pelatnas menembak Asian Para Games 2018 mulai beralih latihan di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta, per Jumat (14/9/2018) hingga tiga pekan ke depan. Latihan di Senayan diperlukan untuk beradaptasi dengan suasana arena dan sistem komputerisasi papan target dan skor yang akan dipakai saat perlombaan Asian Para Games.
Pada latihan perdana di Lapangan Tembak Senayan, kemarin, hampir semua dari 11 atlet menembak Paralimpiade merasa canggung berlatih di tempat tersebut. Perbedaan mencolok adalah pada sistem digital papan target dan skor otomatis muncul pada layar di dekat atlet.
Sebelumnya, mereka berlatih di Lapangan Tembak Manahan Solo, pada Februari-Agustus, dan Hartono Trade Center Solo selama Agustus hingga awal September. Kedua tempat itu masih menggunakan sistem manual, papan target kertas dan skor dihitung manual.
Meski demikian, sistem manual itu justru lebih memudahkan karena papan target kertas itu memiliki garis wilayah angka yang terang dan jelas. Adapun di Lapangan Tembak Senayan, papan targetnya berupa bulatan hitam dan pembagian wilayah angka dari 7 hingga 10 kurang jelas.
Akibatnya, para atlet menembak kesulitan membidik target angka besar. Mereka lebih banyak menembak dengan insting guna menggapai angka-angka tinggi, antara 8 dan 10 yang berada di tengah papan target.
Berdasarkan pemantauan Kompas, tak sedikit atlet yang performa menembaknya buruk di Lapangan Tembak Senayan itu. Contohnya atlet klasifikasi SH2 (keterbatasan tubuh bagian atas) nomor pistol angin Ahmad Ridwan. Di tempat menembak manual, ia bisa selalu menembak target angka 9 dan 10. Bahkan, ia tidak pernah menembak angka tujuh atau lebih kecil dari itu.
Namun, di Senayan, Ahmad Ridwan dua kali menembak angka enam. ”Di tempat ini, insting yang harus lebih kuat. Sebab, kami tidak bisa melihat garis targetnya seperti di tempat manual. Di sini teknik kami benar-benar diuji,” ujarnya.
Secara umum, hampir semua atlet mengalami kesulitan itu, terutama di kategori pistol. Dari rekaman hasil tembakan yang rata-rata 60-80 tembakan per atlet, pasti ada yang menembak di luar target hitam (angka 7-10).
Senapan lebih baik
Sebagian atlet menembak nomor senapan cenderung bisa beradaptasi lebih baik. Atlet klasifikasi SH1 (keterbatasan tubuh bagian bawah) nomor senapan standing, Sutri Aji, mengatakan justru merasa terbantu dengan fasilitas di Lapangan Tembak Senayan.
Menurut Sutri, fasilitas arena itu lebih baik dibandingkan saat mereka berlatih empat hari di Palembang pada Mei lalu. Pencahayaan pada target juga lebih baik karena tidak membuat bayangan di sasaran.
”Ketika target saya bidik, lingkaran inti yang berwarna hitam bisa sesuai dengan bidang bidikan di senapan. Dari situ, saya bisa lebih fokus untuk mendapatkan angka di atas sembilan,” ujar Sutri.
Orientasi dan mental
Pelatih menembak Asian Para Games 2018 Saridi mengutarakan, hingga empat hari ke depan, prioritas latihan lebih kepada orientasi terhadap arena dan sistem penghitungan skor elektronik. Setelah itu, mulai Selasa (18/9), program latihan sesungguhnya akan dimulai.
Selama di Jakarta, atlet juga akan menjalani program penguatan mental sebelum bertanding. Selama ini, para atlet jarang ditonton dan diliput awak media ketika berlatih di Solo. Kondisi itu membuat mereka bisa lebih tenang dan fokus dalam membidik sasaran.
Di Jakarta, ia berharap para atlet lebih sering ditonton dan diliput. Tujuannya, untuk melatih mereka agar bisa lebih fokus di tempat yang ramai. ”Saat di Solo, performa mereka hebat-hebat karena tempat latihannya sepi. Mereka tidak boleh terbuai dengan situasi itu. Sebab, ketika pertandingan, arena tidak mungkin sepi,” tutur Saridi.
Selama di Jakarta, para atlet tersebut pun akan didampingi seorang psikolog secara melekat hingga hari pertandingan. Keberadaan psikolog itu untuk menjaga mentalitas atlet tetap dalam kepercayaan diri tinggi hingga hari pertandingan.
Psikolog pendamping atlet menembak Asian Para Games 2018, Maretta Dian Arthanti, menyampaikan, tahap pertama, ia akan mengenal para atlet lebih dalam. Selanjutnya, ia akan mencari solusi untuk mengatasi semua hambatan atlet, seperti membuat grup diskusi, konseling secara individu, dan membuat kelas motivasi. (DRI/E19)