Pematangan Atlet Lawn Bowls
JAKARTA, KOMPAS -Tim lawn bowls Indonesia terus membenahi teknik dan taktik untuk meraih tiga medali perunggu di Asian Para Games 2018. Mereka juga menjaga kondisi tim tetap harmonis, karena kekompakan bisa menjaga suasana hati para atlet tetap bagus, sehingga mudah berkonsentrasi.
Cabang olahraga lawn bowls sudah menjalani pemusatan latihan sejak Januari 2018 di Solo, Jawa Tengah. Mereka pindah lokasi pelatnas di Jakarta mulai 8 September, untuk adaptasi dengan arena pertandingan.
Pelatih lawn bowls Islahuzzaman optimistis atletnya bisa mempersembahkan medali, meskipun ndonesia baru pertama kali mempertandingkan cabang olahraga tersebut pada Asian Para Games. "Minimal dapat 3 sampai 4 perunggu," ujarnya, kemarin.
Islahuzzaman mengatakan, lawan berat yang harus dihadapi adalah Malaysia dan Korea Selatan. Untuk itu, persiapan dilakukan lebih awal termasuk adaptasi lapangan. "Di Solo latihannya di lapangan rumput sedangkan di Jakarta untuk pertandingan nanti di lapangan karpet,” jelasnya.
Lawn bowls terbagi menjadi tujuh klasifikasi atlet. Kategori B1 adalah atlet buta total, B2-B4 daya penglihatan rendah (low vision), B6 untuk atlet yang menggunakan kursi roda, B7 tuna daksa bagian kaki, dan B8 tunda daksa bagian tangan. Untuk pertandingan Asian Para Games, Indonesia menurunkan 18 atlet yang terbagi dalam B2-B4 (6 atlet), B1 (2), B6 (5), B7 (3), dan B8 (2).
Dalam permainan lawn bowls, selain fisik juga mengandalkan insting. Setiap ring (garis jalur dalam lawn bowls) mempunyai titik lengkungan yang berbeda. Bola berbentuk sedikit pipih, seperti buah labu seukuran jeruk bali, dengan berat 1 kilogram. Selanjutnya, para atlet harus memperkirakan lemparan dengan forehand atau backhand.
“Jarak sekian lengkungannya di mana, itu atlet yang tahu, makanya setiap dua hari sekali ada evaluasi,” kata Islah.
Selain itu, tantangan lainnya dalam permainan ini adalah pertukaran posisi sehingga letak lengkungan juga berubah. Acuan utama dalam permainan ini adalah mendekati bola putih yang disebut jack.
Selain pembenahan teknik dan taktik, para atlet juga terus dijaga kondisi psikologisnya. Atlet lawn bowls klasifikasi B7 Yanti (41) mengatakan, kekompakan tim yang bagus akan berpengaruh ke emosi masing-masing atlet. Beruntung pada tim ini sudah seperti keluarga sendiri.
“Di lawn bowls ini kalo perasaannya gak senang susah buat konsentrasi,” ujar Yanti yang sebelumnya atlet bulu tangkis.
Menurut Yanti yang ikut pelatnas sejak Januari lalu, kendala saat ini adalah penyeseuaian lapangan. Antara lapangan rumput biasa, rumput sintetis, dan karpet sangat berbeda karakteristiknya. “Sudut kelengkungan pasti beda, kita harus mengenal dulu baru bisa memutuskan bagaimana memainkannya. Merasakan kelengkungan itu dari seringnya latihan,” jelasnya.
Untuk menjaga aspek psikologis, saat latihan para atlet didampingi psikolog yang ikut memberikan motivasi secara aktif. Pendampingan oleh psikolog sangat penting karena kondisi psikologis bisa berubah akibat proses penyesuaian terhadap lingkungan baru di wisma atlet maupun lapangan, tekanan saat bertanding, dan menghadapi latihan yang berat.
“Makanya nanti akan ada waktu untuk relaksasi dengan musik, melakukan fun games, dan juga mengunjungi tempat hiburan,” kata psikolog Githa Bahagiastri. (Fransisca Natalia Anggraeni)