Jaga Warisan Arena Olahraga
JAKARTA, KOMPAS – Asian Games 2018 telah berakhir. Perhelatan ini meninggalkan warisan berupa arena olahraga berkualitas internasional. Warisan ini harus dijaga agar tidak mangkrak, seperti yang lumrah terjadi di kota-kota penyelenggara Olimpiade.
Biaya penyiapan arena dan sarana penunjang untuk Asian Games mencapai Rp 7,4 triliun. Dana besar itu menghasilkan 76 arena berkualitas internasional sesuai rekomendasi Dewan Olimpiade Asia (OCA) di Jakarta, Palembang, dan Jawa Barat.
Seusai ajang empat tahunan ini, arena-arena tersebut terancam mangkrak. Berkaca dari penyelenggara Olimpiade, seperti Athena 2004, Beijing 2008, dan Rio 2016, arena tersebut tidak digunakan berkelanjutan setelah puncak acara. Akibatnya arena yang dibangun bertahun-tahun dengan dana fantastis itu hanya menjadi situs sejarah.
Pengamat manajemen olahraga Fritz E Simandjuntak mengatakan, problem terkait banyaknya sarana olahraga yang terabaikan menggelar multiajang besar terjadi hampir di seluruh dunia. Agar hal serupa tidak terjadi pada warisan Asian Games 2018, Indonesia harus dapat menjadi tuan rumah ajang olahraga internasional.
Dia mencontohkan, Australia rutin menggelar turnamen tenis Grand Slam Australia Terbuka. Terlepas dari masih minimnya petenis Australia yang kini mampu bersaing di tingkat dunia, turnamen Australia Terbuka dapat menggerakkan perekonomian negara dan mengundang wisatawan mancanegara.
Untuk mencapai hal itu, pemerintah seharusnya membuat regulasi yang mewajibkan cabang olahraga menggelar kejuaraan tingkat dunia. “Penyelenggaraan ajang olahraga bisa menjadi salah satu penilaian untuk memberikan bantuan dana dari pemerintah ke federasi olahraga,” katanya dari Singapura, Rabu (5/9/2018).
Fritz mengatakan, di Indonesia baru beberapa cabang yang sudah rutin menggelar ajang olahraga, seperti bulu tangkis dan sepak bola. Pemerintah perlu mendorong agar olahraga lainnya, antara lain renang, balap sepeda, dan voli, juga mengadakan kejuaraan berlevel internasional mengingat cabang ini sudah punya arena yang sangat bagus.
Dengan adanya kejuaraan, pembinaan prestasi akan berjalan terus. Di sisi lain, perusahaan swasta juga tertarik untuk membantu. “Kalau tidak ada kompetsisi, perusahaan tidak akan mau memberi dukungan. Perusahaan swasta biasanya tidak tertarik mendukung latihan, mereka akan tertarik untuk membiayai kompetisi karena ada nilai pemberitaannya,” ujar Fritz.
Hal lain yang perlu diperhatian, menurut Firtz, adalah mengubah paradigma berpikir. Pandangan bahwa olahraga adalah ajang prestasi harus diubah bahwa industri olahraga juga bisa dipakai untuk bisnis. Pembukaan Asian Games 2018 merupakan contoh bagaimana kegiatan olahraga yang berpadu dengan industri kreatif dapat membuka peluang bisnis dan membuat penyelenggaraan Asian Games jadi mencuri perhatian dunia.
Solusi
Mengatasi itu, Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK GBK) sudah memiliki solusi untuk tetap merawat salah satu komplek olahraga terbesar itu. “Paling sederhana ya tetap dipakai. Kami akan kembali menjalankan bisnis awal, yaitu menyewakan arena di GBK,” kata Direktur Pembangunan dan Pengembangan Usaha PPK GBK Gatot Tetuko, saat dihubungi Rabu (5/9/2018), dari Jakarta.
Penyewaan utama adalah untuk kebutuhan olahraga, seperti pertandingan atau latihan di tingkat klub. Pemasukan juga bisa datang dari kompetisi tunggal olahraga.
Selain olahraga, PPK GBK akan membuat arena-arena kembali menjadi multifungsi. Arena disiapkan untuk menyelenggarakan berbagai acara seperti konferensi, pameran, serta seni dan budaya.
“Untuk itu kami harus berhubungan dengan klub-klub lokal dan calon penyewa lainnya, termasuk mencari konser-konser musik besar agar menggunakan Stadion Utama,” kata Gatot.
Cara tersebut wajib dilakukan PPK GBK untuk menutupi biaya pemeliharaan yang mencapai Rp 190 miliar per tahun. Adapun saat ini pengelolaan kompleks GBK sudah tidak dibantu oleh pemerintah.
Meski demikian, ada kekhawatiran arena yang baru dibangun, seperti arena squash dan hoki, tidak menarik minat penyewa. Mengantisipasi itu, PPK GBK akan melakukan subsidi silang. “Seperti sebelumnya kami subsidi silang akuatik yang membutuhkan dana besar, dari penyewaan Istora yang cukup ramai,” kata Gatot.
Gatot mengajak seluruh masyarakat, khususnya Jakarta, untuk ikut berolahraga di kompleks GBK. Masyarakat bisa menggunakan fasilitas jogging tanpa membayar apa pun.
“Kalau masyarakat terus meramaikan GBK tentu akan sangat membantu. Kami bisa mendapat pemasukan dari iklan, branding, juga dari festival makanan dan penjualan produk,” tutur Gatot.
Sementara itu, ada empat arena yang berada di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Arena itu diklaim terbaik di Asia, yaitu equestrian dan bisbol di Rawamangun, serta BMX dan equestrian di Pulo Mas.
Secara terpisah, Ketua Umum Pengurus Pusat Pesatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP Pordasi) Eddy Saddak, berkomitmen membawa kejuaraan tunggal internasional. “Mungkin tiga kali setahun, harus ada kejuaraan di sini. Jangan sampai tidak terpakai,” ucapnya.