Korsel Raih Perunggu Voli Putri Setelah Mengalahkan Jepang dengan Sengit
Oleh
Lusiana Indriasari
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perlawanan sengit dan kerja keras pantang menyerah ditunjukkan pada perebutan medali perunggu voli putri Asian Games 2018 antara Korea Selatan dan Jepang di Stadion Tenis Indoor, Senayan, Jakarta, Sabtu (1/9/2018). Kedua tim menunjukkan kepiawaian mengolah bola untuk membuahkan poin-poin kemenangan. Meski demikian, Korea Selatan akhirnya meraih medali perunggu setelah menang dengan skor 3-1.
Meski kalah, para pemain Jepang yang digawangi kapten Nana Iwasaka bertempur mati-matian. Kedua tim itu harus puas di laga perebutan perunggu setelah Jepang kalah dari China dengan skor 0-3 dan Korea kalah dari Thailand (1-3).
Kerja keras setiap lini baik di kubu Jepang maupun Korea membuahkan permainan yang apik ditonton. Reli-reli panjang yang disuguhkan beberapa kali untuk merebut poin membuat sekitar 5.000 penonton di tribune berteriak-teriak tegang.
Di set pertama, susul-menyusul angka berlangsung sangat ketat, hanya berselisih 1-2 poin. Beberapa kali kedua kubu mampu menyejajarkan kedudukan dari 3-3, 6-6, 10-10, hingga 13-13. Setelah itu, perlahan tetapi pasti Korea semakin meninggalkan Jepang dengan skor 25-18. Spike kapten Korea, Yeonkoung Kim, menyudahi perlawanan Jepang.
Di set kedua, pelatih Jepang, Kumi Nakada, mengatur strategi baru. Tampil menekan dengan servis-servis sulit, Jepang mulai menyusul ketinggalan skor dari Korea Selatan 2-6 dan 6-10 menjadi 10-10.
Korea sempat ketinggalan lagi, lalu mengejar dan menyamakan lagi kedudukan 14-14. Setelah itu, Jepang meninggalkan Korea dengan selisih 2-4 angka hingga permainan berakhir 25-21 untuk Jepang.
Iwasaka, kapten Jepang, seusai bertanding mengatakan, timnya punya semangat juang sangat tinggi. Hanya, barisan pertahanan mereka tidak siap setiap kali mendapat tekanan servis dari Hyohee Lee, Jeongah Park, dan Kim yang membuahkan hingga lima poin sepanjang empat set permainan.
Yuki Ishii, spiker Jepang, membukukan poin paling banyak (15 poin), disusul Risa Shinnabe (12 poin), sepanjang permainan. Iwasaka mengatakan, mereka sudah beberapa kali bertemu Korea dalam berbagai kejuaraan dunia ataupun Asia dan ia menilai kemampuan Korea semakin bagus.
Voli putri Jepang memiliki banyak reputasi di Asian Games. Mereka pernah meraih 5 emas, 3 perak, dan 4 perunggu. Adapun Korea hanya meraih 2 emas, 8 perak, dan 4 perunggu sejak voli putri dipertandingkan tahun 1962.
Servis-servis ace yang dilontarkan barisan Korea sering mengundang decak kagum penonton. Kim tercatat sebagai pencetak servis tercepat pada pertandingan itu dengan kecepatan 75 kilometer/jam. Sementara server tercepat Jepang dipegang Haruyo Shimamura dengan kecepatan 74 km/jam. Kim juga mencetak skor terbanyak. Adapun pencetak skor terbanyak Jepang adalah Yuki Ishii.
Performa Jepang sempat turun di set ketiga sehingga anak asuh Nakada hanya mampu mengumpulkan 15 angka hingga set berakhir 25-15 untuk Korea. ”Blok-blok Korea terjalin rapat dan sulit ditembus sehingga kami sering mati sendiri,” ujar Iwasaka yang tidak ikut bermain di gim itu.
Blok-blok Korea yang sulit ditembus mampu mencetak 15 poin untuk Korea hingga set keempat berakhir. Sementara Jepang hanya membuahkan lima poin dari blok. Reli panjang set keempat berakhir dengan kemenangan Korea dengan skor 27-25.
Korea memasang dua pemain termuda dalam tim mereka, yaitu Juah Lee dan Hoyoung Jung. Keduanya masih berusia 17 tahun dan 18 tahun. Dalam pertandingan itu, Korea menunjukkan keunggulan di semua lini, mulai dari servis, blok, spike, hingga penerimaan bola pertama yang selalu sempurna.
Pelatih Korea, Haewon Cha, mengatakan, penampilan mereka melawan Jepang jauh lebih baik dibandingkan saat melawan Thailand. Di partai semifinal, ia menyayangkan timnya kalah 1-3 dari Thailand. ”Kami harus puas dengan perunggu kali ini. Namun, lain kali kami akan kembali dengan emas,” kata Cha.