JAKARTA, KOMPAS - Catatan waktu sejumlah pebalap sepeda trek Indonesia di Asian Games 2018 melampaui rekor nasional dan Asia Tenggara. Meski tanpa medali, semuanya jadi modal ideal menuju Olimpiade Tokyo 2020.
Pelatih kepala tim nasional balap sepeda Indonesia, Dadang Haries Poernomo, di Jakarta, Jumat (31/8/2018), mengatakan, para atlet berlaga sesuai harapan. Mereka menunjukkan perkembangan prestasi yang pesat.
Di nomor tim sprint putri, misalnya, Elga Kharisma Novanda dan Crismonita Dwi Putri membukukan waktu 34,453 detik di babak kualifikasi.
Catatan waktu itu lebih cepat ketimbang rekor mereka di SEA Games Kuala Lumpur 2017 (44,60 detik) dan rekor nasional (45,20 detik). Indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara pada nomor tim sprint putri.
Rekor juga pecah di nomor tim sprint putra oleh Rio Akbar, Puguh Admadi, dan Terry Yudha Kusuma. Pada babak kualifikasi, mereka membukukan waktu 44,859 detik atau lebih cepat 46 detik dari rekor nasional.
”Indonesia masih yang terbaik di Asia Tenggara, bahkan lebih kuat dari Kazakhstan dan Iran,” ujarnya.
Perbaikan catatan waktu juga dilakukan Crismonita di nomor sprint putri. Ia membukukan waktu 11,10 detik atau lebih cepat dari rekor nasionalnya, 11,20 detik.
Tidak hanya itu, Bernard Benyamin Van Aert pun memperbaiki prestasinya di nomor 4.000 meter individual pursuit. Catatan waktu terbarunya 4 menit 35 detik atau lebih baik dari sebelumnya yang 4 menit 38 detik.
”Tim pursuit putra juga memperbaiki catatan waktu, dari 4 menit 28 detik menjadi 4 menit 22 detik,” kata Dadang. Tim pursuit putra diperkuat Bernard Benyamin van Aert, Elan Riyadi, Nandra Eko Wahyudi, dan Robin Manullang.
Dadang mengatakan, perbaikan ini memanjangkan asa menuju Olimpiade Tokyo 2020. Selisih catatan waktu para atlet tidak jauh berbeda dengan catatan waktu Olimpiade.
Dadang mencontohkan, limit waktu menuju Olimpiade pada nomor tim sprint putri adalah 32-33 detik. Sementara itu, di level Asia, perunggu diperoleh dengan waktu 34 detik.
Selisihnya dengan rekor tim nasional Indonesia saat ini adalah 1,453 detik. Mengejar selisih waktu 1-2 detik itu bukan perkara mudah.
”Untuk menjadi juara Asia, masih butuh waktu 2-3 tahun. Kami akan fokus meningkatkan kekuatan. Sekarang, kita masih di bawah Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, dan China.
Paling buncit
Pada Jumat, beberapa pertandingan masih berlangsung. Di nomor madison putri, Ayustina Delia Priatna dan Liontin Evangelina Setiawan finis keenam atau paling buncit.
”Madison adalah nomor baru bagi kami. Belum pernah latihan tanding dan fasih teknik pergantian orang,” ujar Evangelina.
Hal serupa dialami Indonesia di madison putra. Projo Waseso dan Bernard Benyamin van Aert finis di posisi ketujuh dari 12 negara peserta dengan poin akhir minus 12. (KYR)