Jakarta, Kompas – Tim kurash Indonesia mengakhiri laga di Asian Games tanpa tambahan medali setelah empat atlet yang berlaga pada dua nomor gagal pada hari terakhir, Kamis (30/8/2018). Kurash Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah jika ingin membuat cabang ini menjadi sumber medali bagi merah putih pada masa depan.
Kurash sebagai cabang baru membuat kejutan dengan merebut satu medali perunggu melalui Khasani Najmu Shifa, pada Rabu (29/8). Kini, Pengurus Besar Kurash Indonesia memiliki tugas untuk memperkenalkan olah raga kurash ke seluruh Indonesia, mencetak banyak pelatih, dan menjaring bibit-bibit atlet baru.
“Setelah Asian Games, kami harus mencetak banyak pelatih untuk disebar ke berbagai daerah. PBKI juga harus melatih para atlet yang ada saat ini untuk mengikuti berbagai ajang multieven pada tahun-tahun mendatang dan menyiapkan atlet-atlet baru untuk masa depan,” kata Teuku Riefky Harsya, ketua umum PBKI.
Sementara itu, dua nomor kurash terakhir yang dipertandingkan adalah kelas -78 kilogram putri dengan atlet Marselina Papara dan Szalsza Maulida dan kelas -90 kilogram putra dengan atlet Muhammad Dhifa Alafais dan Putu Wiradamungga Adesta. Pada kedua kelas itu, atlet-atlet Indonesia kalah secara ukuran tubuh dengan lawan-lawan mereka.
Pada kelas -90 kilogram, Muhammad Dhifa Alafais kalah pada babak 32 besar dari Danish Sharma dengan skor 0-3. Difa yang baru berusia 15 tahun kalah tinggi sampai 20 sentimeter dibandingkan Sharma.
Dengan jangkauan yang kalah, Dhifa terus bertahan dari bantingan Sharma. Namun, Sharma tetap dapat mengumpulkan tiga poin dari bantingan yang tidak sempurna dan Dhifa harus tersingkir.Putu Wiradamungga Adesta juga tersingkir pada laga pertamanya di babak 16 besar. Adesta kalah 5-0 dari Lo Yuhsuan dari Taiwan.
Pada kelas -78 kilogram putri, langkah Marselina dan Szalsza terhenti pada babak 16 besar. Marselina dikalahkan Otgon Munkhtsetseg dari Mongolia dengan skor 10-0. Satu bantingan telak membuat Marselina menyerah kalah.
Sementara itu, Szalsza juga menyerah 0-10 dari Kumush Yuldashova dari Uzbekistan. Kalah pengalaman dan teknik membuat Yuldashova dengan mudah menjatuhkan Szalsza.
“Atlet kita kalah jauh dari sisi tenaga dan kekuatan. Berat badan mungkin sama tetapi otot dan struktur tulang lawan atlet luar negeri jauh lebih besar dibanding atlet kita. Pada masa depan, lebih baik kita memilih nomor-nomor kecil agar bisa bersaing,” kata Teuku Riefky Harsya.