Delapan Atlet Disiapkan ke Olimpiade 2024
JAKARTA, KOMPAS - Seusai Asian Games 2018, delapan atlet atletik Indonesia akan dipersiapkan untuk bisa menembus ajang paling prestisius, Olimpiade. Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia, PASI, menargetkan delapan atlet itu tampil di Olimpiade Paris 2024.
Delapan atlet itu adalah atlet-atlet potensial yang menjadi andalan Indonesia di Asian Games 2018. Mereka adalah sprinter Lalu Muhammad Zohri, kuartet 4x100 meter putra (Ahmad Fadlin, Boby Yaspi, Bayu Kertanegara, dan Eko Rimbawan), Emilia Nova (lari gawang putri), Sapwaturrahman (lompat jauh putra), dan Idan Fauzan Richsan (loncat galah putra).
Zohri yang baru berusia 18 tahun merupakan juara dunia 100 meter U-20 dengan catatan waktu 10,18 detik. Pada final nomor 100 meter Asian Games 2018, Zohri finis di posisi ketujuh dari delapan peserta dengan catatan waktu 10,20 detik. Zohri tidak ditargetkan meraih medali di Asian Games karena dipersiapkan untuk Olimpiade.
Emilia Nova juga diproyeksikan menembus Olimpiade. Atlet berusia 23 tahun itu di Asian Games 2018 meraih medali perak 100 meter lari gawang dengan catatan waktu 13,33 detik. Dia kalah dari atlet Korea Selatan, Jung Hyelim, dengan 13,20 detik.
”Emilia harus bekerja keras, mengingat waktu untuk lolos ke Olimpiade 2024 tentu sudah di bawah 13,20 detik,” ujar Tigor.
PB PASI juga berharap Sapwaturrahman terus berkembang. Di Asian Games ini, pelompat jauh berusia 24 tahun itu meraih perunggu dan memecahkan rekor nasional dengan catatan 8,09 meter. Lompatan itu membuahkan perunggu dan memecahkan rekor atas namanya sendiri 7,98 meter yang dia ciptakan di Korea Terbuka pada Juni lalu.
”Target saya memang bisa tampil di Olimpiade 2020 untuk mempersembahkan medali bagi Indonesia. Namun, kalau memang kami dipersiapkan untuk Olimpiade 2024, tentu saya selalu siap,” ujar atlet asal Mataram, Nusa Tenggara Barat, itu.
Atlet loncat galah Idan Fauzan Richsan yang akan berlomba di Asian Games pada Rabu ini juga memiliki potensi besar. ”Idan sudah mampu melewati mistar setinggi 5,50 meter (saat latihan). Namun, catatan terbaiknya pada kejuaraan baru 5,30 meter,” ujar Ketua Bidang Litbang PB PASI Boedi Darma Sidi.
Tantangan atlet 18 tahun itu menembus Olimpiade adalah mampu melewati mistar setinggi 6,00 meter. ”Saya yakin, di bawah Anatoliy Chernobay, pelatih kami dari Rusia, Idan dan atlet loncat galah lainnya akan terus meningkat prestasinya,” ujar Boedi.
Fokus pembinaan
Tigor mengatakan, PB PASI tidak ingin lagi meloloskan atletnya ke Olimpiade melalui wild card. ”Itu sebabnya, dengan program jangka panjang ini, kami berharap Indonesia mampu meloloskan atletnya ke Olimpiade melampaui (syarat) kualifikasi yang ditentukan,” ujarnya.
”Dengan adanya program jangka panjang ini, sudah tidak bisa lagi kita hanya berpatokan pada SEA Games yang selama ini selalu dijadikan program utama pembinaan olahraga prestasi di Indonesia,” tutur Tigor menegaskan.
”Kalau olahraga Indonesia ingin maju, SEA Games itu cukup dijadikan program persaudaraan di Asia Tenggara yang hanya ada 11 negara saja. Pemerintah harusnya menaruh targetnya paling sedikit ke Asian Games yang diikuti 45 negara dan yang terutama tentunya ke Olimpiade di mana pesertanya menjadi 200 negara,” papar Tigor. (NIC)