Atlet-atlet panjat tebing nasional menjadi yang terbaik di Asian Games 2018. Namun, sejumlah kelemahan menunggu diperbaiki demi prestasi terbaik di kompetisi tingkat dunia.
PALEMBANG, KOMPAS Tim panjat tebing Indonesia akan membenahi sejumlah kekurangan meski tampil dominan di Asian Games 2018. Unggul di nomor speed, atlet Indonesia harus menempa keahliannya di nomor kombinasi speed, boulder, dan lead.
Indonesia sukses menjadi juara umum cabang panjat tebing Asian Games 2018. Atlet nasional meraih tiga medali emas, dua perak, dan satu perunggu.
Akan tetapi, pelatih panjat tebing Indonesia, Caly Setiawan, mengatakan, Asian Games 2018 bukan jadi tujuan utama. Fokus terpenting adalah Olimpiade Tokyo 2020. Namun, jika ingin menjadi yang terbaik di Olimpiade Tokyo, sejumlah perombakan harus dilakukan.
Caly menyadari, selama ini pemanjat Indonesia lebih unggul di nomor speed. Padahal, di Olimpiade nanti, yang dipertandingkan adalah nomor kombinasi lead, boulder, dan speed.
Oleh karena itu, Caly menyebutkan, para pelatih Indonesia akan segera menyusun rencana untuk kebutuhan itu. Paling penting, kata Caly, setelah Asian Games 2018 berakhir, tim untuk Olimpiade 2020 sudah harus dibentuk dan langsung melakukan latihan.
”Belum terlambat. Masih ada waktu dua tahun untuk bersiap. Yang penting, pemerintah mau mendukung. Selain dukungan langsung, kami berharap pemerintah bisa mengajak korporasi agar jadi bapak angkat panjat tebing,” tutur Caly.
Aries Susanti Rahayu mengatakan, dirinya tidak ragu bertanding di Tokyo 2020. Ia mengatakan, waktu dua tahun sudah cukup buat dia dan atlet Indonesia lainnya bersiap diri. Dia mengatakan, tidak ada yang tidak mungkin apabila semua atlet berusaha memberikan yang terbaik.
”Selama ini saya memang lebih sering berlatih speed. Namun, bukan berarti tidak pernah melatih lead dan boulder. Masih ada waktu persiapan dua tahun. Kalau saya dan kawan-kawan fokus melatih lead dan boulder, kami pasti bisa,” kata Aries.
Di Arena Panjat Tebing, Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, Senin, kecepatan atlet Indonesia kembali terlihat.
Dominasi
Setelah emas di nomor speed perorangan putri, Indonesia merebut dua medali emas lainnya di nomor kecepatan estafet putra dan putri.
Di bagian putra, dominasi itu sangat kentara. Tim Indonesia 1 dan Indonesia 2 menciptakan partai all Indonesian final.
Emas akhirnya direbut tim putra Indonesia 2 yang diisi Muhammad Hinayah, Rindi Sufriyanto, dan Abu Dzar Yulianto. Mereka unggul atas Indonesia 1 yang diperkuat Aspar Jaelolo, Sabri, dan M Fajri Alfian.
China hanya meraih perunggu di nomor ini. Di babak awal, tim Indonesia juga menang atas Iran, Korea Selatan, Thailand, dan Kazakhstan.
Sementara itu, tim putri Indonesia 1 yang diperkuat oleh Aries Susanti Rahayu, Puji Lestari, dan Sallsabillah Rajiah juga merebut emas. Medali perak diraih China 2 dan perunggu dibawa pulang China 1. Di babak penyisihan, Indonesia juga unggul atas Kazakhstan, Thailand, dan Iran.
Kemenangan itu disambut meriah ratusan penonton yang hadir sejak sore. Tanpa dikomando, penonton langsung menyanyikan lagu ”Indonesia Raya” dengan khidmat. Ketika penghormatan pemenang, penonton tidak beranjak dan ikut menyanyikan lagu ”Indonesia Raya” kembali.
Laga kali ini juga diwarnai drama jatuh bangun para atlet. Saat berebut tiket semifinal dengan Iran, tim putri Indonesia 2 dinyatakan gugur akibat kesalahan di ujung panjatan ketiga. Hal itu menutup peluang trio Indonesia itu bersaing memperebutkan medali.
Babak penyisihan cabang panjat tebing nomor kecepatan estafet dimainkan tiga pemanjat dalam satu tim. Atlet pertama memanjat sampai dapat menekan bel di puncak.
Bel yang ditekan itu menandakan bahwa pemanjat kedua sudah boleh menyusul dan dilanjutkan oleh atlet ketiga. (SAH)